tag:blogger.com,1999:blog-5086397175564899522024-02-21T04:37:40.478-08:00DeDe Netmake easy by shareuntuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.comBlogger90125tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-43633963747948985262010-08-26T04:39:00.001-07:002010-08-26T04:39:48.954-07:00<a id="nabblelink" href="http://komunitas-dede.963411.n3.nabble.com/">Komunitas DeDe</a><br /><script src="http://komunitas-dede.963411.n3.nabble.com/embed/f1349805"></script>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-91471026373486429432010-08-25T08:10:00.000-07:002010-08-25T08:11:10.892-07:00MAKALAH PKn TENTANG PANCASILA<h2><br /></h2> <span class="submitted"><br /></span> <div class="content"> <div class="snap_preview"><p>BAB I<br />PENDAHULUAN</p> <p>A. Latar Belakang<br />Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.<br />Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.<span id="more-28"></span><br />Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.</p> <p>B. Batasan Masalah<br />Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:<br />1. Apa arti Pancsila?<br />2. Bagaimana pengertian Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia?<br />3. Bagaimana penjabaran Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia?<br />4. Bagaimana penjabaran tiap-tiap sila dari Pancasila?</p> <p>C. Tujuan Yang Ingin Dicapai<br />Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:<br />1. Penulis ingin mengetahui arti Pancasila sebenarnya<br />2. Pada hakikatnya, Pancasila mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pandangan hidup dan sebagai dasar negara oleh sebab itu penulis ingin menjabarkan keduanya.<br />3. Penulis ingin mendalami / menggali arti dari sila – sila Pancasila</p> <p>D. Sistematika Penulisan<br />Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan study kepustakaan, yaitu penulis mencari buku-buku yang berhubungan dengan Pancasila dan kewarganegaraan.</p> <p>BAB II<br />PANCASILA DASAR NEGARA</p> <p>A. Pengertian Pancasila<br />Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita, Negara Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular, dalam buku Sutasoma ini, selain mempunyai arti “Berbatu sendi yang lima” (dari bahasa Sangsekerta) Pancasila juga mempunyai arti “Pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut:<br />1. Tidak boleh melakukan kekerasan<br />2. Tidak boleh mencuri<br />3. Tidak boleh berjiwa dengki<br />4. Tidak boleh berbohong<br />5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan terlarang<br />Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. sebagai dasar negara maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan pemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun berdasrkan kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tersebut telah dipraktikan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan kita teruskan sampai sekarang.<br />Rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah:<br />1. Ketuhanan Yang Maha Esa<br />2. Kemanusiaan yang adil dan beradab<br />3. Persatuan Indonesia<br />4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan<br />5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia<br />Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat Indonesia oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dijadikan Dasar Negara Indonesia.</p> <p>B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia<br />Dalam pengertian ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung, wereldbeschouwing, wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup dan petunjuk hidup. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan dalam segala bidang. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakn pembuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila Pancasila. Hal ini karena Pancasila Weltanschauung merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis.<br />C. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia<br />Pancasila sebagai falsafah negara (philosohische gronslag) dari negara, ideology negara, dan staatside. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan atau penyenggaraan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945, yang dengan jelas menyatakan “……..maka sisusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu udang-undang dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suat susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada…..”<br />Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara Indonesia mempunyai beberapa fungsi pokok, yaitu:<br />1. Pancsila dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dan yang pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum. Hal ini tentang tertuang dalam ketetapan MRP No. XX/MPRS/1966 dan ketetapan MPR No. V/MP/1973 serta ketetapan No. IX/MPR/1978. merupakan pengertian yuridis ketatanegaraan<br />2. Pancasila sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya (merupakan pengertian Pancasila yang bersifat sosiologis)<br />3. Pancasila sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam mencari kebenaran (merupakan pengertian Pancasila yang bersifat etis dan filosofis)</p> <p>D. Sila – Sila Pancsila<br />A. Sila Katuhanan Yang Maha Esa<br />Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manuasia percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.</p> <p>B. Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab<br />Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan –kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat dan bekerja sama dengan bangsa –bangsa lain.</p> <p>C. Sila Persatuan Indonesia<br />Dengan sila persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan bangsa.</p> <p>D. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan<br />Manusia Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.<br />Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang dipercayanya.</p> <p>E. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia<br />Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.<br />Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.</p> <p>BAB III<br />PENUTUP</p> <p>A. Kesimpulan<br />Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.</p> <p>B. Saran-Saran<br />Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.</p> <p>DAFTAR PUSTAKA</p> <p>1. Srijanto Djarot, Drs., Waspodo Eling, BA, Mulyadi Drs. 1994 Tata Negara Sekolah Menngah Umum. Surakarta; PT. Pabelan.<br />2. Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok Pendekatan Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.<br />3. NN. Tanpa Tahun. Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila. Sekretariat Negara Republik Indonesia Tap MPR No. II/MPR/1987.</p> </div></div>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-53123917958268295442010-08-25T08:09:00.001-07:002010-08-25T08:09:39.823-07:00MAKALAH PKn TENTANG HAK ASASI MANUSIA (HAM)<h2><br /></h2> <span class="submitted"><br /></span> <div class="content"> <div class="snap_preview"><p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="center"><strong>BAB I</strong></p> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="center"><strong>PENDAHULUAN</strong></p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Latar Belakang Masalah </strong></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang<span id="more-30"></span></p> <div class="fullpost">lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”. <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Identifikasi Masalah</strong></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.25in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Pengertian HAM</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Perkembangan HAM</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">HAM dalam tinjauan Islam</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Contoh-contoh pelanggaran HAM</p> </li></ol> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Batasan Masalah </strong></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi masalah hanya pada ruang lingkup HAM.</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Metode Pembahasan</strong></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Dalam hal ini penulis menggunakan:</p> <ol><li> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Metode deskritif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih (Atherton dan Klemmack: 1982).</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.</p> </li></ol> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"> </p><p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="center"><strong>BAB II</strong></p> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="center"><strong>HAK ASASI MANUSIA (HAM)</strong></p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM</strong></p> <ul><li> <ol type="i"><li> <ol><li> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Pengertian</strong></p> </li></ol> </li></ol> </li></ol> </li></ul> </li></ol> <ul><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2002).</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”</p> </li></ul> <ol><li> <ul><li> <ol type="i"><li> <ol><li> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Ciri Pokok Hakikat HAM</strong></p> </li></ol> </li></ol> </li></ol> </li></ul> </li></ol> <p style="margin-left: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:</p> <ul><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).</p> </li></ul> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Perkembangan Pemikiran HAM</strong></p> </li></ol> <ul><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :</p> <ul><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang dilanggar.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut <em>Declaration of the basic Duties of Asia People and Government</em></p> </li></ul> </li></ul> <ul><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:</p> <ul><li> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Magna Charta</p> </li></ol> </li></ul> </li></ul> <p style="margin-left: 0.75in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).</p> <ul><li> <ul><li> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">The American declaration</p> </li></ol> </li></ul> </li></ul> <p style="margin-left: 0.75in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.</p> <ul><li> <ul><li> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">The French declaration</p> </li></ol> </li></ul> </li></ul> <p style="margin-left: 0.75in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.</p> <ul><li> <ul><li> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">The four freedom</p> </li></ol> </li></ul> </li></ul> <p style="margin-left: 0.75in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994).</p> <ul><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:</p> <ul><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak kemerdekaan.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu:</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik Indonesia Serikat</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945</p> </li></ol> </li></ul> </li></ul> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>HAM Dalam Tinjauan Islam</strong></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagai agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu A’la Almaududi, 1998). Dalam Islam terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi manusia dan juga sebaliknya. Dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari kedua hak tersebut, misalnya sholat.</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Sementara dalam hal al insan seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak untuk mengelola harta yang dimilikinya.</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Konsep islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan teosentris (theocentries) atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariatnya sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakjat atau warga bangsa. Dengan demikian konsep Islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan dan persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut dengan ide perikemakhlukan. Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang HAM, ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang merupakan sumber ajaran normative, juga terdapat praktek kehidupan umat islam.</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak <em>Darury</em> (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti orang itu mati. Kedua, hak sekunder (<em>hajy</em>) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier <em>(tahsiny)</em> yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F. Mas’udi, 2002)</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al Maududi menjelaskan bahwa dalam Islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah:</p> <ul><li> <ul><li> <ol><li> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan bahwa hak ini tidak kami dicampuri, kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan ilegal.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar kecuali setelah melalui proses pembuktian yang meyakinkan secara hukum dan memberikan kesempatan kepada tertuduh untuk mengajukan pembelaan</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-masing</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa membedakan kasta atau keyakinan. Salah satu kewajiban zakat kepada umat Islam, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negara.</p> </li></ol> </li></ol> </li></ul> </li></ul> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional</strong></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui amandemen dan referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Pelanggaran HAM dan pengadilan HAM</strong></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu.</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum.</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Penaggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion), perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM.</strong></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja dibebankan kepada negara, melainkan juga kepada individu warga negara. Artinya negara dan individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja dilakukan oleh negara kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan pelanggaran HAM secara horizontal.</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM </strong></p> <ul><li> <ol type="i"><li> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati arus kendaraan yang tertib dan lancar.</p> </li><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.</p> </li></ol> </li></ol> </li></ul> </li></ol> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"> </p><p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"> </p><p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="center"><strong>BAB III</strong></p> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="center"><strong>PENUTUP</strong></p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Kesimpulan</strong></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Qur’an dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam.</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.</p> <ol><li> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify"><strong>Saran-saran</strong></p> </li></ol> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.</p> <p style="margin-left: 0.25in; text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0pt; line-height: 200%;" align="justify">Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.</p> </div> </div></div>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-62569720679491345872010-08-25T08:07:00.001-07:002010-08-25T08:07:59.163-07:00RULE OF LAW<h2>RULE OF LAW</h2> <span class="submitted"><br /></span> <div class="content"> <div class="snap_preview"><p>DAFTAR ISI</p> <p>KATA PENGANTAR……………………………………………………………i<br />DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii<br />DAFTAR ISTILAH KUNCI……………….…………………………………….2<br />BAB I PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang…………………………………………………………1<br />B. Rumusan Masalah………………………………………………………1<br />C. Tujuan………………………………………………………………….1</p> <p>BAB II RULE OF LAW<br />A. Latar Belakang Rule of Law…………………………………………………………. 2<br />B. Pengertian Rule of Lau………………………………………………………………….3<br />C. Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia…….…………………………4<br />D. Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule of Law.…….…………….5</p> <p>BAB III PENUTUP<br />A. Kesimpulan……………………………………………………………7<br />B. Saran ………………………………………………………………….7<br />DAFTAR FUSTAKA……………………………………………………………8</p> <p><span id="more-441"></span></p> <p>BAB I<br />PENDAHULUAN</p> <p>A. Latar Belakang<br />Dalam kehidupan sehari-hari hukum tidak lepas dari kita, mulai dari nilai, tatak rama, norma hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan. Sayangnya hukum di Negara kita masi kurang dalam penegakannya, terutama dikalangan pejabat bila dibandingkan dengan yang ada pada golongan menengah kebawah. Kenapa bisa begitu karena hukum di Negara kita bias dibeli dengan uang, siapa yang punya uang dialah sang pemenang dari peradilan, siapa kuat dia dapat itulah selogan buat peradilan di Negara Indonesia pada saat ini.<br />Melihat kenyataan yang demikian marilah kita benahi peradilan dengan diawali dari diri sendiri, dengan mempelajari norma atau hukum sekaligus memahami dan menegakannya sesuai dengan keadilan yang benar. Dalam bahasan ini dibahas supaya keadilan dapat ditegakan, maka akan terkait semua aspek yang ada didalamnya yang mempengaruhi dan menjadi penentu apakah keadilan dapat ditegakan.<br />B. Rumusan Masalah<br />Adapun permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah:<br />1. Apa pengertian rule of law?<br />2. Bagaimana cara menegakan keadilan hukum menurut rule of law?<br />3. Apakah Negara Indonesia termasuk Negara yang adil dalam penegakan hukumnya?<br />4. Seperti apa hukum yang harus kita laksanakan dan tegakan?<br />C. Tujuan<br />Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan :<br />1. Pengertian rule of law.<br />2. Cara menegakan keadilan dengan hukum yang berlaku.<br />3. Negara Indonesia adalah Negara yang baik atau buruk dalam peradilannya.<br />4. Hukum yang harus kita jalankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.</p> <p>BAB II<br />RULE OF LAW</p> <p>DAFTAR ISTILAH KUNCI<br />· DGHE = Directorate General of Higher Education (Direktorat jenderal dari/tentang pendidikan lebih tinggi)<br />· Rule of Law = Penegakan hukum<br />· Doktrin = Ajaran dari suatu rezim yang dianggap benar sehingga harus dipatuhi<br />· HELTS = Higher Education Long Term Strategy (Pendidikan lebih tinggi strategi jangka panjang)<br />· Isu = Berita yang belum tentu kebenarannya sehingga harus dibuktikan<br />· Kompetensi = Seperangkat tindakan cerdas yang harus dimiliki peserta didik<br />· Visi = Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai<br />· Misi = Penjabaran operasional dari visi<br />· Premis = Pernyataan awal dari suatu fakta</p> <p>A. Latar Belakang Rule of Law<br />Latar belakang kelahiran rule of law:<br />1. Diawali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan pemerintahan Negara.<br />2. Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional.<br />3. Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara hukum.<br />Rule of law adalah doktrin hukum yang muncul pada abad ke 19, seiring degan negara konstitusi dan demokrasi. Rule of law adalah konsep tentang common law yaitu seluruh aspek negara menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of law adalah rule by the law bukan rule by the man.<br />Unsure-unsur rule of law menurut A.V. Dicey terdiri dari:<br />- Supremasi aturan-aturan hukum.<br />- Kedudukan yang sama didalam menghadapi hukum.<br />- Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-keputusan pengadilan.<br />Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi menurut rule of law adalah:<br />5. Adanya perlindungan konstitusional.<br />6. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.<br />7. Pemilihan umum yang bebas.<br />8. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.<br />9. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.<br />10. Pendidikan kewarganegaraan.<br />Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesame warga Negara maupun pemerintah.<br />Untuk membangun kesadaran di masyarakat maka perlu memasukan materi instruksional rule of law sebagai salah satu materi di dalam mata kuliah Pendidikan Kewareganegaraan (PKn). PKn adalah desain baru kurikulum inti di PTU yang menjunjung pencapaian Visi Indonesia 2020 (Tap. MPR No. VII/MPR/2001) dan Visi Pendidikan Tinggi 2010 (HELTS 2003-2010-DGHE). Materinya merupakan bentuk penjabaran UU No. 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.<br />B. Pengertian Rule of Lau<br />Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu:<br />Pertama, pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public power), misalnya nrgara. Kedua, secara hakiki/materiil (ideological sense), lebih menekankan pada cara penegakannya karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law). Rule of law terkait erat dengan keadilan sehingga harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh masyarakat.<br />Rule of law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan system peraturan dan prosedur yang objektif, tidak memihak, tidak personal dan otonom.<br />C. Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia<br />● Prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan:<br />a. bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,…karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan “eri keadilan”;<br />b. …kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil” dan makmur;<br />c. …untuk memajukan “kesejahteraan umum”,…dan “keadilan social”;<br />d. …disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu “Undang-Undang Dasar Negara Indonesia”;<br />e. “…kemanusiaan yang adil dan beradab”;<br />f. …serta dengan mewujudkan suatu “eadilan social” bagi seluruh rakyat Indonesia.<br />Dengan demikian inti rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat terutama keadilan social.<br />Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-pasal UUD 1945, yaitu a. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3), b. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggaraakan peradilan guna menegakan hokum dan keadilan (pasal 24 ayat 1), c. Segala warga Negara bersamaan kedudukanya didalam hokum dan pemerintahan, serta menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1), d. Dalam Bab X A Tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama dihadapan hokum (pasal 28 D ayat 1), dan e. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).</p> <p>● Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil) erat kaitannya dengan (penyelenggaraan menyangkut ketentuan-ketentuan hukum) “the enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law.<br />Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan keberhasilan “the enforcement of the rules of law” bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa (Sunarjati Hartono: 1982). Hal ini didukung kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi social yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan mempunyai akar budayanya yang khas pula. Karena bersifat legalisme maka mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani dengan pembuatan system peraturan dan prosedur yang sengaja bersufat objektif, tidak memihak, tidak personal dan otonom.<br />Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait rule of law telah banyak dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang optimal sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan dimasyarakat.<br />D. Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule of Law<br />Agar pelaksanaan rule of law bias berjalan dengan yang diharapkan, maka:<br />a. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada corak masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap bangsa.<br />b. Rule of law yang merupakan intitusi sosial harus didasarkan pada budaya yang tumbuh dan berkembang pada bangsa.<br />c. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan social, gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakan secara adil juga memihak pada keadilan.<br />Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif (Setjipto Raharjo: 2004), yang memihak hanya pada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik atau keperluan lain. Asumsi dasar hokum progresif bahwa ”hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya. Hukum progresif memuat kandungan moral yang kuat.<br />Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam hubungan yang sinergis dengan kekayaan yang dimiliki bangsa yang bersangkutan atau “back to law and order”, kembali pada hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.<br />Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:<br />1. Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.<br />2. Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau kekuatan apapun.<br />3. Legalitas terwujud dalam segala bentuk.<br />Contoh: Indonesia adalah salah satu Negara terkorup di dunia (Masyarakat Transparansi Internasional: 2005).<br />Beberapa kasus dan ilustrasi dalam penegakan rule of law antara lain:<br />o Kasus korupsi KPU dan KPUD;<br />o Kasus illegal logging;<br />o Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA);<br />o Kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotripika ;<br />o Kasus perdagangan wanita dan anak.</p> <p>BAB III<br />PENUTUP<br />A. Kesimpulan<br />Rule of law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di dalamnya yaitu oranr-orang yang jujur tidak memihak dan hanya memikirkan keadilan tidak terkotori hal yang buruk.<br />Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesame warga Negara maupun pemerintah.<br />Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu:<br />Pertama, pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public power), misalnya nrgara. Kedua, secara hakiki/materiil (ideological sense), lebih menekankan pada cara penegakannya karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law).<br />Prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD 1945.<br />Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-pasal UUD 1945. Agar kita dapat menikmati keadilan maka seluruh aspek Negara harus bersih, jujur, mentaati undang-undang, juga bertanggung jawab, dan menjalankan UU 1945 dengan baik.<br />B. Saran<br />Sebagai warga negara kita haruslah menjunjung tinggi hukum dan kaidah-kaidahnya agar terselenggara keamanan, ketentraman, dan kenyamanan. Pelajari Undang-Undang 1945 beserta nilai-nilainya dan jalankan apa yang jadi tuntutanya agar tercipta kehidupan yang stabil. Dalam suatu penegakan hukum disuatu Negara maka seluruh asprk kehidupan harus dapat merasakannya dan diharapkan semua aspek tersebut mentaati hokum, maka akan terjadilah pemerintahan dan kehidupan Negara yang harmonis, selaras dengan keadaan dan sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu kemakmuran Bangsa.<br />DAFTAR FUSTAKA</p> <p>Tim Dosen Kewarganegaraan UPT Bidang Study Unipersitas Padjadjaran. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: UPT Bidang Study Universitas Padjadjaran<br />Wahab, Abdul Azis dkk. 1993. Materi Pokok Pendidikan Pancasila. Jakarta: Universitas Terbuka DEPDIKBUD<br />Kusmiaty, Dra, dkk. 2000. Tata Negara. Jakarta : PT Bumi Aksara</p> </div></div>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-54068851957658511382010-08-25T08:05:00.000-07:002010-08-25T08:06:22.483-07:00Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial<h2>Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial</h2> <span class="submitted"><br /></span> <div class="content"> <div class="snap_preview"><p>Pengelompokan masyarakat membentuk delapan criteria diferensiasi social, antara lain:<br />1. Diferensiasi Ras<br />Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki cirri-ciri fisik bawaan yang sama. Diperensiasi ras adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya.<br />Secara garis besar manusia terbagi kedalam ras-ras sebagai berikut:<span id="more-450"></span><br />a. Menurut A..L. Krober<br />1) Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin).<br />2) Mongoloid<br />- Asiatik Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur).<br />- Malayan Mongoloid (Asia Tenggara dan Penduduk Asli Taiwan).<br />- American Mongoloid (Penduduk asli Amerika).<br />3) Kaukasoid<br />- Nordic (Erofa Utara, sekitar Laut Baltik).<br />- Alpine (Erofa Tengah dan Erofa Timur).<br />- Mediterania (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran).<br />- Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka).<br />4) Negroid<br />- African Negroid (Benua Afrika).<br />- Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama orang Semang, Filipina).<br />- Malanesian (Irian, Melanesia).<br />5) Ras-ras Khusus (tidak dapat diklasifikasikan kedalam empat ras pokok)<br />- Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan).<br />- Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan).<br />- Polynesian (kepulauan Micronesia, dan Polinesia).<br />- Ainu ( di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang).</p> <p>b. Menurut Ralph Linton<br />1) Mongoloid<br />Ciri-ciri:<br />- kulit kuning sampai sawo mateng<br />- rambut lurus<br />- bulu badan sedikit<br />- mata sipit (Asia Mongoloid)<br />· Mongoloid Asia : Sub Ras Tionghoa (Jepang, Vietnam, Taiwan)<br />Sub Ras Melayu (Malaysia, Filipina, Indonesia)<br />· Mongoloid Andian (orang Indian di Amerika)<br />2) Kaukasoid<br />Ciri-ciri:<br />- hidung mancung<br />- kulit putih<br />- rambut pirang sampai coklat kepirang kehitaman<br />- kelopak mata lurus<br />· Ras Nordic<br />· Alpin Mediteran<br />· Armenoid<br />· India<br />3) Negroid<br />Ciri-ciri:<br />- rambut keriting<br />- kulit hitam<br />- bibir tebal<br />- kelopak mata lurus<br />· Sub Ras Negroid<br />· Nilitz<br />· Negro Rimba<br />· Negro Oseanis<br />· Hetentot Boysesman</p> <p>Indonesia didiami oleh bermacam-macam Sub Ras, antara lain:<br />· Negrito, suku Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.<br />· Veddoid, suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatra Selatan, Toala dan Tomuna di Sulawesi.<br />· Neo Melanosoid, kepulauan Kei dan Aru.<br />· Melayu:<br />- Melayu Tua (Proto Melayu), orang Batak, Toraja dan Dayak.<br />- Melayu Muda (Deutro Melayu), orang Aceh, Minang, Bugis/Makasar.</p> <p>2. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)<br />Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis.<br />Diferensiasi suku bangsa merupakan penggolongan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras, namun suku bangsa memiliki kesamaan budaya sebagai berikut:<br />- Ciri fisik<br />- Bahasa daerah<br />- Kesenian<br />- Adat-istiadat</p> <p>Suku bangsa yang ada di Indonesia yaitu sebagai berikut:<br />· Pulau Sumatra : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkuku, Jambi, Palembang, Melayu dan sebagainya.<br />· Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger dan sebagainya.<br />· Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar dan sebagainya.<br />· Pulau Sulawesi : Bugis, Toraja, Minahasa, Toil-Toli, Makassar, Bolaang-mangondow, Gorontalo dan sebagainya.<br />· Kepulauan Nusa Tenggara : Bali, Bima Lombok, Flores, Timoer, Rote.<br />· Kepulauan Maluku dan Irian : Ternate, Tidore, Dani Asmat.</p> <p>3. Diferensiasi Klen (Clan)<br />Klen / kerabat luas / keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adapt (tradisi). Klen adalah system social berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu (matrilineal).<br />· Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) terdapat pada:<br />- Masyarakat Batak (sebutan Marga)<br />- Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus, Tambun, Paranginangin.<br />- Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar.<br />- Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara, Daulay.<br />- Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut, Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit.<br />- Masyrakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani, Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw.<br />- Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain : Fernandes, Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De-Rosari, Paeira.<br />· Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat :<br />- Minangkabau, klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampung-kampung, nama klennya antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai dan sebagainya.<br />- Masyarakat Flores, yaitu suku Ngadu juga menggunakan system matrilineal.</p> <p>4. Diferensiasi Agama<br />Diferensiasi agama adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya.</p> <p>a. Komponen-komponen Agama<br />· Emosi keagamaan<br />· System keyakinan<br />· Upacara keagamaan<br />· Tempat ibadah<br />· Umat<br />b. Agama dan Masyarakat<br />Dalam perkembangan agama mempengaruhi masyarakat begitu juga masyarakat mempengaruhi agama.</p> <p>5. Diferensiasi Profesi (pekerjaan)<br />Diferensiasi profesi adalah pengelompokan masyarakat atas dasar jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan keterampilan khusus. Misal profesi guru memerlukan keterampilan khusus, seperti: pandai berbicara, bisa membimbing, sabar dan sebagainya.<br />Berdasarkan perbedaan profesi orang dimasyarakat berprofesi: guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negri, tentara dan sebagainya.</p> <p>6. Diferensiasi Jenis Kelamin<br />Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu maka ada kelompok laki-laki/pria dan kelompok wanita/perempuan.</p> <p>7. Diferensiasi Asal Daerah<br />Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:<br />- masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa.<br />- Masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.<br />Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat ditemukan dalam hal-hal berikut:<br />- perilaku<br />- tutur kata<br />- cara berpakaian<br />- cara menghias rumah dan sebagainya.</p> <p>8. Diferensiasi Partai<br />Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan social, seazas, seideologi dan sealiran.</p> </div></div>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-39667455326299230922010-08-25T08:03:00.001-07:002010-08-25T08:03:57.060-07:00Geopolitik<h2>Geopolitik</h2> <span class="submitted"><br /></span> <div class="content"> <div class="snap_preview"><p><!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4 <![endif]--><!--[if gte mso 9]> <![endif]--> <strong>Pengertian Geopolitik</strong></p> <p>Geopolitik berasal dari dua kata, yaitu “geo” dan “politik”. Maka, Membicarakan pengertian geopolitik, tidak terlepas dari pembahasan mengenai masalah geografi dan politik. “Geo” artinya Bumi/Planet Bumi. Menurut Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang, yaitu sistem dalam hal menempati suatu ruang di permukaan Bumi. Dengan demikian geografi bersangkut-paut dengan interrelasi antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. Sedangkan politik, selalu berhubungan dengan kekuasaan atau pemerintahan.<span id="more-510"></span></p> <p>Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik merupakan suatu kajian yang melihat masalah / hubungan internasional dari sudut pandang ruang atau geosentrik. Konteks teritorial di mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup wilayah, dan hirarki aktor: dari nasional, internasional, sampai benua-kawasan, juga provinsi atau lokal.</p> <p>Dari beberapa pengertian diatas, pengertian geopolitik dapat lebih disederhanakan lagi. Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur yang pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan.</p> <p>Negara tidak akan pernah mencapai persamaan yang sempurna dalam segala hal. Keadaan suatu negara akan selalu sejalan dengan kondisi dari kawasan geografis yang mereka tempati. Hal yang paling utama mempengaruhi keadaan suatu negara adalah kawasan yang berada di sekitar negara itu sendiri, atau dengan kata lain, negara-negara di sekitarnya / negara tetangga merupakan pengaruh yang paling besar.</p> <p>Dari uraian diatas, dapat disimpulkan, bahwa ada dua golongan negara. Yaitu golongan negara <strong>“determinis” </strong>dan golongan negara <strong>“posibilitis”</strong>. Determinis berarti semua hal yang bersifat politis secara mutlak tergantung dari keadaan bumi geografi. Negara determinis adalah negara yang berada diantara dua negara raksasa / adikuasa, sehingga, secara langsung maupun tidak langsung, terpengaruh oleh kebijakan politik luar negeri dua negara raksasa itu.</p> <p>Sebenarnya, faktor keberadaan dua negara raksasa, bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi keadaan suatu negara yang berada diantaranya. Faktor lain seperti faktor ideologi, politik, sosial, budaya dan militer, juga merupakan faktor yang mempengaruhi. Hanya saja, karena besarnya kekuasaan dua negara besar tersebut, maka keberadaannya menjadi faktor yang begitu dominan dalam mempengaruhi keadaan negara yang bersangkutan.</p> <p>Golongan negara yang kedua adalah golongan negara posibilitis. Golongan ini merupakan kebalikan dari golongan determinis. Negara ini tidak mendapatkan dampak yang terlalu besar dari keberadaan negara raksasa, karena letak geografisnya tidak berdekatan dengan negara raksasa. Sehingga, faktor yang cukup dominan dalam mempengaruhi keadaan negara ini adalah faktor-faktor seperti ideologi, politik, sosial, budaya dan militer yang telah disebutkan sebelumnya. Tentunya, keberadaan negara-negara lain di sekitar kawasan tersebut juga turut menjadi faktor yang berpengaruh.</p> <p>Geopolitik, dibutuhkan oleh setiap negara di dunia, untuk memperkuat posisinya terhadap negara lain, untuk memperoleh kedudukan yang penting di antara masyarakat bangsa-bangsa, atau secara lebih tegas lagi untuk menempatkan diri pada posisi yang sejajar di antara negara-negara raksasa.</p> <p>Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan geografi suatu negara sangat mempengaruhi berbagai aspek dalam penyelenggaraan negara tersebut, seperti pengambilan keputusan, kebijakan politik luar negeri, hubungan perdagangan dll. Maka dari itu, muncullah organisasi-organisasi internasional yang berdasarkan pada keberadaannya dalam suatu kawasan, seperti ASEAN, Masyarakat Ekonomi Eropa, The Shanghai Six dll. Komunitas-komunitas internasional ini berperan dalam hal kerjasama kawasan, penyelesaian masalah bersama, usaha menciptakan kedamaian dunia, dll.</p> <p>Hal ini berkaitan langsung dengan peranan-peranan geopolitik. Adapun peranan-peranan tersebut adalah:</p> <ol type="1"><li class="MsoNormal">Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang tersedia;</li><li class="MsoNormal">Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan kondisi alam;</li><li class="MsoNormal">Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri;</li><li class="MsoNormal">Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan;</li><li class="MsoNormal">Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara berdasarkan teori negara sebagai organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya;</li><li class="MsoNormal">Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu negara.</li></ol> <p><strong>Teori Pan-Regionalisme</strong><br />Ada banyak teori dalam bidang geopolitik. Teori yang paling berpengaruh adalah teori Lebensraum, yang melahirkan teori Autarkis. Penggabungan dari kedua teori tersebut menghasilkan teori Pan Regionalisme. Teori ini berpandangan bahwa negara merupakan suatu organisme, yang memiliki kecerdasan intelektual serta memerlukan ruang hidup.</p> <p>Tak ada satupun negara yang dapat hidup mandiri secara mutlak. Karena keterbatasan-keterbatasan dan tidak meratanya ketersediaan Sumber Daya Alam, setiap negara akan mengalami interdependensi, atau keadaan saling membutuhkan. Teori ini pun berpandangan bahwa satu bagian dunia yang relatif mempunyai persamaan dalam sifat-sifat geografis, ras, kebudayaan dsb, dapat disatukan dalam satu kesatuan wilayah.</p> <p>Teori inilah yang digunakan oleh Bangsa Jerman pada Perang Dunia ke-I. Dengan beranggapan bahwa bangsa Aria adalah bangsa yang paling unggul, mereka berekspansi ke negara lain, agar dapat menjadi pemimpin pan Euro-Afrika. Begitupun bangsa Amerika, yang berusaha menyatukan Pan-Amerika.<br /><strong>Indonesia sebagai Negara Kepulauan</strong><br />Indonesia merupakan suatu negeri yang amat unik. Hanya sedikit negara di dunia, yang bila dilihat dari segi geografinya, memiliki kesamaan dengan Indonesia. Negara-negara kepulauan di dunia, seperti Jepang dan Filipina, masih kalah bila dibandingkan dengan negara kepulauan Indonesia.</p> <p>Indonesia adalah suatu negara, yang terletak di sebelah tenggara benua Asia, membentang sepanjang 3,5 juta mil, atau sebanding dengan seperdelapan panjang keliling Bumi, serta memiliki tak kurang dari 13.662 pulau.</p> <p>Jika dilihat sekilas, hal ini adalah suatu kebanggaan dan kekayaan, yang tidak ada tandingannya lagi di dunia ini. Tapi bila dipikirkan lebih jauh, hal ini merupakan suatu kerugian tersendiri bagi bangsa dan negara Indonesia. Indonesia terlihat seperti pecahan-pecahan yang berserakan. Dan sebagai 13.000 pecahan yang tersebar sepanjang 3,5 juta mil, Indonesia dapat dikatakan sebagai sebuah negara yang amat sulit untuk dapat dipersatukan.</p> <p>Maka, untuk mempersatukan Bangsa Indonesia, diperlukan sebuah konsep Geopolitik yang benar-benar cocok digunakan oleh Bangsa Indonesia. Sebelum menuju pembahasan tentang konsep geopolitik Indonesia, terlebih dahulu kami akan membahas tentang kondisi serta keadaan Indonesia ditinjau dari segi geografisnya.</p> <p>Ada beberapa jenis kondisi geografis bangsa Indonesia. Yaitu kondisi fisis, serta kondisi Indonesia ditinjau dari lokasinya.<br />1. Kondisi fisis Indonesia,<br />a. Letak geografis;<br />b. Posisi Silang;<br />c. Iklim;<br />d. Sumber-Sumber Alam;<br />e. Faktor-Faktor Sosial Politik.<br />2. Lokasi Fisikal Indonesia. Keberadaan pada lokasi ini adalah faktor utama yang mempengaruhi politik di Indonesia. Indonesia berada pada dua benua, yaitu Asia dan Australia. Indonesia pun berada diantara dua samudera, yaitu Samudera Pasifik dan Hindia.</p> <p>Posisi silang, seperti yang telah dijelaskan pada poin kondisi fisikal, menyebabkan Indonesia menjadi suatu daerah Bufferzone, atau daerah penyangga. Hal ini bisa dilihat pada aspek-aspek dibawah ini:<br /><strong>1. Politik</strong><br />Indonesia berada diantara dua sistem politik yang berbeda, yaitu demokrasi Australia dan demokrasi Asia Selatan;<br /><strong>2. Ekonomi</strong><br />Indonesia berada di antara sistem ekonomi liberal Australia dan sistem ekonomi sentral Asia;<br /><strong>3. Ideologis</strong><br />Indonesia berada diantara ideologi kapitalisme di Selatan dan komunis di sebelah utara;<br /><strong>4. Sistem Pertahanan</strong><br />Indonesia berada diantara sistem pertahanan maritim di selatan, dan sistem pertahanan kontinental di utara.</p> <p>Selain menjadi daerah <em>Bufferzone</em>, Indonesia pun memperoleh beberapa keuntungan disebabkan kondisinya yang silang tersebut. Antara lain:</p> <ol type="1"><li class="MsoNormal">Berpotensi menjadi jalur perdagangan Internasional;</li><li class="MsoNormal">Dapat lebih memainkan peranan politisnya dalam percaturan politik Internasional;</li><li class="MsoNormal">Lebih aman dan terlindung dari serangan-serangan negara kontinental.</li></ol> <p><strong>Masalah-Masalah Teritorial</strong><br />Indonesia, sebagai sebuah negara kepulauan yang amat luas, memiliki berbagai masalah berkaitan dngan kondisinya itu. Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah teritorial ini antara lain, dasar geografi, demografi, serta kondisi sosial masyarakat.</p> <p>Masalah-masalah teritorial yang terjadi di Indonesia, pada umumnya menyangkut beberapa hal berikut:</p> <ol type="1"><li class="MsoNormal">Pembinaan wilayah untuk menciptakan ketahanan nasional yang maksimal dan efektif;</li><li class="MsoNormal">Faktor kesejahteraan dan keamanan;</li><li class="MsoNormal">Pembinaan teritorial yang dititikberatkan pada penyusunan potensi Hankam;</li></ol> <p>Bila masalah-masalah yang timbul dari beberapa faktor di atas dapat diatasi dengan baik oleh Bangsa Indonesia, maka akan tercapailah suatu keadaan yang dinamakan ketahanan nasional. Untuk mencapai keadaan tersebut, terdapat suatu prosedur yang dinamakan “geostrategi”.<br />Secara umum, geostrategi merupakan upaya untuk memperkuat ketahanan di berbagi bidang, yaitu bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, kehidupan beragama, dan pembangunan.<br /><strong>Wawasan Nusantara</strong><br />Seperti telah dikemukakan sebelumnya, diperlukan suatu konsep geopolitik khusus untuk menyiasati keadaan / kondisi Negara Indonesia, yang terdiri dari ribuan pulau dan sepanjang 3,5 Juta Mil. Konsep geopolitik itu adalah Wawasan Nusantara. Berbeda dengan pemahaman geopolitik negara lain yang cenderung mengarah kepada tujuan ekspansi wilayah, konsep geopolitik Indonesia, atau wawasan Nusantara justru bertujuan untuk mempertahankan wilayah. Sebagai negara kepulauan yang luas, Bangsa Indonesia beranggapan bahwa laut yang dimilikinya merupakan sarana “penghubung” pulau, bukan “pemisah”. Sehingga, walaupun terpisah-pisah, bangsa Indonesia tetap menganggap negaranya sebagai satu kesatuan utuh yang terdiri dari “tanah” dan “air”, sehingga lazim disebut sebagai “tanah air”.</p> <p>Tujuan dari Wawasan Nusantara dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan nasional dan tujuan ke dalam. Tujuan nasional dapat dilihat dalam Pembukaan UUD ’45. Pada UUD ’45 dijelaskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.</p> <p>Sedangkan tujuan yang kedua, yaitu tujuan ke dalam, adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik alamiah maupun sosial. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat manusia di seluruh dunia.</p> <p>Untuk mewujudkan integrasi tanah air serta mencapai tujuan Wawasan Nusantara diatas, maka dipakailah lima asas, yaitu:<br /><strong>1. Satu kesatuan wilayah;</strong><br />a. Satu wadah Bangsa Indonesia yang bersatu;<br />b. Satu kesatuan tumpah darah dengan bersatunya dan dipersatukan segala anugerah dan hakekatnya.<br /><strong>2. Satu kesatuan negara;</strong><br />a. Satu UUD dan politik pelaksanaannya;<br />b. Satu ideologi dan identitas nasional.<br /><strong>3. Satu kesatuan budaya;</strong><br />a. Satu perwujudan budaya nasional atas dasar Bhinneka Tunggal Ika;<br />b. Satu tertib sosial dan tertib hukum.<br /><strong>4. Satu kesatuan ekonomi;</strong><br />a. Satu tertib ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan;<br />b. Seluruh potensi yang ada atau yang dapat diadakan, diselenggarakan secara total untuk mewujudkan suatu kesatuan sistem pertahanan keamanan. Yang meliputi subyek, obyek dan metode.</p> <p>Perwujudan tanah air sebagai satu kesatuan, sudah sesuai dengan aspirasi dari falsafah Pancasila. Pelaksanaan Wawasan Nusantara akan terlihat hasilnya dengan terwujudnya suatu ketahanan nasional Indonesia.</p> <p>Ketahanan nasional Indonesia bersifat defensif serta melihat dan mawas ke dalam disertai usaha untuk membina daya, kekuatan serta kemampuan sendiri, meliputi segenap aspek kehidupan alamiah dan sosial. Dengan wawasan Nusantara, suatu ketahanan nasional dapat tercapai sesuai dengan kepribadian serta bentuk kepulauan Indonesia yang satu kesatuan dalam persatuan ini.</p> <p>Jadi, Wawasan Nusantara bermaksud untuk mewujudkan kesejahteraan, ketenteraman dan keamanan bagi Bangsa Indonesia, dengan demikian ikut serta juga dalam membina kebahagiaan dan perdamaian bagi seluruh umat manusia di dunia.</p> <p><strong>DAFTAR PUSTAKA</strong></p> <p>Harsawaskita, A. 2007. <em>“Great Power Politics di Asia Tengah Suatu Pandangan</em><em><br /><em>Geopolitik”</em></em>, dalam <em>Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional</em>.<br />Bandung: Graha Ilmu.</p> <p>Hidayat, I. Mardiyono. 1983. <em>Geopolitik, Teori dan Strategi Politik dalam</em><em><br /><em>Hubungannya dengan Manusia, Ruang dan Sumber Daya Alam</em></em>. Surabaya<br />Usaha Nasional.</p> <p>Makarim, N.A. 2004. <em>Geopolitik</em>. [Online]. Tersedia:http://www.kompas.com/kompas-cetak/041228/utama [28 Maret 2007].</p> <p>Poerwowidagdo, S.J. 1999. <em>Geoekonomi, Abstraksi ekonominya di kepulauan RI. </em><br />[Online]. Tersedia: — [28 Maret 2007].</p> <p>Sumarsono, S, et.al. 2001. <em>Pendidikan Kewarganegaraan</em>. Jakarta: Gramedia Pustaka<br />Utama.</p> <p>Wikipedia Internasional. 2007. <em>Geopolitics</em>. [Online]. Tersedia:<br />http://en.wikipedia.org/wiki/Geopolitics [28 Maret 2007].</p> </div></div>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-16764989594068983812010-08-25T07:59:00.000-07:002010-08-25T08:00:24.401-07:00MAKALAH KONSEP, TRANMISI DAN PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR<h2 style="text-align: center;">KONSEP, TRANMISI DAN PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR</h2> <span class="submitted"><br /></span> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left; margin: 0pt;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">ditulis oleh : Dadan wahidin</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; margin: 0pt;" align="center"><strong><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">BAB II</span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; margin: 0pt;" align="center"><strong><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">KONSEP, TRANMISI DAN PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR</span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;"> </span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="A"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">KONSEP BUDAYA BELAJAR </span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Secara konseptual perlu dipahami apa dan bagai mana budaya belajar, baik dilihat dari batasan atau pengertian, sifat, wujud, sampai kebidang-bidangnya. Dari paparan para Ahli, terdapat beberapa cara pandang mengenai budaya belajar, yaitu : 1) budaya belajar dipandang sebagai system pengetahuan menyiratkan. 2) budaya belajar berfungsi sebagai “pola bagi kehidupan manusia” yang menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersama sebagai sebuah pedoman. 3) budaya belajar digunakan juga untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalaman. 4) budaya belajar juga di pandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social. </span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;"> </span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pengertian budaya belajar </span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">konsep budaya belajar bersumber dari konsep budaya, tegasnya kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan<span> </span>pengalaman lingkunagnnya serta menjadi kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya. Cara pandang budaya belajar sebagai pengetahuan menyiratkan, bahwa budaya belajar dapat berfungsi sebagai “pola bagi kelakuan manusia” yang menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersamaan.. udaya belajar dapat juga dipandang sebagai adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social. Adaptasi adalah upaya menyesuaikan<span id="more-718"></span> dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungnya ; atau sebaliknya manusia juga belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat sesuai dengan keinginan dan tujuan. Kenyataan lain menunjukan, bahwa lingkungan dengan segala sumberdaya memiliki keterbatsan-keterbatsan, namun pada pihak lain kebutuhan manusia dalam rangka memenuhi syarat dasar hidupnya setiap saat senantiasa mengalami peningkatan. Implikasinya pada setiap pembelajaran baik individu maupun kelompok akan memiliki pilihan strategi yang satu sama lain salaing berbeda. Individu atau kelompok pembelajar dengan pengetahuan belajarnya akan melihat permasalahan adanya keterbatasan tersebut dengan cara merespon secara aktif. Permasalahan yang berlangsung dilingkungannya itu akan berusahan untuk diatasi dengan pembelajaran. Kemampuan budaya belajar individu atau kelompok social keadaftipanya ditunjukan untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbul dilingkungannya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;"> </span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sifat-sifat budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Budaya belajar dimilki bersama </span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sifat budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh kelompok manusia secara bersama. Kerana terlahir dari potensi yang dimilki manusia, maka budaya belajar kelompok itu merupakan suatu karya yang dimilki bersama. Bermacam-macam jenis kebudayaan tergantung dari pengkategorianya. Seorang individu akan menjadi pendukung budaya belajar yang bersumber dari latar belakang etnis, sekaligus menjadi pendukung budaya belajar masyarakat yang didiaminya.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal"><strong><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Budaya belajar cenderung bertahan dan berubah</span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Karena dimiliki bersama, maka kebudayaan cenderung akan dipertahankan bersama (masyarakat tertutup / statis).namun disisi yang lain karena hasil kesepakatan untuk diciptakan dan dimiliki bersama, maka kebudayaan juga akan dirubah manakala terdapat kesepakatan untuk melakukannya secara bersamaan (masyarakat terbuka / dinamis). Sifat bertahan dan berubah saling berjelintangan tergantung dari kesepakatan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dalam kenyataannya tidak ada suatu kebudayaan masyarakat dunia yang selamanya bertahan atau tutup atau selamanya terbuka atau berubah.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Umumnya budaya belajar capat atau lambat mengalami perubahan selain pertahanan, namun yang harus dicatat adalah adanya perbedaan pada level individu atau kelompok sosial dalam lamanya bertahan atau cepatnya berubah. Pada batas-batas tertentu jenis budaya akan mencerminkan dalam sifat budaya belajar yang cenderung terbuka ataupun sebaliknya yaitu cenderung tertutup. Sifat budaya belajar terwujud dalam bentuk terbuka atau tertutup dipengaruhi oleh materi pembelajaran apa yang dipandang penting. Materi belajar yang tidak relevan dan dibutuhkan memungkinkan akan tidak mengembangkan budaya belajar terbuka demikian sebaliknya.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Fungsi budaya belajar untuk pemenuhan kebutuhan manusia</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kebudayaan diciptakan bersama dan dikembangkan bersama karena dipercayai akan berdaya guna untuk keperluan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Demikian dengan budaya belajar yang diciptakan dan dikembangkan oleh manusia dengan maksud sebagai sarana bagi pencapaian tujuan hidupnya. Yakni memenuhi kebutuhan hidup pada hari dan masa yang akan datang. Ada tiga dasar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia bengan budaya belajarnya, yakni :</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 1in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">a.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span><span lang="IN"><span style="font-size: small;">syarat dasar alamiah yakni syarat pemenuhan kebutuhan biologis</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 1in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">b.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span><span lang="IN"><span style="font-size: small;">syarat kejiwaan atau psikologis yakni syarat kebutuhan untuk sehat secara kejiwaan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 1in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">c.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span><span lang="IN"><span style="font-size: small;">kebutuhan dasar sosial yakni kebutuhan untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan sesama manusia.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">d. Budaya belajar diperoleh melalui proses belajar</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik yang bersifat herediter, melainkan dihasilkan melalui proses belajar oleh individu kelompok sosial dilingkunganya. budaya belajar adalah produk ciptaan manusia yang bersifat khas yang dibentuk melalui lingkungan budaya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Faktor yang menentukan dalam mempelajari kebudayaan belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol bahasa. Bagaimanpun sederhanannya suatu kebudayaan masyarakat, individu atau kelompok sosial pendukungnya masih bisa berkomunikasi dengan bahasa ciptaannya. Semakin maju suatu budaya belajar, maka struktur komunikasi berbahasa memperlihatkan kompleksitasnya. Dalam budaya belajar, peranan bahsa menjadi alat yang kehadirannya sangat diperlukan dalam pewarisa budaya. </span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;"> </span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Perwujudan<span> </span>budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Wujud budaya belajar dalam kehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama,<span> </span>perwujudan budaya belajar yang bersifat abstrak dan kedua perwujudan budaya yang bersifat kongkrit.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Perwujudan budaya yang bersifat abstrak adalah konsekuensi dari cara pandang budaya belajar sebagai sistem pengetahuan yang diyakini oleh individu atau kelompok sesial sebagai pedoman dalam belajar. Perwujudan budaya belajar yang abstark berada dalam sistem gagasan atau ide yang bersifat abstrak akan tetapi beroperasi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Perwujudan<span> </span>budaya belajar yang diperlihatkan secara konkrit berupa (a) dalam prilaku belajar. (b) dalam ungkapan bahasa dalam belajar; dan (c) hasil belajar berupa material.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Budaya belajar dalam bentuk prilaku tampak dalam interaksi sosial. Perilaku belajar individu atau kelompok yang berlatar belakang status sosial tertentu mencerminkan pola budaya belajarnya.Perwujudan perilaku belajar individu atau kelompok sosial dapat juga dilihat dari kondisi resmi dan tidak resmi juga. Perbedaan dalam kondisi mencerminkan adanya nilai, norma dan aturan yang berbeda.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Bahasa adalah salah satu perwujudan budaya belajar secara kongkrit pada individu atau kelompok sosial. Kekurangan dalam menggunakan bahasa sedikit banyak akan menghambat percepatan dalam merealisasikan dan mengembangkan budaya belajar.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Penguasaan bahasa ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa lain memungkinkan akan memperkuat dan mengembangkan budaya belajar seseorang atau kelompok sosial. Hasil belajar berupa material menjadikan perwujudan konkret dari sistem budaya belajar individu atau kelompok sosial. Hasil belajar tidak saja berbentuk benda melainkan keterampilan yang mengarahkan pada keterampilan hidup (life skill). </span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;"> </span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Substansi budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sebagaimana kebudayaan, maka budaya belajar juga memiliki substansi yang senatiasa melekat pada kehidupan masyarakat. Substansi budaya belajar dikategorikan dalam tiga bagian penting, yakni : a) sistem pengetahuan budaya belajar; b) sistem nilai budaya belajar dan sistem etos budaya belajar dan ; c) sistem pandangan hidup mengenai budaya belajar.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sistem pengetahuan budaya belajar yang dimilki manusia merupakan hasil akumulasi perolehan pembelajaran sepanjang hidupnya dilingkungannya, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Pengetahuan budaya belajar melalui lingkungan tersebut sebagai bentuk penyesuaian diri dengan kenyataan-kenyataan hidup. Manusia dangan pengetahuannya belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tetap bisa hidup dalam kondisi apapun.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Ada tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajarnya yang diperoleh dari penyesuaian diri dengan lingkungannya, yakni : a) melalui serangkaian pengalaman hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman dalam lingkungan alam ataupun sosial. Pengalam individu atau kelompok sosial menjadi pedoman dalam pengetahauan pembelajaran yang penting. b) melalui berbagai pengajaran yang diperolehnya baik melalui pembelajaran dirumah, masyarakat maupun pendidikan di sekolah. c) pengetahuan juga diperoleh melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolik yang sering juga disebut sebagai komunikasi simbolik.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kepentingan nilai belajar adalah pengalaman dan orientasi budaya dimasa depan. Nilai budaya belajar juga akan berkaitan dengan jenis materi belajar apa yang dipandang penting oleh suatu masyarakat. Dengan demikian dapatlah disimpulkan, sebagaimana sistem pengetahuan budaya belajar, maka dalam nilai budaya belajar juga mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut mengikuti pola perubahan sosial budayanya.pandangan hidup budaya belajar terbentuk atas dasar sistem pengetahuan, nilai dan etos budaya belajar yang dianut oleh masyarakat setempat. Sistem pengetahuan belajar yang diperoleh dari lingkungan masyarakat dioperasikan dalam bentuk sistem berfikir mengenai pengkategorian.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;"> </span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Bidang Materi budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Mengingat budaya belajar berlangsung dalam kehidupan, maka yang menjadi garapan atau materi pembelajaran adalah seluruh bidang kehidupan manusia. Para ahli budaya sepakat untuk menerapkan bidang-bidang kehidupan manusia yang senantiasa dibutuhkan dalam kehidupan di masyarakat yakni :</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 0.75in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">1.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span></strong><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Materi belajar sistem kepercayaan dan religi </span></span></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Lima komponen yang dimasukan dalam materi belajar sistem kepercayaan dan religi, yakni: </span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 1in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">a.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Emosi Keagamaan </span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 1in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">b.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Sistem keyakinan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 1in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">c.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Sistem ritus/ritual dan upacara keagamaan </span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 1in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">d.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Pelaksanaan ritus/ritual menggunakan tempat yang khusus</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 1in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">e.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Ummat beragama</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 0.75in;"><span lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 0.75in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">2.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span></strong><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Materi belajar sistem Organisasi Sosial</span></span></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa hidup secara kelompok. Sikap hidup untuk berkelompok bukan karena insting semata melainkan atas dasar kebutuhan bersama. Mereka memandang hidup berkelompok jauh lebih menguntungkan dibandingkan hidup menyendiri. Terdapat dua submateri yang dijadikan bahan mengenai kehidupan sosial berikut organisasinya, yakni a) organisasi simbiotik, yakni organisasi yang semata-mata terbentuk atas tingkah laku fifik yang bersifat otomatis<span> </span>dan organisasi sosial, yang berbentuk atas dasar komunikasi dengan menggunakan sistem lambang.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Materi organisasi sosial mempunyai dua aspek penting untuk diajarkan yakni asfek fungsi dan aspek stuktur.berkenaan dengan fungsi suatu organisasi dalam kehidupan dilakukan dengan<span> </span>bermacam materi berikut dengan tingkat kesulitan.dalam pencapain ketertiban diperlakukan sejumlah syarat yang harus di penuhi,diantaranya: (a) memiliki aturan yang baku dan aturan tersebut diterima oleh semua anggota kelompok; (b)adanya kekuasaan yang dapat memaksakan individu untuk mematuhi aturan yang ada; (c)adanya koordinasi antarlapisan masyarakat (lapisan bawah,menegah dan lapisan atas); (d) antara lapisan masyarakat itu berkerja di berbagai bidang kehidupan dapat terjalin dengan harmoni dan saling<span> </span>memberi kepuasan antarpihak;(e)dari keseluruhan bidang harus membentuk mekanisme atau pola yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 0.75in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">3.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span></strong><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Materi belajar sistem mata pencaharian hidup</span></span></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Materi pembelajaran mengenai sistem mata pencaharian hidup adalah materi yang paling mendapat tekanan dari masyarakat manapun. Setiap kelompok masyarakat memilki sistem ekonomi yang bersumber dari lingkungannya. Pembelajaran sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi berlangsung oleh seluruh anggota masyarakat, baik anak-anak maupun oang dewasa. Perbedaannya terletak pada kompleksitas materi dan cara-cara belajar.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dalam pengkajian perekonomian setidaknya memerlukan tiga aspek, yakni : a) ekonomi sektor produksi; b) ekonomi sektor distribusi dan<span> </span>c) ekonomi sektor konsumsi. Dalam kaitan dengan materi pembelajaran bidang ekonomi perlu memperhatikan jenis mata pencaharian yang dijadikan bidang kehidupannya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 0.75in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">4.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span></strong><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Materi belajar sistem peralatan dan teknologi</span></span></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Materi sitem peralatan dan teknologi adalah salah satu unsur kehidupan manusia yang berperan untuk mengembangkan suatu masyarakat. Teknologi dipandang sebagai ilmu tentang sejumlah teknik yang diciptakan masyarakat untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Pada prinsipnya teknologi ditemukan manusia karena terdesaknya kebutuhan dalam pekerjaanya. Sebagaiman diketahui bahwa manusia itu sangatlah terbatas energi dan kemampuan fisiknya, karean itu mesti ada sesuatu yang bisa membangtu memudahkan, memperlancar dan meningkatkan jumlah pekerjaan. Bilamana teknologi dasar sudah ditemukan, maka masyarakat berusaha untuk menemukan teknologi yang lebih manju lagi. Dengan teknologi secara perlahan tetapi pasti telah mendorong budaya belajar yang baru, karena pembelajaran menjadi lebih dengan bantuan teknologi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 0.75in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">5.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span></strong><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Materi belajar sistem bahasa</span></span></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">salah satu materi budaya belajar yang bersifat khas adalah bahasa. Bahasa dipandang menjadi pangkal terwujudnya suatu kebudayaan. Materi pengetahuan belajar dilakukan dengan menggunakan simbol bahasa ternyata banyak keuntungan karena bersifat efektif dan efisien dalam menyampaikan makna.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Bahasa tidak hanya diartikan sekedar suara (bahasa lisan), melainkan juga dengan tulisan (bahasa tulisan). Bahkan bahasa gerak (bahasa isyarat). Setiap masyarakat atau kelompok masyarakat memilki bahasa tersendiri yang didalamnya mengandung pengetahuan budaya yang dipelajari antar generasi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 0.75in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">6.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span></strong><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Materi belajar sistem kesenian</span></span></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">setiap masyarakat menciptakan dan mengembangkan berbagai jenis kesenian. Kesenian adalah unsur budaya yang berusia tua. Sebagai materi pembelajaran, kesenian secara langsung maupun tidak langsung dijalankan budaya belajar. Melihat citranya yang indah memungkinkan individu atau kelompok sosial mempelajari kesenian setempat ataupun kelompok lain secara khusus.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 0.5in;"><span lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 0.5in;"><span lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;"> </span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="A"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">TRANSMISI BUDAYA BELAJAR</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pewariasan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah “Transmisi kebudayaan”. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kepribadian dan budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya belajar berkaitan dengan aspek eksternal individu </span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kepribadian yang selaras</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kepribadian yang selaras di sini adalah kepribadian yang sesuia dengan nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat yang bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah individu yang menjadikan pendukung kebudayaan yang besangkutan secara penuh karena jenis kepribadian yang dimilkinya itu terbentuk karena pengaruh kebudayaan dimana ia tinggal.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kepribadian yang menyimpang</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kepribadian sesorang tidak selalu tumbuh sebagaimana yang diinginkan oleh orang tuanya atau masyarakat bersangkutan. Orang tua dan masyarakat hanyalah menyediakan sarana bagi perkembangan kepribadian. Suatu perkembangan tidak bisa memaksa individu untuk menjadi hitam semua atau putih semua. Kepribadian adalah sesuatu yang bersifat kejiwaan dan perkembangan mempunyai dinamika tersendiri. </span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Adanya kenyataan bahwa kepribadian itu tidaklah senantiasa sama dalam suatu masyarakat, dapat kita perluas dengan menunjukan gejala banyaknya orang yang memilki kelainan jiwa. Penyakit ini disinyalir disebabkan oleh adanya tekanan-tekanan sosial-budaya yang amat besar mempengaruhi kepribadian individu-individu besangkutan.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sarana pewarisan budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pewariasan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah “Transmisi kebudayaan”. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Tanpa mempertahankan usaha pewarisan maka masyarakat akan punah dan dilupakan. Usaha pewarisan budaya dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan cara melibatkan berbagai institusi sosial yang ada, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan sekolah dan juga media masa sebagai penyalur informasi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: -0.25in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt 0pt 0pt 0.75in;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span lang="IN"><span><span style="font-size: small;">a.</span><span style="font: 7pt "";"> </span></span></span></strong><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;">Lingkungan Pendidikan Keluarga</span></span></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dalam lingkungan keluarga memungkinkan seorang individu atau kelompok melakukan suatu identifikasi dilingkungannya, dan secara perlahan-lahan diinternalisasikan dalam kehidupannya. Proses identifikasi dalam keluarga menjadikan seseorang dapat mengenal keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara dekat maupun saudara jauh. </span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Para orang tua atau kelompok yang sudah mapan dalam tansmisi kebudayaan berfungsi sebagai nara sumber aktifmelalui tindakan yang bersifat responsif dan senantiasa mendorong, menjelaskan berbagai kenyataan yang ada dilingkungan beserta perubahan-perubahan yang berlangsung disekitarnya. Upaya merespon, mendorong dan menjelaskan itu didasarkan atas pengalaman, pengetahuan, yang berlaku dilingkungannya sehingga cara-cara melaksanakan pembelajaran itu senantiasa disesuaikan dengan perwujudan kebudayaannya. Atau dengan kata lain cara-cara budaya belajar itu tidak lain sebagai hasil adaptasi dirinya dengan kebudayaan yang dianutnya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Keluarga mempunyai peranan penting karena dalam keluarga itulah suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapat pelajaran pertama kali di lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan menciptakan lingkungan pendidikan formal.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="A"><li> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lingkungan pendidikan masyarakat</span></span></span></strong></li></ol> </li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan untuk hidup bersama. Pada prinsipnya suatau masyarakat terwujud apabila di antara kelompok individu-individu tersebut telah lama melakukan kerja sama serta hidup bersama setelah menetap. Sistem pewarisan budaya lewat lingkungan masyarakat berlangsung dalam berbagai pranata sosial, diantaranya pemilahan hak milik, perkawinan, religi, sitem hukum, sestem kekerabatan dan sistem edukasi.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="A"><li> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lingkungan pendidikan sekolah</span></span></span></strong></li></ol> </li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan menghaluskan moral dan menjadikan akhlak yang baik. Sekolah dalam masyarakat dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pendidikan di sekoah dalam kerangka pewarisan budaya jelas sekali arahnya. Para pendidik yang bertugas sebagai guru melakukan penyampaian pengetahuan dan interaksi moral itu berdasarkan rancangan atau program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Dan proses pewarisan budaya disekolah dilakukan secara bertahap, terencana dan terus-menerus.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="A"><li> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lingkungan pendidikan media masa</span></span></span></strong></li></ol> </li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">media masa adalah suatu bagian dalam masyarakat yang bertugas menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan, dan sebagainya. Sifat media masa adalah mencari bahan pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan bersama. Media masa sebagai media kontrol bagi terjadinya berbagai penyimpangan dari nilai dan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Salah satu fungsi media masa yakni sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Banyak informasi yang diberitakan dan memuatnya berbagai pendapat-pendapat mengenai berbagai masalah dilingkungan masyarakat sacara langsung tidak langsung akan memperluas wawasan para pembacanya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;"> </span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="A"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">PROSES PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Individu atau kelompok sosial akan berkesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut : a) adanya kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar yang selama ini dianunya; b) adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru; c) adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya, dan d) adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in; line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan, temasuk perubahan dalam budaya belajar.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Faktor waktu dalam perubahan budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Perubahan budaya belajar yang disebabkan oleh faktor waktu disebut juga perubahan budaya belajar yang alamiah. Perubahan budaya belajar dalam konteks ini berjalan sejalan dengan perkembangan individu atau kelompok sosial, misalnya perubahan budaya belajar anak-anak, memudian budaya belajar usia remaja, budaya belajar manusia dewasa. </span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Faktor kontak budaya dalam perubahan budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kontak budaya merupakan perubahan budaya belajar yang tidak alamiah. Kontak budaya dalam perubahan budaya berlangsung dalam proses peniruan, atau pengambilan suatu unsur budaya luar untuk kehidupan dijadikan kepentingan pemenuhan kebutuhan bagi suatu masyarakat. </span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Faktor kecepatan dalam perubahan budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kecepatan perubahan budaya menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Kenyataanya setiap individu atau kelompok sosial memilki tingkat perubahan budaya sebagai sesuatu yang tidak bisa dipungkiri.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Akulturasi budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung dan terus-menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam antara lain : pertama, kontak budaya belajar bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan individu-individu dari dua masyarakat. Kedua, kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara kedua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Ketiga, kontak budaya belajar timbul diantara masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam politik maupun ekonomi.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Asimilasi budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Asimilasi budaya pada dasarnya proses saling mempelari pola budaya belajar antar individu dan kelompok sehingga dapat mengembangkan budaya belajar masing-masing. Karrean berkaitan dengan perubahan, maka awalnya melakukan identifikasi pola budaya belajar diantara yang sedang berasimilasi untuk kemudian dilanjutkan bersama-sama dalam bentuk perumusan dan tindakan budaya belajar secara konkrit.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lambat bergantung kepada beberapa faktor, yakni a) adanya toleransi yang memadai antara dua individu atau kelompok masyarakat yang memilki perbedaan-perbedaan. b) adanya faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar. c) adanya faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya. d) adanya faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya suatu asimilasi budaya belajar.</span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Inovasi budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Individu atau masyarakat akan berkesesuaian derngan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor-faktor berikut : a) adanya kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar yang selama ini dianutnya. b) adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru. c) adanya sistem perangsang dalam masyarakat yangt mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak menenai temuannya. Dan d) adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Suatu perubahan budaya belajar akan diterima suatu masyarakat apabila memenuhi syarat-syarat : pertama, masyarakat bersangkutan harus merasa butuh dengan perubahan budaya belajar yang diawali adanya kesadaran bersama bahwa budaya belajar yang saat ini berlangsung sudah tidak cocok lagi digunakan dalam kehidupan. Kedua, perubahan budaya belajar yang ditemukan harus dapat dipahami dan dikuasai oleh anggota masyarakat lainnya. Ketiga, penemuan budaya belajar harus bissa diajarkan pada masyarakat. Keempat, penemuan budaya belajar harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang akan datang. Kelima, perubahan tersebut harus tidak merusak prestise pribadi atau pribadi atau golongan. </span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Difusi budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari satu budaya belajar individu ke individu yang lainnya atau inta-masyarakat atau dari masyarakat ke masyarakat lainya atau difusi inter-masyarakat. Proses peniruan budaya belajar disebut imitasi. Proses imitasi budaya belajar tidak selalu dipandang negatif, karena pada prisipnya individu atau kelompok sosial itu tengah melakukan identifikasi budaya belajar baru. gejala peniruan ini berbentuk trial and error artinya mencoba-coba, bisa benar atau juga salah. Kalau kebetulan benar, maka budaya belajar baru akan terus digunakan dalam kehidupan mereka dan digunakan untuk mengganti budaya belajar sebelumnya. </span></span></span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal"><strong><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dampak perubahan budaya belajar</span></span></span></strong></li></ol> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dampak perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian sehari-hari dilingkungan kita. Kita ketahui bersama bahwa pembangunana nasional yang sedang dilaksanakan ini pada dasarnya adalah proses perubahan dari luar. Perubahan melalui pembangunan berkonsekuensi pada perubahan pada pola duni belajarnya. setiap individu atau kelompok masyarakat mengiterprestasikan sulinya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadi individu atau kelompok sosial mengubah pola budaya belajar dalam kehidupannya. </span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Respon perubahan budaya belajar pada suatu masyarakat dengan tingkat kebudayaannya memilki cara yang berbeda dalam menanggapi perubahan. Cara tersebut didasarkan pada perbedaan dalam latar belakang karakter budaya masing-masing berikut dengan ciri khasnya. Sebagai mana dipahami, latar belakang budaya yang diartikan sebagai model pengetahuan, pada dasarnya difungsikan untuk meng-interprestasikan pengalaman dan lingkungan nya serta yang mendorong terwujudnya suatu kelakuan. </span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; margin: 0pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Penetrasi budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial dapat berubah yang disebakan oleh kontak dengan dunia luar. Penetrasi budaya adalah proses penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar. Unsur yang datang dari luar secara perlahan ikut menyertai atau membonceng dalam suatu saluran yang dianggap sebagai saluran umum, kemudian secara perlahan unsur tersebut masuk dan mengubah budaya belajar atau sebagian budaya belajar yang hidup dalam suatu masyarakat.</span></span></span></p>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-41981808115022327652010-08-25T07:56:00.001-07:002010-08-25T07:59:02.691-07:00MAKALAH PERSPEKTIF DALAM PSIKOLOGI SOSIAL<h2>PERSPEKTIF DALAM PSIKOLOGI SOSIAL</h2> <span class="submitted"> </span> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">PERSPEKTIF DALAM PSIKOLOGI SOSIAL</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Hasan Mustafa</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pengantar :</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Tulisan ini disusun sebagai upaya membantu mahasiswa memahami isi mata kuliah Psikologi Sosial pada program studi Administrasi Negara Fisip Unpar. Acuan uraian ini </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">adalah buku yang ditulis oleh James A. Wiggins, Beverly B. Wiggins, dan James Vander </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Zanden ( 1994), dilengkapi oleh sumber bacaan lain. Topik lain yang juga merupakan </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pokok bahasan dalam mata kuliah tersebut akan segera disusun. Semoga bermanfaat.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Akar awal Psikologi Sosial</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Walau psikologi sosial merupakan disiplin yang telah lama ada ( sejak Plato dan </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Aristotle), namun secara resmi, disiplin ini menjadi satu ilmu yang mandiri baru sejak </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tahun 1908. Pada tahun itu ada dua buku teks yang terkenal yaitu “Introduction to Social </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Psychology” ditulis oleh William McDougall – seorang psikolog – dan “Social </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Psychology : An Outline and Source Book , ditulis oleh E.A. Ross – seorang sosiolog.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Berdasarkan latar belakang penulisnya maka dapat dipahami bahwa psikologi sosial bisa </span></span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">di”</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">claim</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” sebagai bagian dari psikologi, dan bisa juga sebagai bagian dari sosiologi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Psikologi sosial juga merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dikenal ada dua perspektif utama, yaitu perspektif struktural makro yang menekankan </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kajian struktur sosial, dan perspektif mikro yang menekankan pada kajian individualistik </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dan psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku manusia.. Di Amerika disiplin ini </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">banyak dibina oleh jurusan sosiologi – di American Sociological Association terdapat </span></span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">satu bagian yang dinamakan “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">social psychological section</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">“, sedangkan di Indonesia, </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">secara formal disiplin psikologi sosial di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">prakteknya tidak sedikit para pakar sosiologi yang juga menguasai disiplin ini sehingga </span></span></span><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dalam berbagai tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut mewarnainya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 16pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">Apakah perbedaan di antara Sosiologi dan Psikologi ??<span id="more-726"></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">berkaitan dengan persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang sejenisnya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dan kalau berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung memikirkan persoalan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kemasyarakatan. Kajian utama psikologi adalah pada persoalan kepribadian, mental,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam diri manusia sebagai individu.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur sosial yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">keduanya mempengaruhi interaksi, perilaku, dan kepribadian. Kedua bidang ilmu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">tersebut bertemu di daerah yang dinamakan </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">psikologi sosial </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">. Dengan demikian para</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">psikolog berwenang merambah bidang ini, demikian pula para sosiolog. Namun</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">karena perbedaan latar belakang maka para psikolog akan menekankan pengaruh</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">situasi sosial terhadap proses dasar psikologikal – persepsi kognisi emosi dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">2</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pertanyaan yang paling mendasar yang senantiasa menjadi kajian dalam psikologi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sosial adalah : ” Bagaimana kita dapat menjelaskan pengaruh orang lain terhadap perilaku</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kita?’”. Misalnya di Prancis, para analis sosial sering mengajukan pertanyaan mengapa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pada saat revolusi Prancis, perilaku orang menjadi cenderung emosional ketimbang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">rasional? Demikian juga di Jerman dan Amerika Serikat dilakukan studi tentang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kehadiran orang lain dalam memacu prestasi seseorang . Misalnya ketika seorang anak</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">belajar seorang diri dan belajar dalam kelompok, bisa menunjukan prestasi lebih baik</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dibandingkan ketika mereka belajar sendiri. Gordon Allport (1968) menjelaskan bahwa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">seorang boleh disebut sebagai psikolog sosial jika dia </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">“berupaya memahami,</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">menjelaskan, dan memprediksi bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan individuindividu</span></span></span></em></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan-tindakan orang lain yang</span></span></span></em></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dilihatnya, atau bahkan hanya dibayangkannya”</span></span></span></em></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pada dua kemungkinan (1) perilaku diperoleh dari keturunan dalam bentuk instinkinstink</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">biologis – lalu dikenal dengan penjelasan </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">“nature” </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">- dan (2) perilaku bukan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka -</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">3</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dikenal dengan penjelasan </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">“nurture”. </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Penjelasan </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">“nature” </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dirumuskan oleh ilmuwan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Inggris Charles Darwin pada abad kesembilan belas di mana dalam teorinya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dikemukakan bahwa semua perilaku manusia merupakan serangkaian instink yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">diperlukan agar bisa bertahan hidup. Mc Dougal sebagai seorang psikolog cenderung</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">percaya bahwa seluruh perilaku sosial manusia didasarkan pada pandangan ini</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">(instinktif).</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Namun banyak analis sosial yang tidak percaya bahwa instink merupakan sumber</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perilaku sosial. Misalnya William James, seorang psikolog percaya bahwa walau instink</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">merupakan hal yang mempengaruhi perilaku sosial, namun penjelasan utama cenderung</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">ke arah </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">kebiasaan </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">- yaitu pola perilaku yang diperoleh melalui pengulangan sepanjang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">kehidupan seseorang. Hal ini memunculkan </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">“nurture explanation”. </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Tokoh lain yang juga</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">seorang psikolog sosial, John Dewey mengatakan bahwa perilaku kita tidak sekedar</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">muncul berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">atau diubah oleh lingkungan – “situasi kita” – termasuk tentunya orang lain.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Berbagai alternatif yang berkembang dari kedua pendekatan tersebut kemudian</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memunculkan berbagai perspektif dalam psikologi sosial – seperangkat asumsi dasar</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tentang hal paling penting yang bisa dipertimbangkan sebagai sesuatu yang bisa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">digunakan untuk memahami perilaku sosial. Ada empat perspektif, yaitu </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">: </span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">perilaku</span></em></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">(behavioral perspectives) </span></em></strong><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">, kognitif </span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">(cognitive perspectives)</span></em></strong><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">, stuktural </span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">(structural</span></em></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">perspectives</span></em></strong><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">), dan interaksionis </span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">(interactionist perspectives).</span></em></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Perspektif perilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para psikolog sosial</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang berakar pada psikologi. Mereka sering menawarkan jawaban yang berbeda atas</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sebuah pertanyaan : “Seberapa besar perhatian yang seharusnya diberikan oleh para</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">psikolog sosial pada kegiatan mental dalam upayanya memahami perilaku sosial?”.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Perspektif perilaku menekankan, bahwa untuk dapat lebih memahami perilaku seseorang,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">seyogianya kita mengabaikan informasi tentang apa yang dipikirkan oleh seseorang.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Lebih baik kita memfokuskan pada perilaku seseorang yang dapat diuji oleh pengamatan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kita sendiri. Dengan mempertimbangkan proses mental seseorang, kita tidak terbantu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memahami perilaku orang tersebut, karena seringkali proses mental tidak reliabel untuk</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memprediksi perilaku. Misalnya tidak semua orang yang berpikiran negatif tentang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sesuatu, akan juga berperilaku negatif. Orang yang bersikap negatif terhadap bangsa A</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">4</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">misalnya, belum tentu dia tidak mau melakukan hubungan dengan bangsa A tersebut.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Intinya pikiran, perasaan, sikap (proses mental) bukan sesuatu yang bisa menjelaskan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perilaku seseorang.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sebaliknya, perspektif kognitif menekankan pada pandangan bahwa kita tidak bisa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka. Manusia tidak</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku mereka tergantung pada bagaimana</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mereka berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi untuk memperoleh informasi yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bisa dipercaya maka proses mental seseorang merupakan hal utama yang bisa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">menjelaskan perilaku sosial seseorang.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Perspektif struktural dan interaksionis lebih sering digunakan oleh para psikolog sosial</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang berasal dari disiplin sosiologi. Pertanyaan yang umumnya diajukan adalah : “</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sejauhmana kegiatan-kegiatan individual membentuk interaksi sosial ?”. Perspektif</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">struktural menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">jika diketahui peran sosialnya. Hal ini terjadi karena perilaku seseorang merupakan reaksi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">terhadap harapan orang-orang lain. Seorang mahasiswa rajin belajar, karena masyarakat</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mengharapkan agar yang namanya mahasiswa senantiasa rajin belajar. Seorang ayah rajin</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bekerja mencari nafkah guna menghidupi keluarganya. Mengapa ? Karena masyarakat</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mengharapkan dia berperilaku seperti itu, jika tidak maka dia tidak pantas disebut sebagai</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">“seorang ayah”. Perspektif interaksionis lebih menekankan bahwa manusia merupakan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">agen yang aktif dalam menetapkan perilakunya sendiri, dan mereka yang membangun</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">harapan-harapan sosial. Manusia bernegosiasi satu sama lainnya untuk membentuk</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">interaksi dan harapannya. Untuk lebih jelas, di bawah ini diuraikan satu persatu keempat</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">prespektif dalam psikologi sosial.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">1. Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective)</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919).</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun 1920-</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam itu,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">5</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang menurutnya bersifat “mistik”, “mentalistik”, dan “subyektif”. Dalam psikologi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang “dapat diamati” (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">observable</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), yaitu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">pada “apa yang dikatakan (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">sayings</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) dan apa yang dilakukan (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">doings</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">)”. Dalam hal ini</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey, karena keduanya percaya bahwa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">proses mental </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dan juga perilaku yang teramati berperan dalam menyelaskan perilaku</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sosial.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Para “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">behaviorist</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” memasukan </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">perilaku </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">ke dalam satu unit yang dinamakan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">“tanggapan” </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">(responses)</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">, dan </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">lingkungan </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">ke dalam unit “rangsangan” </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">(stimuli). </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Menurut</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">rangsangan ” seorang teman datang “, lalu memunculkan tanggapan misalnya, “tersenyum”.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">behavioris tadi percaya bahwa rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mengacu pada pertimbangan mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mengejutkan jika para behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">menggunakan pendekatan “kotak hitam (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">black-box</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">)” . Rangsangan masuk ke sebuah</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">kotak (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">box</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak hitam tadi -</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">srtuktur internal atau proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan – karena</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">tidak dapat dilihat secara langsung (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">not directly observable</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), bukanlah bidang kajian para</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">behavioris tradisional.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorisme</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">melalui percobaan yang dinamakan “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">operant behavior</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” dan “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">reinforcement</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">“. Yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dimaksud dengan “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">operant condition</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lingkungan tersebut. Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lalu secara umum, akan menghasilkan senyuman yang datangnya dari orang lain tersebut.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">operant behavior</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">“.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Yang dimaksud dengan “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">reinforcement</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” adalah proses di mana akibat atau perubahan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">yang terjadi dalam lingkungan </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">memperkuat </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">perilaku tertentu di masa datang . Misalnya,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sebelumnya), dan mereka tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">6</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing maka kita akan tersenyum. Perlu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">merupakan penguat positif. Contoh penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat kita</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing tersebut diam saja atau</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bahkan menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kembali, kita cenderung tidak tersenyum (diam saja).</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan secara</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lebih mendalam mengapa fenomena sosial yang diutarakan dalam pendekatan perilaku</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">bisa terjadi. Beberapa teori antara lain adalah Teori Pembelajaran Sosial (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Social Learning</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Theory</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) dan Teori Pertukaran Sosial (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Social Exchange Theory</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">).</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">a. Teori Pembelajaran Sosial.</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Di tahun 1941, dua orang psikolog – Neil Miller dan John Dollard – dalam laporan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">hasil percobaannya mengatakan bahwa peniruan (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">imitation</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) di antara manusia tidak</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">disebabkan oleh unsur instink atau program biologis. Penelitian kedua orang tersebut</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">mengindikasikan bahwa kita belajar (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">learn</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) meniru perilaku orang lain. Artinya peniruan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">tersebut merupakan hasil dari satu </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">proses belajar</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">, bukan bisa begitu saja karena instink.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">social learning </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” -</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">“pembelajaran sosial”. Perilaku peniruan (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">imitative behavior</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) kita terjadi karena kita</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru perilaku orang lain, dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Agar seseorang bisa belajar</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mengikuti aturan baku yang telah ditetapkan oleh masyarakat maka “para individu harus</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dilatih, dalam berbagai situasi, sehingga mereka merasa nyaman ketika melakukan apa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang orang lain lakukan, dan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukannya.”,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">demikian saran yang dikemukakan oleh Miller dan Dollard.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dalam penelitiannya, Miller dan Dollard menunjukan bahwa anak-anak dapat belajar</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">meniru atau tidak meniru seseorang dalam upaya memperoleh imbalan berupa permen.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dalam percobaannya tersebut, juga dapat diketahui bahwa anak-anak dapat membedakan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">orang-orang yang akan ditirunya. Misalnya jika orang tersebut laki-laki maka akan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">ditirunya, jika perempuan tidak. Lebih jauh lagi, sekali perilaku peniruan terpelajari</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">(</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">learned</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), hasil belajar ini kadang berlaku umum untuk rangsangan yang sama. Misalnya,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">7</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">anak-anak cenderung lebih suka meniru orang-orang yang mirip dengan orang yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sebelumnya memberikan imbalan. Jadi, kita mempelajari banyak perilaku “baru” melalui</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pengulangan perilaku orang lain yang kita lihat. Kita contoh perilaku orang-orang lain</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tertentu, karena kita mendapatkan imbalan atas peniruan tersebut dari orang-orang lain</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tertentu tadi dan juga dari mereka yang mirip dengan orang-orang lain tertentu tadi, di</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">masa lampau.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dua puluh tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963),</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mengusulkan satu perbaikan atas gagasan Miller dan Dollard tentang belajar melalui</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">peniruan. Bandura dan Walters menyarankan bahwa kita belajar banyak perilaku melalui</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">peniruan, bahkan </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">tanpa </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">adanya penguat (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">reinforcement</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) sekalipun yang kita terima. Kita</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">“observational learning</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” – pembelajaran melalui pengamatan. Contohnya, percobaan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Bandura dan Walters mengindikasikan bahwa ternyata anak-anak bisa mempunyai</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perilaku agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif sesosok model, misalnya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">melalui film atau bahkan film karton.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial seyogianya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">diperbaiki lebih jauh lagi. Dia mengatakan bahwa teori pembelajaran sosial yang benarbenar</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">melulu menggunakan pendekatan perilaku dan lalu mengabaikan pertimbangan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">proses mental, perlu dipikirkan ulang. Menurut versi Bandura, maka teori pembelajaran</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sosial membahas tentang (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">melalui penguat (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">reinforcement</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) dan </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">observational learning</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">, (2) cara pandang dan cara</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pikir yang kita miliki terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">reinforcement</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">observational opportunity </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">- kemungkinan bisa diamati oleh orang lain.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">b. Teori Pertukaran Sosial (</span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">Social Exchange Theory</span></em></strong><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">)</span></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961),</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk ke</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">8</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">suatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran sosial, teori pertukaran sosial</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">mempengaruhi (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">reciprocal</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">reward</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), pengorbanan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">(</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">cost</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) dan keuntungan (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">profit</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan – hanya akan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">ditampilkan.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">“Elementary Forms of Social</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Behavior, </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">1974 mengeluarkan beberapa proposisi dan salah satunya berbunyi :”</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Semua</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satu bentuk tindakan tertentu</span></span></span></em></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">memperoleh </span></em><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">imbalan</span></em></strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">tadi “</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">. Proposisi ini secara eksplisit menjelaskan bahwa satu tindakan tertentu akan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">berulang dilakukan jika ada </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">imbalannya. </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Proposisi lain yang juga memperkuat proposisi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">tersebut berbunyi </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">: “Makin tinggi </span></em><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">nilai hasil </span></em></strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">suatu perbuatan bagi seseorang, makin</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali”. </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Bagi Homans, prinsip</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dasar pertukaran sosial adalah “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">distributive justice</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” – aturan yang mengatakan bahwa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dengan prinsip tersebut berbunyi </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">” seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">lain akan mengharapkan </span></em><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">imbalan </span></em></strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">yang diterima oleh setiap pihak </span></em><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">sebanding </span></em></strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">dengan</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">pengorbanan </span></em></strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">yang telah dikeluarkannya – makin tingghi pengorbanan, makin tinggi</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">imbalannya – dan </span></em><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">keuntungan </span></em></strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">yang diterima oleh setiap pihak harus </span></em><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">sebanding </span></em></strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">dengan</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">investasinya </span></em></strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">- makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan”.</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">9</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Inti dari teori pembelajaran sosial dan pertukaran sosial adalah perilaku sosial</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">seseorang hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">mentalistik (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">black-box</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">). Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini menekankan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">hubungan langsung antara perilaku yang teramati dengan lingkungan.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">2. Perspektif Kognitif (</span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">The Cognitive Perspective</span></em></strong><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">)</span></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Kita telah memberikan indikasi bahwa kebiasaan (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">habit</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) merupakan penjelasan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">alternatif yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial seseorang di samping</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">instink (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">instinct</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">). Namun beberapa analis sosial percaya bahwa kalau hanya kedua hal</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tersebut (kebiasaan dan instink) yang dijadikan dasar, maka dipandang terlampau ekstrem</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">- karena mengabaikan kegiatan mental manusia.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Seorang psikolog James Baldwin (1897) menyatakan bahwa paling sedikit ada dua</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bentuk peniruan, satu didasarkan pada kebiasaan kita dan yang lainnya didasarkan pada</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">wawasan </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">kita atas diri kita sendiri dan atas orang lain yang perilakunya kita tiru. Walau</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dengan konsep yang berbeda seorang sosiolog Charles Cooley (1902) sepaham dengan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pandangan Baldwin. Keduanya memfokuskan perhatian mereka kepada perilaku sosial</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">yang melibatkan proses mental atau </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">kognitif </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Kemudian banyak para psikolog sosial menggunakan konsep </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">sikap </span></strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">(attitude) </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">untuk</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memahami proses mental atau kognitif tadi. Dua orang sosiolog W.I. Thomas dan Florian</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Znaniecki mendefinisikan psikologi sosial sebagai studi tentang sikap, yang diartikannya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sebagai proses mental individu yang menentukan tanggapan aktual dan potensial individu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dalam dunia sosial”. Sikap merupakan predisposisi perilaku. Beberapa teori yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">melandasi perpektif ini antara lain adalah Teori Medan (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Field Theory</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), Teori Atribusi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dan Konsistensi Sikap (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Concistency Attitude and Attribution Theory</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), dan Teori Kognisi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kontemporer.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">a. Teori Medan (</span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">Field Theory</span></em></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">)</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Seorang psikolog, Kurt Lewin (1935,1936) mengkaji perilaku sosial melalui</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">pendekatan konsep “medan”/”</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">field</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” atau “ruang kehidupan” – </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">life space</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">. Untuk</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memahami konsep ini perlu dipahami bahwa secara tradisional para psikolog</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memfokuskan pada keyakinan bahwa karakter individual (instink dan kebiasaan), bebas -</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">10</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lepas dari pengaruh situasi di mana individu melakukan aktivitas. Namun Lewin kurang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sepaham dengan keyakinan tersebut. Menurutnya penjelasan tentang perilaku yang tidak</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memperhitungkan faktor situasi, tidaklah lengkap. Dia merasa bahwa semua peristiwa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">psikologis apakah itu berupa tindakan, pikiran, impian, harapan, atau apapun,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kesemuanya itu merupakan fungsi dari “ruang kehidupan”- individu dan lingkungan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dipandang sebagai sebuah konstelasi yang saling tergantung satu sama lainnya. Artinya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">“ruang kehidupan” merupakan juga merupakan determinan bagi tindakan, impian,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">harapan, pikiran seseorang. Lewin memaknakan “ruang kehidupan” sebagai seluruh</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">peristiwa (masa lampau, sekarang, masa datang) yang berpengaruh pada perilaku dalam</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">satu situasi tertentu.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Bagi Lewin, pemahaman atas perilaku seseorang senantiasa harus dikaitkan dengan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">konteks – lingkungan di mana perilaku tertentu ditampilkan. Intinya, teori medan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">berupaya menguraikan bagaimana situasi yang ada (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">field</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) di sekeliling individu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bepengaruh pada perilakunya. Sesungguhnya teori medan mirip dengan konsep “gestalt”</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dalam psikologi yang memandang bahwa eksistensi bagian-bagian atau unsur-unsur tidak</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bisa terlepas satu sama lainnya. Misalnya, kalau kita melihat bangunan, kita tidak</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">melihat batu bata, semen, kusen, kaca, secara satu persatu. Demikian pula kalau kita</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mempelajari perilaku individu, kita tidak bisa melihat individu itu sendiri, lepas dari</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">konteks di mana individu tersebut berada.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">b. Teori Atribusi dan Konsistensi Sikap ( </span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">Attitude Consistency and Attribution</span></em></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">Theory</span></em></strong><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">)</span></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Fritz Heider (1946, 1958), seorang psikolog bangsa Jerman mengatakan bahwa kita</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">cenderung mengorganisasikan sikap kita, sehingga tidak menimbulkan konflik.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Contohnya, jika kita setuju pada hak seseorang untuk melakukan aborsi, seperti juga</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">orang-orang lain, maka sikap kita tersebut konsisten atau seimbang (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">balance</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">). Namun</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">jika kita setuju aborsi tetapi ternyata teman-teman dekat kita dan juga orang-orang di</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sekeliling kita tidak setuju pada aborsi maka kita dalam kondisi tidak seimbang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">(</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">imbalance</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">). Akibatnya kita merasa tertekan (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">stress</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), kurang nyaman, dan kemudian kita</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">akan mencoba mengubah sikap kita, menyesuaikan dengan orang-orang di sekitar kita,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">misalnya dengan bersikap bahwa kita sekarang tidak sepenuhnya setuju pada aborsi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">11</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Melalui pengubahan sikap tersebut, kita menjadi lebih nyaman. Intinya sikap kita</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">senantiasa kita sesuaikan dengan sikap orang lain agar terjadi keseimbangan karena</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dalam situasi itu, kita menjadi lebih nyaman.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Heider juga menyatakan bahwa kita mengorganisir </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">pikiran-pikiran </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">kita dalam</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kerangka “sebab dan akibat”. Agar supaya bisa meneruskan kegiatan kita dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mencocokannya dengan orang-orang di sekitar kita, kita mentafsirkan informasi untuk</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memutuskan penyebab perilaku kita dan orang lain. Heider memperkenalkan konsep</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">“causal attribution” </span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">- proses penjelasan tentang penyebab suatu perilaku. Mengapa Tono</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pindah ke kota lain ?, Mengapa Ari keluar dari sekolah ?. Kita bisa menjelaskan perilaku</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sosial dari Tono dan Ari jika kita mengetahui penyebabnya. Dalam kehidupan seharihari,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">kita bedakan dua jenis penyebab, yaitu </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">internal </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dan </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">eksternal. </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Penyebab internal</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">(</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">internal causality</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) merupakan </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">atribut </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">yang melekat pada sifat dan kualitas pribadi atau</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">personal, dan penyebab external (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">external causality</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) terdapat dalam lingkungan atau</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">situasi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">c. Teori Kognitif Kontemporer</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dalam tahun 1980-an, konsep kognisi, sebagian besarnya mewarnai konsep sikap.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Istilah “kognisi” digunakan untuk menunjukan adanya proses mental dalam diri</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">seseorang sebelum melakukan tindakan. Teori kognisi kontemporer memandang manusia</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, dan mengalihkan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">informasi. Kita secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan masalah, dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mengambil keputusan. Manusia memproses informasi dengan cara tertentu melalui</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">struktur kognitif yang diberi istilah “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">schema</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” (Markus dan Zajonc, 1985 ; Morgan dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Schwalbe, 1990; Fiske and Taylor, 1991). Struktur tersebut berperan sebagai kerangka</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang dapat menginterpretasikan pengalaman-pengalaman sosial yang kita miliki. Jadi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">struktur kognisi bisa membantu kita mencapai keterpaduan dengan lingkungan, dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">membantu kita untuk menyusun realitas sosial. Sistem ingatan yang kita miliki</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">diasumsikan terdiri atas struktur pengetahuan yang tak terhitung jumlahnya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Intinya, teori-teori kognitif memusatkan pada bagaiamana kita memproses informasi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang datangnya dari lingkungan ke dalam struktur mental kita Teori-teori kognitif</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">percaya bahwa kita tidak bisa memahami perilaku sosial tanpa memperoleh informasi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">12</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tentang proses mental yang bisa dipercaya, karena informasi tentang hal yang obyektif,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lingkungan eksternal belum mencukupi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">3. Perspektif Struktural</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Telah kita catat bahwa telah terjadi perdebatan di antara para ilmuwan sosial dalam</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">hal menjelaskan perilaku sosial seseorang. Untuk menjelaskan perilaku sosial seseorang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1) </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">instinktif</span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">, (2) karena </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">kebiasaan</span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">, dan (3)</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">juga yang bersumber dari </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">proses mental</span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">. Mereka semua tertarik, dan dengan cara sebaik</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mungkin lalu menguraikan hubungan antara masyarakat dengan individu. William James</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dan John Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual, tetapi mereka juga</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mencatat bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok – yaitu adatistiadat</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">masyarakat – atau strutur sosial . Para sosiolog yakin bahwa struktur sosial terdiri</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">atas jalinan interaksi antar manusia dengan cara yang relatif stabil. Kita mewarisi struktur</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sosial dalam satu pola perilaku yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">berikutnya, melalui proses sosialisasi. Disebabkan oleh struktur sosial, kita mengalami</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kehidupan sosial yang telah terpolakan. James menguraikan pentingnya dampak struktur</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">sosial atas “diri” (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">self</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) – perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Masyarakat</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">mempengaruhi diri – </span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">self.</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sosiolog lain Robert Park dari Universitas Chicago memandang bahwa masyarakat</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan individuindividu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">ke dalam berbagai macam peran (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">roles</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">). Melalui peran inilah kita menjadi tahu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">siapa diri kita. Kita adalah seorang anak, orang tua, guru, mahasiswa, laki-laki,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung pada peran yang kita</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lakukan dalam masyarakat. Beberapa teori yang melandasi persektif strukturan adalah</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Teori Peran (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Role Theory</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), Teori Pernyataan – Harapan (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Expectation-States Theory</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Posmodernisme (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Postmodernism</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">)</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">a. Teori Peran (</span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">Role Theory</span></em></strong><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">)</span></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">13</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu memperluas</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">penggunaan teori peran. Pendekatannya yang dinamakan “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">life-course</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">” memaknakan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika Serikat akan menjadi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta pemilu pada usia</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh belah tahun, mempunyai istri/suami pada</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh tahun. Di Indonesia berbeda. Usia</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sekolah dimulai sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah bisa usia tujuh belas</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">tahun, pensiun usia lima puluh lima tahun. Urutan tadi dinamakan “tahapan usia” (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">age</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">grading</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">). Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke dalam masa kanakkanak,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">masa remaja, masa dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa mempunyai</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bermacam-macam pembagian lagi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">b. Teori Pernyataan Harapan (Expectation-States Theory)</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Berger dan rekan-rekannya di Universitas</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Stanford pada tahun 1972. Jika pada teori peran lebih mengkaji pada skala makro, yaitu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">peran yang ditetapkan oleh masyarakat, maka pada teori ini berfokus pada </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">kelompok</span></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">kerja </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">yang lebih kecil lagi. Menurut teori ini, anggota-anggota kelompok membentuk</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">harapan-harapan atas dirinya sendiri dan diri anggota lain, sesuai dengan tugas-tugas</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang relevan dengan kemampuan mereka, dan harapan-harapan tersebut mempengaruhi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">gaya interaksi di antara anggota-anggota kelompok tadi. Sudah tentu atribut yang paling</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">berpengaruh terhadap munculnya kinerja yang diharapkan adalah yang berkaitan dengan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">14</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">ketrampilan kerjanya. Anggota-anggota kelompok dituntut memiliki motivasi dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">diharapkan bisa ditampilkan sebaik mungkin.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Bagaimanapun juga, kita sering kekurangan informasi tentang kemampuan yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">berkaitan dengan tugas yang relevan, dan bahkan ketika kita memiliki informasi, yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">muncul adalah bahwa kita juga harus mendasarkan harapan kita pada atribut pribadi dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kelompok seperti : jenis kelamin, ras, dan usia. Dalam beberapa masyarakat tertentu,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">beberapa atribut pribadi dinilai lebih penting daripada atribut lainnya. Untuk menjadi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pemimpin, jenis kelamin kadang lebih diprioritaskan ketimbang kemampuan. Di</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Indonesia, untuk menjadi presiden, ras merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Berger menyebut gejala tersebut sebagai “difusi karakteristik status”; karakteristik status</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mempengaruhi harapan kelompok kerja. Status laki-laki lebih tinggi dibanding</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perempuan dalam soal menjadi pemimpin, warganegara pribumi asli lebih diberi tempat</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">menduduki jabatan presiden. Difusi karakteristik status tersebut ( jenis kelamin, ras, usia,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dan lainnya) dengan demikian, mempunyai pengaruh yang kuat terhadap interaksi sosial.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">c. Posmodernisme (</span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">Postmodernism</span></em></strong><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">)</span></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Baik teori peran maupun teori pernyataan-harapan, keduanya menjelaskan perilaku</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sosial dalam kaitannya dengan harapan peran dalam masyarakat kontemporer. Beberapa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">psikolog lainnya justru melangkah lebih jauh lagi. Pada dasarnya teori posmodernisme</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">atau dikenal dengan singkatan “POSMO” merupakan reaksi keras terhadap dunia</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">modern. Teori Posmodernisme, contohnya, menyatakan bahwa dalam masyarakat</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">modern, secara gradual seseorang akan kehilangan individualitas-nya – kemandiriannya,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">konsep diri, atau jati diri. (Denzin, 1986; Murphy, 1989; Dowd, 1991; Gergen, 1991) .</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dalam pandangan teori ini upaya kita untuk memenuhi peran yang dirancangkan untuk</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">kita oleh masyarakat, menyebabkan individualitas kita digantikan oleh </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">kumpulan citra</span></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">diri </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">yang kita pakai sementara dan kemudian kita campakkan..</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Berdasarkan pandangan posmodernisme, erosi gradual individualitas muncul</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bersamaan dengan terbitnya kapitalisme dan rasionalitas. Faktor-faktor ini mereduksi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pentingnya hubungan pribadi dan menekankan aspek nonpersonal. Kapitalisme atau</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">modernisme, menurut teori ini, menyebabkan manusia dipandang sebagai barang yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">15</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bisa diperdagangkan – nilainya (harganya) ditentukan oleh seberapa besar yang bisa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dihasilkannya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Setelah Perang Dunia II, manusia makin dipandang sebagai konsumen dan juga</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sebagai produsen. Industri periklanan dan masmedia menciptakan citra komersial yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">mampu </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">mengurangi keanekaragaman individualitas</span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">. Kepribadian menjadi gaya hidup.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Manusia lalu dinilai bukan oleh kepribadiannya tetapi oleh seberapa besar</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kemampuannya mencontoh gaya hidup. Apa yang kita pertimbangkan sebagai “ pilihan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kita sendiri” dalam hal musik, makanan, dan lain-lainnya, sesungguhnya merupakan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">seperangkat kegemaran yang diperoleh dari kebudayaan yang cocok dengan tempat kita</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dalam struktur ekonomi masyarakat kita. Misalnya, kesukaan remaja Indonesia terhadap</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">musik “rap” tidak lain adalah disebabkan karena setiap saat telinga mereka dijejali oleh</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">musik tersebut melalui radio, televisi, film, CD, dan lain sebagainya. Gemar musik “rap”</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">menjadi gaya hidup remaja. Lalu kalau mereka tidak menyukai musik “rap”, dia bukan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">remaja. Perilaku seseorang ditentukan oleh gaya hidup orang-orang lain yang ada di</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sekelilingnya , bukan oleh dirinya sendiri. Kepribadiannya hilang individualitasnya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lenyap. Itulah manusia modern, demikian menurut pandangan penganut “posmo”.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Intinya, teori peran, pernyataan-harapan, dan posmodernisme memberikan ilustrasi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perspektif struktural dalam hal bagaimana harapan-harapan masyarakat mempengaruhi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perilaku sosial individu. Sesuai dengan perspektif ini, struktur sosial – pola interaksi yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sedang terjadi dalam masyarakat – sebagian besarnya pembentuk dan sekaligus juga</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">penghambat perilaku individual. Dalam pandangan ini, individu mempunyai peran yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">pasif </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dalam menentukan perilakunya. Individu bertindak karena ada kekuatan struktur</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sosial yang menekannya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">4. Perspektif Interaksionis (Interactionist Perspective)</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Seorang sosiolog yang bernama George Herbert Mead (1934) yang mengajar</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">psiokologi sosial pada departemen filsafat Universitas Chicago, mengembangkan teori</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">ini. Mead percaya bahwa keanggotaan kita dalam suatu kelompok sosial menghasilkan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">perilaku bersama yang kita kenal dengan nama </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">budaya. </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Dalam waktu yang bersamaan,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dia juga mengakui bahwa individu-individu yang memegang posisi berbeda dalam suatu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kelompok, mempunyai peran yang berbeda pula, sehingga memunculkan perilaku yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">16</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">juga berbeda. Misalnya, perilaku pemimpin berbeda dengan pengikutnya. Dalam kasus</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">ini, Mead tampak juga seorang strukturis. Namun dia juga menentang pandangan bahwa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perilaku kita melulu dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau struktur sosial. Sebaliknya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Mead percaya bahwa kita sebagai bagian dari lingkungan sosial tersebut juga telah</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">membantu menciptakan lingkungan tersebut. Lebih jauh lagi, dia memberi catatan bahwa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">walau kita sadar akan adanya sikap bersama dalam suatu kelompok/masyarakat, namun</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">hal tersebut tidaklah berarti bahwa kita senantiasa berkompromi dengannya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Mead juga tidak setuju pada pandangan yang mengatakan bahwa untuk bisa</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memahami perilaku sosial, maka yang harus dikaji adalah hanya aspek eksternal</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">(perilaku yang teramati) saja. Dia menyarankan agar aspek internal (mental) sama</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pentingnya dengan aspek eksternal untuk dipelajari. Karena dia tertarik pada aspek</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">internal dan eksternal atas dua atau lebih individu yang berinteraksi, maka dia menyebut</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">aliran perilakunya dengan nama “</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">social behaviorism</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">”. Dalam perspektif interaksionis ada</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">beberapa teori yang layak untuk dibahas yaitu Teori Interaksi Simbolis (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Symbolic</span></em></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Interaction Theory</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), dan Teori Identitas (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">Identity Theory</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">).</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">a. Teori Interaksi Simbolis (Symbolic Interaction Theory)</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Walau Mead menyarankan agar aspek internal juga dikaji untuk bisa memahami</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perilaku sosial, namun hal tersebut bukanlah merupakan minat khususnya. Justru dia</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">lebih tertarik pada interaksi, di mana hubungan di antara gerak-isyarat (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">gesture</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">) tertentu</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dan maknanya, mempengaruhi pikiran pihak-pihak yang sedang berinteraksi. Dalam</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">terminologi Mead, gerak-isyarat yang maknanya diberi bersama oleh semua pihak yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">terlibat dalam interaksi adalah merupakan “satu bentuk simbol yang mempunyai arti</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">penting” </span><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">( a significant symbol”). </span></em></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Kata-kata dan suara-lainnya, gerakan-gerakan fisik,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">bahasa tubuh (</span><em><span style="font-family: TimesNewRoman,Italic;" lang="IN">body langguage</span></em><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">), baju, status, kesemuanya merupakan simbol yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bermakna.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Mead tertarik mengkaji interaksi sosial, di mana dua atau lebih individu berpotensi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mengeluarkan simbol yang bermakna. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dikeluarkan orang lain, demikian pula perilaku orang lain tersebut. Melalui pemberian</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">isyarat berupa simbol, kita mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">17</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dengan cara membaca simbol yang ditampilkan orang lain, kita menangkap pikiran,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perasaan orang lain tersebut. Teori ini mirip dengan teori pertukaran sosial.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Interaksi di antara beberapa pihak tersebut akan tetap berjalan lancar tanpa gangguan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">apa pun manakala simbol yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak dimaknakan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">bersama sehingga semua pihak mampu mengartikannya dengan baik. Hal ini mungkin</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">terjadi karena individu-individu yang terlibat dalam interaksi tersebut berasal dari budaya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang sama, atau sebelumnya telah berhasil memecahkan perbedaan makna di antara</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">mereka. Namun tidak selamanya interaksi berjalan mulus. Ada pihak-pihak tertentu yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">menggunakan simbol yang tidak signifikan – simbol yang tidak bermakna bagi pihak</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">lain. Akibatnya orang-orang tersebut harus secara terus menerus mencocokan makna dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">merencanakan cara tindakan mereka.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Banyak kualitas perilaku manusia yang belum pasti dan senantiasa berkembang :</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">orang-orang membuat peta, menguji, merencanakan, menunda, dan memperbaiki</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tindakan-tindakan mereka, dalam upaya menanggapi tindakan-tindakan pihak lain. Sesuai</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dengan pandangan ini, individu-individu menegosiasikan perilakunya agar cocok dengan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perilaku orang lain.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">b. Teori Identitas (</span></strong><strong><em><span style="font-family: TimesNewRoman,BoldItalic;" lang="IN">Identity Theory</span></em></strong><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">)</span></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Teori Indentitas dikemukakan oleh Sheldon Stryker (1980). Teori ini memusatkan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perhatiannya pada hubungan saling mempengaruhi di antara individu dengan struktur</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sosial yang lebih besar lagi (masyarakat). Individu dan masyarakat dipandang sebagai</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dua sisi dari satu mata uang. Seseorang dibentuk oleh interaksi, namun struktur sosial</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">membentuk interaksi. Dalam hal ini Stryker tampaknya setuju dengan perspektif</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">struktural, khususnya teori peran. Namun dia juga memberi sedikit kritik terhadap teori</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">peran yang menurutnya terlampau tidak peka terhadap kreativitas individu.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Teori Stryker mengkombinasikan konsep peran (dari teori peran) dan konsep diri/self</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">(dari teori interaksi simbolis). Bagi setiap peran yang kita tampilkan dalam berinteraksi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dengan orang lain, </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">kita mempunyai definisi tentang diri kita sendiri yang berbeda</span></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">dengan diri orang lain, yang oleh Stryker dinamakan “identitas”. </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">Jika kita memiliki</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">banyak peran, maka kita memiliki banyak identitas. Perilaku kita dalam suatu bentuk</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">18</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">interaksi, dipengaruhi oleh </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">harapan peran </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">dan </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">identitas diri kita</span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">, begitu juga perilaku</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pihak yang berinteraksi dengan kita.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Intinya, teori interaksi simbolis dan identitas mendudukan individu sebagai pihak</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">yang aktif dalam menetapkan perilakunya dan membangun harapan-harapan sosial.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Perspektif iteraksionis tidak menyangkal adanya pengaruh struktur sosial, namun jika</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">hanya struktur sosial saja yang dilihat untuk menjelaskan perilaku sosial, maka hal</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tersebut kurang memadai.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">RANGKUMAN</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Telah kita bahas empat perspektif dalam psikologi sosial. Yang dimaksud dengan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perspektif adalah asumsi-asumsi dasar yang paling banyak sumbangannya kepada</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">pendekatan psikologi sosial</span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">. Perspektif perilaku </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">menyatakan bahwa perilaku sosial kita</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">paling baik dijelaskan melalui perilaku yang secara langsung dapat diamati dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">lingkungan yang menyebabkan perilaku kita berubah. </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">Perspektif kognitif </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">menjelaskan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perilaku sosial kita dengan cara memusatkan pada bagaimana kita menyusun mental</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">(pikiran, perasaan) dan memproses informasi yang datangnya dari lingkungan . Kedua</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perspektif tersebut banyak dikemukakan oleh para psikolog sosial yang berlatar belakang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">psikologi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Di samping kedua perspektif di atas, ada dua perspektif lain yang sebagian besarnya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">diutarakan oleh para psikolog sosial yang berlatas belakang sosiologi. </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">Perspektif</span></strong></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">struktural </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">memusatkan perhatian pada proses sosialisasi, yaitu proses di mana perilaku</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">kita dibentuk oleh peran yang beraneka ragam dan selalu berubah, yang dirancang oleh</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">masyarakat kita. </span><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN">Perspektif interaksionis </span></strong><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN">memusatkan perhatiannya pada proses</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">interaksi yang mempengaruhi perilaku sosial kita. Perbedaan utama di antara kedua</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perspektif terakhir tadi adalah pada pihak mana yang berpengaruh paling besar terhadap</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pembentukan perilaku. Kaum strukturalis cenderung meletakan struktur sosial (makro)</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sebagai determinan perilaku sosial individu, sedangkan kaum interaksionis lebih</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">memandang individu (mikro) merupakan agen yang aktif dalam membentuk perilakunya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">sendiri.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Karena banyaknya teori yang dikemukakan untuk menjelaskan perilaku sosial maka</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">seringkali muncul pertanyaan : “Teori mana yang paling benar ?” atau “teori mana yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">19</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">terbaik?” . Hampir seluruh psikolog sosial akan menjawab bahwa tidak ada teori yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">salah atau yang paling baik, atau paling jelek. Setiap teori mempunyai keterbatasan dalam</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">aplikasinya. Misalnya dalam mempelajari agresi (salah satu bentuk perilaku sosial), para</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">behavioris bisa memusatkan pada pengalaman belajar yang mendorong terjadinya</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perilaku agresif – pada bagaimana orang tua, guru, dan pihak-pihak lain yang memberi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">perlakuan positif pada perilaku agresif. Bagi yang tertarik pada perspektif kognitif maka</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">obyek kajiannya adalah pada bagaimana seseorang mempersepsi, interpretasi, dan</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">berpikir tentang perilaku agresif. Seorang psikolog sosial yang ingin menggunakan teori</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">medan akan mengkaji perilaku agresif dengan cara melihat hubungan antara karakteristik</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">individu dengan situasi di mana perilaku agresif tersebut ditampilkan. Para teoritisi</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pertukaran sosial bisa memusatkan pada adanya imbalan sosial terhadap individu yang</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">menampilkan perilaku agresif. Jika memakai kacamata teori peran, perilaku agresif atau</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">tidak agresif ditampilkan oleh seseorang karena harapan-harapan sosial yang melekat</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">pada posisi sosialnya harus dipenuhi.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Demikianlah, setiap teori bisa digunakan untuk menjadi pendekatan yang efektif tidak</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">untuk semua aspek perilaku. Teori peran lebih efektif untuk menjelaskan perilaku X</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">dibanding dengan teori yang berperspektif kognitif, misalnya.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><strong><span style="font-family: TimesNewRoman,Bold;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Buku Acuan :</span></span></span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Theories of Social Psychology – Marvin E. Shaw / Philip R. Costanzo, Second Edition,</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">1985, McGraw-Hill, Inc.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Thinking Sociologically, Sheldon Goldenberg, 1987, Wadsworth, Inc.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Social Psychology, James A. Wiggins, Beverly B. Wiggins, James Vander Zanden, Fifth</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Edition, 1994, McGraw-Hill, Inc.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sociology, Concepts and Uses , Jonathan H. Tuner, 1994. McGraw-Hill Inc.</span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-family: Times New Roman;">20</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; margin: 0pt;"><span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Social Psychology, Kay Deaux, Lawrence S. Wrightsman, Fifth Edition, 1988,</span></span></span></p> <span style="font-family: TimesNewRoman;" lang="IN"><span style="font-size: small; font-family: Times New Roman;">Wadsworth, Inc.</span></span>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-33267730953574734512010-08-25T07:53:00.000-07:002010-08-25T07:54:44.734-07:00Makalah Kerja Kelompok Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Geometri Bangun Ruang<h2>Kerja Kelompok Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Geometri Bangun Ruang</h2> <span class="submitted"><br /></span> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">A. Prinsip- prinsip Belajar</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Nana Syaodih (2004:165) mengemukakan ada beberapa prinsip- prinsip umum belajar.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>1.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Belajar merupakan bagain dari perkembangan.</p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-indent: -0.25in;"><span> </span>Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut belajar dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih pesat.<span> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>2.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Belajar berlangsung seumur hidup</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><span> </span>Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematain. Sedikit demi sedikit dan terus menerus. Perbuatan belajar dilakukan individu baik secara secara sadar ataupun tidak, disengaja ataupun tidak, direncanakan ataupun tidak.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>3.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Kebersihan belajar dipengaruhi oleh faktor- faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>4.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Belajar mencakup semua aspek kehidupan.</p> <p class="MsoBodyTextIndent3"><span> </span>Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intelektual tetapi juga aspek sosial, budaya, politik, religi, seni, keterampilan, dll.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>5.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Kegiatan belajar berlangsung pada tempat dan waktu</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>6.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Belajar yang berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>7.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Belajar<span> </span>yang berencana dan disegaja menuntut motivasi yang tinggi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>8.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>9.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Dalam belajar dapat terjadi hambatan- hambatan proses kegiatan belajr tidak selalu lancar.</p> <p class="MsoBodyTextIndent2" style="margin-left: 45pt; text-indent: -45pt;"><span> </span>10. Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau<span> </span>bimbingan dari orang lain.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong>2. Teori Pembelajaran di SD</strong></p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Beberapa teori belajar atu pembelajran itu bersumber dari teori atau aliran- aliran psikologi, secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologi yaitu Teori Disiplin Mental, Bahaviorisme, dan Cognitive Gestalt- field.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">a.Teori Disiplin Mental</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Menurut Psikologi Daya atau Faculty Psychology individu memiliki sejumlah daya- daya seperti daya mengenal, mengingat, menanggap, menghayal, berpikir, merasakan berbuat, dsb. Daya itu dapat dikembangkan melalui latihan dalam bentuk ulangan- ulangan, kala anak dilatih banyak mengulang- ulang menghapal sesuatu<span> </span>maka ia akan terus ingat akan hal itu.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Teori lain dari Disiplin Mental adalah Herbartisme. Herbart seorang psikologi Jerman menyebut teorinya sebagai Teori Vorstellungen, dapat diterjemahkan sebagai tanggapan- tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran. Tanggapan ini meliputi tiga bentuk yaitu: impresi indra, tanggapan atau bayangan dari impresi indara yang lalu, serta perasaan senang atau tidak senang. <span id="more-483"></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Teori Disiplin Mental yang lain adalah: Naturalisme Romantik dari Rousseau. Menurut Jean Jacques Rouseau anak memeiliki potensi- potensi yang terpendam. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Pendidik tidak terlalu banyak turut campur mengatur anak, biarkan dia belajar sendiri, yan gpenting perlu diciptakan situasi belajar yang permisif (rileks), menarik dan bersifat alamiah.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">b. Teori Bahaviorisme</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;">Rumpun teori ini disebt behaviorisme sangat menekankan perilaku atau langkah yang dapat diamati ada beberapa ciri dari rumpun teori ini yaitu: (1)Mengutamakan unsur- unsur atau bagian-bagian keci, (2)Bersifat mekanistis, (3)menekankan peranan lingkungan, (4)mementingkan pembentukan reaksi atau respon, (5)menekankan pentingnya latihan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;">Teori Behaviorisme terdiri atas koneksisme atau perangsang jawaban (Stimulus Response) pengondisian (Conditioning) dan penguatan (Reiforcement).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"> </p><h2>C. Teori Cognitive – Gestalt- Field</h2> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Hal ini juga sangat penting dalam teori kognitif adalah : bahwa individu itu aktif, konstruktif dan berencana. Menurut para ahli kognitif individu merupakan partisipan yagn aktif dalam proses memperoleh dan menggunakan pengetahuan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Kognitif – Gestalt meliputi Teori Kognitif, Gestalt dan Teori Medan (Field Thoery). Ada enam ciri dari belajar pemahaman menurut Ernest Hilgard yaitu (1) Pemahaman yang dipengaruhi kemampuan dasar (2) Pemahaman yang dipengaruhi pengalaman belajar yang lalu (3) pemahaman tergantung kepada pengaturan situasi (4) pemahaman didahului oleh usaha coba- coba,(5) Belajar dengan pemahaman dapat diulang, (6) pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Teori medan atau Field Theory<span> </span>merupakan salah satu teori yang termasuk rumpun Cognitive- Gestalt- Field. Menurut Teori Medan individu selalu berada dalm suatu medan atau ruangan hidup (Life Space). Dalam Medan hidup ini ada sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan- hambatan untuk mncapai tujuan kurikulum setelah dengan segala macam tuntutannya berupa kegiatan belajar di dalam kelas, di laboratorium, di work shop, di luar sekolah, penyelesaian tugas- tugas, ujian, ulangan, dll. Pada dasarnya merupakan hambatan yang harus diatasi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong>5. Konsep Geometri </strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>1.Pengertaian Geometri</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>geometri mempunyai harfiah yaitu pengukuran bumi; geometri merupakan perhitungan luas dan volume. Geometri digunakan untuk membangun piramida, geometri digunakan untuk astronomi dan perhitungan kalender. Geometri akan dipelajari secara informasi dan intuisi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik, bidang dan ruang. Sudut adalah besarnya rotasi antara dua buah garis lurus; ruang adalah himpunan titik- titik yang dapat membentuk bangun- bangun geometri; garis adalah himpunan bagian dari ruang yang merupkan himpupnan titik- titik yang mempunyai sifat khusus; bidang adalah himpunan- himpunan titik- titik yang terletak pada permukaan datar , misalnya permukaan meja (negoro, 2003: 18)</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Ada beberapa sistem geometri yang dikenal yaitu geometri- geometri <em>Teori</em> <em>Euclid</em>. Dinamakan <em>Teori Euclid </em><span> </span>karena kehadirannya yan gtidak sependapat dengan salah satu konsep geometri <em>Euclid</em>. Konsep tersebut adalah kesejajaran yang termasuk di dalamnya adalah geometri Netrla, geometri Lobachevsky, dan geometri Reimman (Soewito, 1991/1992).<em></em></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><em>Euclid</em> membangun system geometri berdasarkan 23 depenisi, 5 postulat dan 9 aksioma (<em>commmon sense</em>) .</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal">Geometri Netral</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Geometri netral lahir setelah Gerelamo Saccheri (1667- 1733) dari Italia berusaha membuktikan bahwa postulat sejajar dengan <em>Euclid</em> adalah sebuah teorema yang dapat dibuktikan dengan berdasarkan pada postulat <em>Euclid</em>, tetapi Saccheri tidak berhasil, namun usahanya ini merupakan awal dari geometri netral.</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal"><em>Geometri Lobachevsky</em></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><em>Lobachevsky</em> menyatakan secara khusus terdapat lebih dari satu garis yang dapt ditarik sejajar satu garis melalui satu titik yan gterletak pada suatu garis yagn ditegaskan sebagai postulat yang stamen yang kebenarannya diteriam tanpa persoalan.</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal"><em>Geometri Reimman</em></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><em>Reimman </em>melihat geometri dalam satu bentuk yang jauh lebih luas dan umum tidak hanya berurusan dengan titik dengan garis atau ruangan dalam pengertain yang biasa, tetapi geometri sebagai himpunan dan <em>n- tripel</em> terurut yang dikombinasikan dengan aturan- aturan tertentu.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong>2. Tahap- tahap Belajar Geometri </strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong><span> </span></strong>tahap pertama anak belajar geometri adalah topologis. Mereka belum mengenal jarak, kelulusan dan yang lainnya, karena itu mulai belajar geometri supaya tidak mulai dengan lurus- lurus, tetapi denga lengkung, misalnya lengkungan tertutup, lengkungan terbuka daerah lengkungan, lengkungan sederhana dan lainnya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Van Hiele dalam Ruseffendi, (1991 : 161-163) berpendapat bahwa ada lima tahapan anak belajar geometri, yaitu :</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal">Tahap Pengenalan</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Pada tahap ini siswa sudah mengenal bentuk- bentuk geometri, seperti segitiga, kubus, bola, lingkaran, dan lian-lain, tetapi ia belum memehami sifat- sifatnya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span> </span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal">Tahap Analisis</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami sifat- sifat konsep atau bentuk geometri. Misalnya, siswa mengetahui dan mengenal bahwa sisi panjang yang berhadapan itu sama panjang, bahwa panjang kedua diagonalnya sama panjang dan memotong satu sama lain sama panjang dan lain- lain.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal">Tahap Pengurutan</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Pada tahap ini, siswa sudah dapat mengenal bentuk- bentuk geometri dan memahami sifat- sifat dan ia sudah dapat mengurutkan bentuk- bentuk geometri yang satu sama lain berhubungan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"> </p><ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal">Tahap Deduksi</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Pada tahap ini, berpikir deduktifnya sudah mulai tumbuh, tetapi belum berkembang dengan baik. Matematika adalah ilmu deduktif, karena pengambilan kesimpulan, pembuktian dalil yang harus dilakukan secara deduktif.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Pada tahap ini, siswa sudah dapat memehami pentingnya pengambilan kesimpulan secara deduktif itu, karena misalnya ia dapat melihat bahwa kwsimpulan yang diambil secara induktif itu mungkin bisa keliru.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"><span> </span></p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="a"><li class="MsoNormal">Tahap Kakuratan (<em>Ringor</em>)</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Pada tahap ini, siswa dapat memahami bahwa adanya ketepatan (presisi) dari yang mendasar itu penting.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Van Hiele (Rueefendi, 1991: 163- 164) berpendapat mengenai pengajaran geometri ada tiga dalil, yaitu:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>a.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Kombinasi yang bik antar waktu, materi pelajaran, dan metode mengajar yang dipergunakan untuk tahap tertentu dapat meningkatkan kemempuan berpikir siswa kepada tahap yang lebih tinggi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>b.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Dua orang yang tahap berpikirnya berbeda dan bertukaran pikiran, satu sam lain tidak akan mengerti.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;">Mayberry (Rusefendi, 1992: 164) berpendapat bahwa bila pada salah satu tahap pada kelima bauh tahap itu siswa tidak menguasai, maka pada tahap yang lebih tingginya akan terjadi penghapalan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>c.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->kegiatan belajar siswa harus memahami dengan pengertian untuk memperluas pengalaman dan berpikir siswa, untuk meningkatkan berpikir ke tahap yang lebih baik.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong>6. Peningkatan Hasil Belajar Geometri Bangun Ruang </strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Salah satu cabang matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah Geometri.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Daryanto (1997: 232) mengemukakan bahwa Geometri adalah cabang matematika yang mempelajari tentang ilmu ukur.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Geometri ruang mempelajari tentang bentuk, letak dan sifat- sifat berbagai bangun geometri yang tidak terletak pada satu bidang datar.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Titik, garis dan bidang merupakan unsur pembangun geometri ruang berdimensi tiga.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Pengenalan konsep geometri ruang berguna bagi pengguna geometri dlam mempelajari IPA dan Matematika di kemudian hari. Untuk mempermudah dalam pengenalan konsep geometri diperlukan alat perga untuk menerangkan atu mewujudkan konsep tersebut. Salh satu alat peraga yang digunakan adalah alat peraga bangun ruang.</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">Model Balok Masif</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Model Balok Masif digunakan untuk menanamkan pengertian “balok”. Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam sisi yang berbentuk persegi panjang. Yaitu dengan mewujudkan sisi- sisi balok yang berupa persegi panjang, kemudian siswa dapat diajak menemukan bahwa balok mempunyai enam sisi.</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">Model Balok Berongga</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Model Balok Berongga dapat digunakan untuk menanamkan pengertaian “balok adalah ruang yang terdiri dari enam daerah persegi panjang dengan susunan tertentu”. Model Balok Berongga juga dapat digunakan untuk memperlihatkan titik sudut yang ada pada balok.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"> </p><ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">Model Balok Kerangka</li></ol> <p class="MsoBodyTextIndent2"><span> </span>Model Balok Kerangka dignakan untuk memperlihatkan rusuk-rusuk balok, untuk menunjukkan dengan peragaan kepada<span> </span>siswa rusuk- rusuk yang saling sejajar dan rusuk- rusuk yang saling berhadapan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Materi Subjek</p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Materi yang diberikan pada pembelajaran matematika dalam Penelitain Tindakan Kelas ini adalah :</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Materi Pokok<span> </span>: Sifat dan Unsur Bzngun Ruang</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Sub Materi Pokok <span> </span>: 1. Sifat dan Unsur Bangun Balok</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><span> </span>2. Menggambar dan membuat Berbagai Jaring- Jaring Balok</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><strong> </strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong>1)Sifat dan Unsur Bangun Ruang </strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><strong><span>a.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></strong><!--[endif]--><strong>Sifat dan Unsur bangun Balok </strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><strong> </strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 8; left: 0pt; margin-left: 260px; margin-top: 10px; width: 89px; height: 55px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" alt="" height="55" width="89" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 12; left: 0pt; margin-left: 287px; margin-top: 12px; width: 2px; height: 70px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif" alt="" height="70" width="2" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 5; left: 0pt; margin-left: 116px; margin-top: 13px; width: 2px; height: 62px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image003.gif" alt="" height="62" width="2" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: -19; left: 0pt; margin-left: 57px; margin-top: 13px; width: 234px; height: 38px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.gif" alt="" height="38" width="234" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 1; left: 0pt; margin-left: 35px; margin-top: 25px; width: 2px; height: 2px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image005.gif" alt="" height="2" width="2" /></span><!--[endif]--><span> </span>H<span> </span>G<span> </span><span> </span>Sisi (bidang )</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 7; left: 0pt; margin-left: 224px; margin-top: 11px; width: 125px; height: 55px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image006.gif" alt="" height="55" width="125" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: -20; left: 0pt; margin-left: 59px; margin-top: 22px; width: 170px; height: 74px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.gif" alt="" height="74" width="170" /></span><!--[endif]--><span> </span>E<span> </span>F<span> </span>rusuk</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 11; left: 0pt; margin-left: 227px; margin-top: 20px; width: 62px; height: 50px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image008.gif" alt="" height="50" width="62" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 10; left: 0pt; margin-left: 117px; margin-top: 20px; width: 170px; height: 2px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image009.gif" alt="" height="2" width="170" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 9; left: 0pt; margin-left: 59px; margin-top: 18px; width: 62px; height: 50px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image010.gif" alt="" height="50" width="62" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 6; left: 0pt; margin-left: 224px; margin-top: 15px; width: 137px; height: 57px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image011.gif" alt="" height="57" width="137" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 4; left: 0pt; margin-left: 227px; margin-top: 18px; width: 2px; height: 50px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image012.gif" alt="" height="50" width="2" /></span><!--[endif]--><span> </span><span> </span>Titik sudut</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span> </span>D<span> </span><span> </span>C</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span> </span>A<span> </span>B</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Gambar Balok</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Balok terdiri atas :</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">6 bidang sisi, yaitu :</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>-<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->sisi bawah<span> </span>(ABCD) <span> </span>- Sisi<span> </span>kanan (BCGF)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>-<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->sisi atas<span> </span>(EFGH )<span> </span>- Sisi depan<span> </span>(ABFE)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span>-<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->sisi kiri<span> </span>(ADHE )<span> </span>- sisi elakang (DCGH)</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">8 titik sudut, yaitu :</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">titik sudut A,B, C, D, E, F, G, dan H</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">12 rusuk, yaitu<span> </span>:</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;">Rusuk AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH dan HE</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Balaok memeiliki sifat- sifat yaitu :</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">Terdapat tiga pasang sisi yagn sama luasnya yaitu :</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Sisi bawah ABCD = sisi atas EFGH</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Sisi kiri ADHE<span> </span>=<span> </span>sisi kanan BCGF</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Sisi deapn ABFE<span> </span>= sisi belakang DCGH</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">Terdapat tiga pasang sisi sejajar ( // ) yaitu :</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Sisi bawah ABCD// sisi atas EFGH</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Sisi kiri ADHE // sisi kanan BCGF</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Sisi depan ABFE // sisi belakang DCGH</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">Terdapat tiga pasang rusuk yang sama pnajang, yaitu :</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Rusuk AB = rusuk DC = rusuk EF = rusuk HG</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Rusuk AE = rusuk BF = rusuk CG= CG<span> </span>= rusuk DH</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Rusuk AD = rusuk BC = rusuk FG = rusuk EH</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">Terdapat tiga pasang rusuk yang sejajar ( // ) yaitu :</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Rusuk AB // rusuk DC// rusuk EF// rusuk HG</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Rusuk AE // rusuk BF // rusuk CG // CG// rusuk DH</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Rusuk AD // rusuk BC // rusuk FG // rusuk EH.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span><strong>b. Membuat dan Menggambar Jaring- jaring Balok </strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Jaring- jaring balok merupakan rangakaian bangun datar yang berupa persegi panjang, yang terdiri<span> </span>5 bidang yang mempunyai ukuran- ukuran terentu sepasang- sepasang ukuran sama.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>Contoh :<span> </span>Jaring– jaring balok</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 15; left: 0pt; margin-left: 239px; margin-top: 6px; width: 2px; height: 173px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image013.gif" alt="" height="173" width="2" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 14; left: 0pt; margin-left: 59px; margin-top: 6px; width: 2px; height: 173px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image013.gif" alt="" height="173" width="2" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 13; left: 0pt; margin-left: 59px; margin-top: 6px; width: 182px; height: 2px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image014.gif" alt="" height="2" width="182" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 21; left: 0pt; margin-left: 59px; margin-top: 54px; width: 182px; height: 2px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image014.gif" alt="" height="2" width="182" /></span><!--[endif]--><span> </span>E<span> </span>F</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"> </p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>H<span> </span><span> </span>G</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 16; left: 0pt; margin-left: 59px; margin-top: 94px; width: 182px; height: 2px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image014.gif" alt="" height="2" width="182" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 17; left: 0pt; margin-left: 23px; margin-top: 56px; width: 254px; height: 2px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image015.gif" alt="" height="2" width="254" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 20; left: 0pt; margin-left: 275px; margin-top: 12px; width: 2px; height: 48px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image016.gif" alt="" height="48" width="2" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 19; left: 0pt; margin-left: 23px; margin-top: 12px; width: 2px; height: 48px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image016.gif" alt="" height="48" width="2" /></span><!--[endif]--><!--[if gte vml 1]><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="position: absolute; z-index: 18; left: 0pt; margin-left: 23px; margin-top: 14px; width: 254px; height: 2px;"><img src="http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/DOCUME%7E1/khs-net/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image017.gif" alt="" height="2" width="254" /></span><!--[endif]--><span> </span>H<span> </span>D<span> </span>C<span> </span>G</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>E<span> </span>A<span> </span>B<span> </span>F</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span> </span>E<span> </span>F</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Gambar diatas adlah suatu model jaring- jarign balok yang terdiri dari :</p> <ol style="margin-top: 0pt;" type="1"><li class="MsoNormal">ABCD sebagai sisi alas balok</li><li class="MsoNormal">HGFE sebagai sisi atas balok</li><li class="MsoNormal">EFBA sebagai sisi depan balok</li><li class="MsoNormal">DCGH sebagai sisi belakang balok</li><li class="MsoNormal">BFGC sebagai sisi kanan balok</li><li class="MsoNormal">EADH sebagai sisi kiri balok</li></ol> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;">Hal senada dikemukakan oleh Ausubel, (Hamzah B. Uno, 1999; 35) yang mengungkapkan bahwa (1) proses belajar dapat terjadi bila sisiwa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dia miliki dengan pengetahuan baru, (2) proses belajar terjadi melalui tahap- tahap : memperhatikan stimulasi yagn diberikan, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan imformasi yang dipahami.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;">Dari beberapa definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan<span> </span>tingkah laku individu sebagai hasil proses sebagai hasil proses interaksinya dengan individu lain dengan linkungan, perubahan yang dimaksud adalah meliputi perubahan jasmani dan rohani yang berupa perubahan pengetahuan (knoeledge) siakp (affektif) dan keterampilan (psikomotor).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong>2. Pengertian Matematika </strong></p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Pengertain matematika<span> </span>yagn tercantum di dalam Kurikulum Matematika tahun 2004 adalah sebagai berikut: “ Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memeiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran dedeuksi, yaitu kebeneran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebeanran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Depdikbud, 2004: 2).</p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Matematika SD adalah matematika yang di ajarkan pada jenjang sekolah dasar dengan raung lingkupnya meliputi bilangan, geometri dan pengukuran, aritmatikaserta pengolahan data. Hal ini sesuai dengan Kurikulum 2004 mengenai ruang lingkup matematika antara lain: “ Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat kompetensi mateamtaika yang dibakukan dan harus dicapai oeh sisiwa pada akhir periode pembelajaran. Standar ini dikelompokkan dalam kemahiran matematika Bilangan, Pengukuran, dan Geometri, Aljabar, Statiska, dan Peluan , Trigonometri dan Kalkulus (Depdikbud, 2004: 2).</p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Sedangkan fungsi dan tujuna matematika adalah untuk mengembangkan kemepuan beranlar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat komuniksi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdikbud, 2004: 2)<span> </span></p> <p class="MsoBodyText"> </p><p class="MsoBodyText"><strong>3. Teori Belajar Matematika</strong></p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>menurut kurikulum 2004 mata pelajaran matematika mempunyai ruang lingkup sebagai berikut; a. Bilangan , b. Pengukuran dan Geometri, c. Aljabar, d. Statiska dan Peluang ,e. Trigonometri, dan f. Kalkulus.</p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Dari raugn lingkup materi mateamtika tersebut, semuanya merupakan konsep yagn abstrak yang perlu dikontekstualakn melalui demontrasi dan peragaan, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan dan memehami konsep- konsep tersebut. Metode demontrasi merupakan suatu cara penyajian atau menyampaikan materi pengajaran dengan cara memperagakan konsep- konsep abstrak dari matematika tersebut, khususnya pada bidang geometri.</p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Menurut Van Hiele, (Karso, 1994: 18- 19) bahwa ada tiga unsur uatama dlam pembelajran geometri, yaitu waktu, materi pengajaarn, metode pengajaran yang dapat diterpkan. Jika ketiga unsur utam atersebut secara terpadu akan dapat meningkatkan kemempuan<span> </span>berfikir siswa ke tahap berpikir lebih tinggi.</p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Adapun tahp belajar geoemtri menurut Vna Hiele ada lima macam yaitu: 1) Tahapan Pengenalan, 2) Tahap Analisis, 2) Tahap Pengurutan,4) Tahap Deduksi, dan 5) Tahapan Akurasi (Karso, 1994: 18).</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>a.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahap 1 pengenalan. Dalam tahap ini siswa muali belajar nemgenal beberap bangun geometri secara keseluruhan, tetapi ia belum mengenal adanya sifat- sifat dari bangun geometri yagn dilihatnya itu. Misalnya anak telah mengenal segitiga, persegi, bola, kubusdan semacamnya itu.</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>b.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahap 2 Analisis. Pada tahap analisis siswa sudah mulai mengenal sifat yang dimiliki bagnun yang diamati. Misalnya siswa<span> </span>telah mengenal sifat- sifat persegi panjang, bahwa dua sisi yagn berhadapan sejajar dan sama panjang. Namun dalam tahap ini, sswa beelum mampu mengetahui hubungan antara konsep –konsep. Misalny apakah jajar genjang itu persegi atau persegi tiu paersegi panjang ?</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>c.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahap 3 Pengurutan . Pada tahap ketiga ini siswa sudah mampu mengenal dan memehami sifat- sifat bangun geometri yang satu sama lainnya saling berhubungan. Ia telah mengenal bahwa persegi atau bujur sangkar itu adalah jajar genjang atau sebaliknya jajar genjang itu adalah persegi.</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>d.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahp 4 Deduksi. Pada tahap ini siswa telah mampu menarik kesimpuulan deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan menuju ke hal yang bersifat khusus. Siswa sudah mulai memehami perlunya kesimpulan deduktif. Pada tahp ini siswa sudah memahami unsur- unsur yang tidak didefinisikan, aksioma atau postulat, dan dalil atua teorema, tetapi ia belum biasa mengerti mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dijadikan dalil.</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>e.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahap 5 Akurasi. Pada tahap kelima ini siswa sudah muali menyadari pentingnya ketepatan prinsip- prinsip dasar yang melandasi suatu pemmbuktian. Misalnaya ia mengetahui pentingnya aksioma atau postulat- postulat dari geometri Euclid. Tahap berpikir ini merupakan tahap berpikir tingkat tinggi, rumit, dan komples. Karena itu tahap<span> </span>akurasi (Kars,1994: 18- 19)<span> </span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.5in;">Dari teori belajar Van Hiele diatas dapat ditrik manfaat, khususnya dalam pembelajran geometri, yaitu: 1) Perlu adanya kombinasi yang baik antara waktu, materi dan metode yang digunakan pada tahap tertentu untuk dapat menigkatkan kemampuan berpikir siswa ke tahap yang lebih tinggi, 2) dua orang anak yang tahp berpikirnya berbeda dan bertukar pikiran, mak satu sama lainny atidak akan mengerti.</p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.5in;">Proses pembelajran matematika harus mengikuti dan memperhatikna teori belajar dan karakteristik mata pelajarna matematika adalah ilmu yang berhierarkis abstrak (Karso, 1994: 4). Maksudnya adalh materi matematika saling berkesinambungan konsep yan gsatu dengan merupakan dasr dan prasyarat bagi pemahaman konsep selanjutnya yang lebih tinggi. Misalnya siswa memahami penjumlahan merupakan prasyarat bagi pemahaman konsep pengurangan dan begitu seterusnya.<span> </span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.5in;">Dengan memperhatikan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan pula bahwa proses pembeljran khususnya pembelajran matematika sangat tidak mudah diikuti oleh sisiwa apabila siswa itu memeang belum sipa menerima mteri pelajaran. Hal ini disebabkna siswa dalam menerima materi tersebut belum memiliki konsep dasar, tidak adanya motivasi unutk belajar, tidak mengetahui tujuan belajar dan yang paling patal apabila siswa meras akurang minat karena memang proses pembelajran itu<span> </span>sendiri merupakn proses yang monoton dan membosankan.</p> <p class="MsoBodyText"><strong>4. Prinsip- Prinsip Pembelajaran Mtematika </strong></p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Proses pembelajaran di kelas harus<span> </span>didasarkan pada teori belajar yang relevan dengan kondisi yang ada di lapangan. Guru harus memahami dan terampil menerpkan berbagai teori belajar untuk dapat meningkatkan hasil belajr yang optimal. Pada umumnya terdapat kesan azas- azas atau prinsip- psinsip dari teori belajar tersebut, seperti prinsip belajar khusus bidang studi matematika di Sekolah Dasar yang dikemukakan oleh Tapilaw (1995) (dalam Hasanah 2006: 22-23) sebagai berikut:<span> </span></p> <p class="MsoBodyText"> </p><p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><strong><span>a.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></strong><!--[endif]--><strong>Kesiapan Belajar</strong></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.25in;">Dalam hal ini guru perlu memahami beanr adanya perbedaan kemempuan atau kecepatan daya tangkap sisiwa terhadap materi pembelajaran yang disiapkan oleh guru. Guru harus dapat menempatkan sebagi motivator agar siswa dapat belajar dengan baik, diantaranya dengan memperhatikan apa yang dipelajari, bagaimana siswa menetapkan apa yang sudah dipelajari, bagaimana mengaplikasikan apa yang telah diterima, ketepatan dan intensitas usaha belajar dan ketermpilan yagn berkembang selama aktivitas belajar;</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.25in;"> </p><p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><strong><span>b.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></strong><!--[endif]--><strong>Penyelidikan</strong> <strong>dan penemuan </strong></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in;">Yaitu mengemukakan sendiri aturan – aturan, bekerja secara aktif selam mengikuti proses pembelajaran, menmukan sendiri pola dan hubungan dari materi pelajaran;</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><strong><span>c.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></strong><!--[endif]--><strong>Penekanan Pada Struktur Matematika</strong>.<strong></strong></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in;">Yaitu menekankan pada penggunaan pengertain dan prinsip dari suatu poko bahasan lin, dan;</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><strong><span>d.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span></strong><!--[endif]--><strong>Berlatih Secara Berkal dan Teratur </strong></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in;">Kegiatan ini diarahkan agar sisiwa mengerti, memahami, mengguankan, menyimpulkan, menilai dan mengambil manfaat dari materi yang dipelajari..</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: 0.5in;">Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa dari keempat prinsip belajar matematika<span> </span>di sekolah dasar, perlu dipahami dan disadari oleh guru atau siswa serta dilaksanakan dlam proses belajar megajar khususnya pada pembelajaran matematika.</p> <p class="MsoBodyText"><strong>C. Hakikat Ank Didik dalam pembelajaran Matematika </strong></p> <p class="MsoBodyText"><strong>a. Anak dalam Pembelajran Matematika di SD</strong></p> <p class="MsoBodyText"><strong><span> </span></strong>Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian sagnat menrik untuk dikemukakan karena adanya perbedan karakteristik khusus antar hakikat anak didik dengan hakikat matematika.</p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Anak usi aSD sedang menglami perkembangan dalam tingkat berpikirnya. Tahp berpikir anak usia Sekolah Dasar menurut Jerome S Brunner<span> </span>yang terkenal dengan <strong><em>Teori Belajar Bruner –</em></strong>nya, bahwa setaip individu pada waktu mengaalmi atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut dalm pikirannya, yaitu suatu model mnetal tentang peristiwa ata benda yang dialaminya atau dikenalnya(Karso, 1994: 10). Bruner membagi tahapan belajar anak kedalam tiaga tahapan, yaitu :</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>1.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahapan Enaktif atau Tahap Kegaitan (Enactive): Tahpan pertma anak belajar konsep adalah berhubungan degna benda real atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahapan ini anak dalam gerak refleks dan coba- coba, belum harmonis, ia menaipulasi, menjejerkan, mengutak- atik, dan bentuk –bentuk gerak lainnya.</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>2.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahapan Ikon atau Tahap Gambar Bayangn<span> </span>(Iconc); pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>3.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahap Simbolik (simbolic); Pada tahap terakhir ini, anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam simbol dan bahasa. Apabila ia berjumpa dengan suatu simbol, maka bayangan mental yang ditndai oleh simbol itu akan dapat dikenal kembali (Karso, 10-11)</p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.25in;">Di lain pihak, matematika adalh ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarki, abstrak, bahasa simbol yang padatarti dan semacamnya, sehingga para matematika<span> </span>dapat mengembangkan sebuah sistem matematika. Mengingat ada perbedaan karakteristik itu, maka diperlukan adanya kemempuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak yang belum berpikir secara deduksi untuk mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif.<span> </span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.25in;">Dari dunia matematika yang merupakan sebuah sistem yang deduktif telah mampu mengembangkan model- model<span> </span>yang merupakan contoh dari sistem ini. Model- model matematika sebagai interpretasi dari ssitem matematika ini kemudain ternyaata daapt digunakan untuk mengatasi persoalan- persoalan dunia nyata. Manfaat lain yang menonjol adalh dengan penuh kecermatan. Namun sayangnya, pengembangan sistem atau model matematika itu tidak selulu sejaln dengan perkembangan berpikir terutama pada anak- anak SD. Hal ini pulalah yang menyebabkan pelajaran matematika<span> </span>di SD selalu menarik untuk dibicarakan.</p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.25in;">Selain tahap perkembangan berpikir anak- anak usia SD belum formal dan relatif kongkrit ditamah lagi keanakragaman intelegensiny, serta jumlah populasi siswaSD yang besar dan ditambah lagi dengan wajib belajar 9 tahun, maka faktor- faktor ini harus di perhatikan agar proses pembelajaran matematika di SD dapat berhasil.</p> <p><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "";"><br /></span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center; text-indent: 0.25in;" align="center"><strong>BAB IV</strong></p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center; text-indent: 0.25in;" align="center"><strong>PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN</strong></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"><strong>A. Gambaran umum SDN 2 Saalawi kecmatan Pesawahan kabupaten Purwakarta</strong></p> <p class="MsoBodyText"><strong>1. Sejarah Perkembangan SDN 2 Saalawi</strong></p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>SD Negeri 2 Saalawi dibangun pada tahun 1974 NSS 101022005015 yang beralamat di kampung Gandasari Desa Saalawi, Kecmatan Pesawahan, Kabupaten Purwakarta, tahun ajaran ………/ ……… mulai menerima sisiwa baru.</p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Selama kurun waktu 33 tahun SD negeri 2 Saalawi mengalami pergantian kepemimpinan dan pergantain nama sekolah antara lain :</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>a.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahun 1974 s/d<span> </span>1982 oleh Bapak Idum Dimyati</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.25in;"><span> </span><span> </span>Nama Sekolah : SD Gandasari</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>b.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahun 1982 s/d<span> </span>1991 oleh Ibu Anih Camina</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.25in;"><span> </span>Nama Sekolah: SD Gandasari</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>c.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Tahun 1991 sampai dengan<span> </span>sekarang oleh Ibu Mintarsih Ama Pd.</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.25in;"><span> </span>Nama sekolah : Negeri 2 Sekolah Gandasari<span> </span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.25in;">Kondisi bangunan SD Negeri 2 Saalawi pada saat ini cukup baik</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>a.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Letak geografis SDN 2 Saalawi : kurang startegis</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>b.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Status Tanah :<span> </span> milik</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>c.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->Seluas<span> </span><span style="text-decoration: underline;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">+</span></span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span>d.<span style="font-family: "font-style:normal;font-variant:normal;font-weight:normal;font-size:7pt;line-height:normal;";"> </span></span><!--[endif]-->cukup untuk pengembangan perluasan bangunan dan pengembangan potensi sekolah masa depan.</p> <p class="MsoBodyText"> </p><p class="MsoBodyText">2.<span> </span>Keadaan Guru dan Siswa</p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.5in;">Keadaan Guru, jumlah Guru dengan nama- nama Personil Masing- masing dapat dilihat pada tabel<span> </span></p> <p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.5in;"> </p><p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.5in;"> </p><p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.5in;"> </p><p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.5in;"> </p><p class="MsoBodyText" style="text-indent: 0.5in;"> </p><p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-align: center; text-indent: 0.5in;" align="center">Tabel …….</p> <p class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.5in; text-align: center; text-indent: 0.5in;" align="center">Data Personil Guru SDN 2 Saalawi</p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none; margin-left: 5.4pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody> <tr style="page-break-inside: avoid; height: 42.5pt;"> <td style="border: 1pt solid windowtext; width: 28.15pt; height: 42.5pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">NO</p> </td> <td style="width: 79.85pt; height: 42.5pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Nam</p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">NIP</p> </td> <td style="width: 1in; height: 42.5pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Tanggal Lahir</p> </td> <td style="width: 1in; height: 42.5pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Pendidikan Terakhir</p> </td> <td style="width: 0.75in; height: 42.5pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Pangkat Gol. Ruang</p> </td> <td style="width: 63pt; height: 42.5pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Mangajar di kelas</p> </td> <td style="width: 1in; height: 42.5pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Keterangan</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">1</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Mintarsih</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">15-08-55</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">D2 1995</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">IV/A</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">-</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Kepala sekolah</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">2</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"> </p><br /></td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">17-04-66</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">SPG 1986</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">III/B</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">-</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Guru PNS</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">3</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Nunung</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">25-05-76</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">SI 2002</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">II D</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">V</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Guru PNS</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">4</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Nunung Ratnaningsih</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">07-09-69</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">D2 2003</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">II B</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">IV</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Guru PNS</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">5</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Tuti S</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">05-05-70</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">SPG 1990</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">II A</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">III</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Guru PNS</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">6</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Ai Hermawati</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">15-04-67</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">SPG 1986</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">-</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">II</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">GBS</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">7</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Cucu</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">13-09-68</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">SMA 1989</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">-</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">I</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">HONDA</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">8</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Aminudin</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">10-08-80</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">SI 2004</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">-</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Guru PAI</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">HONDA</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">9</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Abas S</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">05-05-54</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">SPG 1989</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">-</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Guru Olahraga</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">GBS</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">10</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Ana Mulyana</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">13-04-68</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">SPG 1987</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">-</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Guru Bahasa. sunda</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">GBS</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">11</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Nopilyanti</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">09-11-81</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">D2 2004</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">-</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Guru<span> </span>Bahasa Inggris</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">GB DT</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">12</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Widya F</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">06-09-71</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">SPG 1990</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">-</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Guru Ktk/</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">GB DT</p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 28.15pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="38"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">13</p> </td> <td style="width: 79.85pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="106"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"> </p><br /></td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">05-05-54</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">SD 1986</p> </td> <td style="width: 0.75in; padding: 0pt 5.4pt;" width="72"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">-</p> </td> <td style="width: 63pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="84"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Penjaga</p> </td> <td style="width: 1in; padding: 0pt 5.4pt;" width="96"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Palaksana</p> </td> </tr> </tbody> </table> <p class="MsoBodyText"> </p><p class="MsoBodyText"><strong>Keadaan siswa </strong></p> <p class="MsoBodyText"><span> </span>Jumlah SD Negeri 2 Saalawi tahun aajran 2006- 2007 sebanyak 147 orang terdiri dari 77 siswa laki- laki dan 70 sisiwi pwrempaun. Adapun jumlah siswa tiap keals dapat dilihat pada tabel</p> <p class="MsoBodyText"> </p><p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Tabel Sisiwa SD Negeri 2 Saalawi</p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Kecamatan Pesawahan</p> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">Tahun 2006-2007</p> <table class="MsoNormalTable" style="border: medium none; width: 401.4pt; border-collapse: collapse;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="535"><tbody><tr style="page-break-inside: avoid;"> <td style="border: 1pt solid windowtext; width: 0.45in; padding: 0pt 5.4pt;" rowspan="2" width="43"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>NO</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" rowspan="2" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>KELAS</strong></p> </td> <td style="width: 188.45pt; padding: 0pt 5.4pt;" colspan="2" width="251"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>SISWA</strong></p> </td> <td style="width: 99pt; padding: 0pt 5.4pt;" rowspan="2" width="132"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>JUMLAH</strong></p> </td> </tr> <tr style="page-break-inside: avoid;"> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>LAKI- LAKI</strong></p> </td> <td style="width: 106.9pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="143"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>PEREMPUAN</strong></p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 0.45in; padding: 0pt 5.4pt;" width="43"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>1</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>I</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong> </strong></p><br /></td> <td style="width: 106.9pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="143"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>13</strong></p> </td> <td style="width: 99pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="132"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>34</strong></p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 0.45in; padding: 0pt 5.4pt;" width="43"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>2</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>II</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>12</strong></p> </td> <td style="width: 106.9pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="143"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>10</strong></p> </td> <td style="width: 99pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="132"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>22</strong></p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 0.45in; padding: 0pt 5.4pt;" width="43"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>3</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>III</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>12</strong></p> </td> <td style="width: 106.9pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="143"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>10</strong></p> </td> <td style="width: 99pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="132"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>22</strong></p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 0.45in; padding: 0pt 5.4pt;" width="43"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>4</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>IV</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>10</strong></p> </td> <td style="width: 106.9pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="143"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>10</strong></p> </td> <td style="width: 99pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="132"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>20</strong></p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 0.45in; padding: 0pt 5.4pt;" width="43"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>5</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>V</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>7</strong></p> </td> <td style="width: 106.9pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="143"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>13</strong></p> </td> <td style="width: 99pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="132"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>20</strong></p> </td> </tr> <tr> <td style="width: 0.45in; padding: 0pt 5.4pt;" width="43"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>6</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>V</strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>17</strong></p> </td> <td style="width: 106.9pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="143"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>4</strong></p> </td> <td style="width: 99pt; padding: 0pt 5.4pt;" width="132"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>29</strong></p> </td> </tr> <tr style="page-break-inside: avoid;"> <td style="width: 0.45in; padding: 0pt 5.4pt;" valign="top" width="43"> <p class="MsoBodyText"><strong> </strong></p><br /></td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" rowspan="2" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>JUM’AH </strong></p> </td> <td style="width: 81.55pt; padding: 0pt 5.4pt;" rowspan="2" width="109"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>77</strong></p> </td> <td style="width: 106.9pt; padding: 0pt 5.4pt;" rowspan="2" width="143"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>40</strong></p> </td> <td style="width: 99pt; padding: 0pt 5.4pt;" rowspan="2" width="132"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><strong>147</strong></p> </td> </tr> <tr style="page-break-inside: avoid;"> </tr></tbody></table>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-5318967706237854342010-08-25T07:51:00.000-07:002010-08-25T07:52:04.785-07:00Rahasia Teka-teki Matematika<h2>Rahasia Teka-teki Matematika</h2> <span class="submitted"></span>Berikut ini satu contoh teka-teki yang sangat terkenal<span style="color: rgb(0, 0, 0);">*</span>. Sering dipakai oleh banyak orang untuk berteka-teki. Walaupun “angka-angka” dan konteks yang dipakai dalam teka-teki berikut ini seringkali berbeda, tetapi prinsip teka-tekinya tetaplah sama<span style="color: rgb(0, 0, 0);">**</span>.<span id="more-524"></span><div class="content"><div class="snap_preview"><div class="p-con"><div class="snap_preview"> <blockquote> <p align="justify"><em>Tiga sekawan masuk ke hotel untuk menginap. Kata petugas, harga sewa kamarnya Rp. <img class="latex" title="300.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=300.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="300.000" />. Masing-masing mengumpulkan uang Rp. <img class="latex" title="100.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=100.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="100.000" /> untuk membayarnya. Setelah ketiga orang tadi pergi menuju kamar, sang petugas sadar bahwa harga sewa kamarnya seharusnya cuma Rp. <img class="latex" title="250.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=250.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="250.000" />.</em></p> </blockquote> <blockquote> <p align="justify"><em>Kemudian sang petugas meminta Bel-boy untuk menyerahkan uang Rp. <img class="latex" title="50.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=50.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="50.000" /> kepada ketiga orang tadi. Karena uang Rp. <img class="latex" title="50.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=50.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="50.000" /> berbentuk pecahan Rp <img class="latex" title="10.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=10.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="10.000" />, si Bel-boy hanya menyerahkan uang kepada ketiga orang tadi sebesar Rp. <img class="latex" title="30.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=30.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="30.000" />, sedangkan yang Rp. <img class="latex" title="20.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=20.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="20.000" /> disimpan untuknya. Uang yang Rp. <img class="latex" title="30.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=30.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="30.000" /> tersebut dibagi-bagi ke tiga orang tadi, masing-masing Rp.<img class="latex" title="10.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=10.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="10.000" />.</em></p> </blockquote> <blockquote> <p align="justify"><em>Sehingga, bila dihitung-hitung, masing-masing orang hanya membayar Rp. <img class="latex" title="90.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=90.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="90.000" />. Jadi, bertiga sebenarnya membayar <img class="latex" title="3 \times" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=3+%5Ctimes&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="3 \times" /> Rp. <img class="latex" title="90.000 =" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=90.000+%3D&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="90.000 =" /> Rp <img class="latex" title="270.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=270.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="270.000" />. Bila ditambahkan ke uang Rp. <img class="latex" title="20.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=20.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="20.000" /> yang dipegang si Bel-boy, maka jumlahnya Rp. <img class="latex" title="290.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=290.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="290.000" />. Lantas yang Rp.<img class="latex" title=" 10.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=+10.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt=" 10.000" /> lagi ke mana?</em></p> </blockquote> <p align="justify">Bagaimana, apakah Anda dapat memecahkan teka-teki tersebut? Bila belum, Anda boleh membaca pemecahannya seperti uraian berikut. Bila Anda dapat memecahkannya, saya ucapkan selamat atas keberhasilannya. Namun Anda pun boleh membandingkannya dengan cara pemecahan berikut ini.</p> <blockquote> <p align="justify"><em>Sebenarnya uang yang Rp. <img class="latex" title="10.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=10.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="10.000" /> tidak pergi ke mana-mana. Tidak hilang, tidak lenyap. Jumlah uang yang beredar di teka-teki tersebut tetap saja Rp <img class="latex" title="300.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=300.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="300.000" />. Tapi apa buktinya? Mari kita hitung perlahan-lahan.</em></p> <p align="justify"><em>Uang yang diterima petugas mula-mula Rp. <img class="latex" title="300.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=300.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="300.000" /> kemudian diserahkan ke Bel-boy Rp. <img class="latex" title="50.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=50.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="50.000" /> sehingga uang yang kini dipegang petugas <strong><span style="color: rgb(0, 0, 255);">Rp</span>. <img class="latex" title="250.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=250.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="250.000" />. </strong></em></p> <p align="justify"><em>Oleh Bel-boy, uang sebesar Rp. <img class="latex" title="50.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=50.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="50.000" /> cuma diserahkan sebesar Rp. <img class="latex" title="30.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=30.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="30.000" /> ke ketiga orang tadi. Sehingga si Bel-boy sekarang memegang <strong><span style="color: rgb(0, 0, 255);">Rp</span>. <img class="latex" title="20.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=20.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="20.000" />.</strong></em></p> <p align="justify"><em>Karena ketiga orang tersebut menerima kembali uang mereka sebesar Rp. <img class="latex" title="30.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=30.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="30.000" /> dan masing-masing orang kebagian Rp. <img class="latex" title="10.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=10.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="10.000" />, maka ini artinya mereka masing-masing mengeluarkan uang Rp. <img class="latex" title="90.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=90.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="90.000" />. Karena ada tiga orang, ini artinya mereka bersama mengeluarkan <img class="latex" title="3 \times" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=3+%5Ctimes&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="3 \times" /> Rp. <img class="latex" title="90.000 =" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=90.000+%3D&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="90.000 =" /> Rp. <img class="latex" title="270.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=270.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="270.000" />. Nah, jumlah uang ini sama dengan uang yang dipegang petugas (<strong><span style="color: rgb(0, 0, 255);">Rp</span>. <img class="latex" title="250.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=250.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="250.000" /></strong>) ditambah uang yang sekarang dipegang Bel-boy (<strong><span style="color: rgb(0, 0, 255);">Rp</span>. <img class="latex" title="20.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=20.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="20.000" /></strong>), yaitu <strong><span style="color: rgb(0, 0, 255);">Rp</span>. <img class="latex" title="250.000 +" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=250.000+%2B&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="250.000 +" /> <span style="color: rgb(0, 0, 255);">Rp</span>. <img class="latex" title=" 20.000=" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=+20.000%3D&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt=" 20.000=" /> </strong><strong><span style="color: rgb(0, 0, 255);">Rp</span>. <img class="latex" title=" 270.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=+270.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt=" 270.000" />.</strong></em></p> <p align="justify"><em>Nah, bila uang <span style="color: rgb(0, 0, 255);"><strong>Rp</strong></span>. <img class="latex" title="270.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=270.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="270.000" /> itu kita tambah dengan uang yang diserahkan ke ketiga orang tadi, yaitu Rp. <img class="latex" title="30.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=30.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="30.000" /> maka jumlah uang yang beredar pada teka-teki tersebut adalah tetap, yaitu Rp. <img class="latex" title="300.000" src="http://l.wordpress.com/latex.php?latex=300.000&bg=ffffff&fg=444444&s=0" alt="300.000" />.</em><strong><em> </em></strong></p> </blockquote> <p align="justify">Walaupun teka-teki tersebut biasanya hanya untuk selingan ketika kita <em>ngobrol</em> dengan teman-teman, di warung kopi misalnya, tapi teka-teki semacam ini bisa bermanfaat bila diterapkan di dunia pendidikan kita. Setidaknya, bisa digunakan untuk memancing siswa agar tertarik pada pelajaran matematika atau bahasa.</p> <p align="justify">Lantas, apa saja guna teka-teki tersebut bagi dunia pendidikan kita, bagi siswa-siswi kita di sekolah? Bila memang berguna bagaimana menyajikannya?</p> <p align="justify">Menurut saya, teka-teki semacam ini, selain dapat digunakan sebagai selingan pada pelajaran matematika, juga dapat digunakan pada pelajaran bahasa. Kenapa? Karena dalam teka-teki ini kecermatan penggunaan kata dan kalimat sangat berperan dalam memahami dan menyelesaikan masalah pada teka-teki ini.</p> <p align="justify">Dengan perkataan lain, teka-teki ini selain mengajari kelihaian bermatematika juga mengajari keterampilan “bersilat kata” dalam pelajaran bahasa. Jadi, untuk kasus teka-teki ini, terlihat jelas kaitan antara pelajaran matematika dan bahasa, yang sama-sama merupakan “sarana” untuk berfikir, bersilat “angka” dan bersilat “kata” dalam waktu yang nyaris bersamaan***.</p> <p align="justify">Oh, iya. Bisa jadi teka-teki semacam ini dapat digunakan untuk menarik minat masyarakat pembaca yang katanya pusing bila berhadapan dengan “angka-angka biasa” dalam matematika, tapi tidak pusing bahkan senang bila berhadapan dengan “angka-angka” yang terkait dengan uang. Mungkin teka-teki semacam inilah yang bisa dijadikan contoh bagi macam pembaca tersebut. Semoga!</p> <p align="justify">Oh, iya lagi. Untuk kali ini saya sengaja tidak menyajikan ide dan cara bagaimana teka-teki ini disajikan <span style="text-decoration: line-through;">dengan menarik</span> pada siswa-siswi di sekolah. Oleh karena itu, saya nantikan pendapat Anda sekalian, khususnya bapak atau ibu guru matematika atau bahasa. Sekali-kali boleh juga bukan? Saya undang Anda untuk menyumbangkan ide dan sarannya, di kolom komentar tentunya. Atas sumbangan ide dan sarannya saya ucapkan terimakasih. <img class="wp-smiley" src="https://s-ssl.wordpress.com/wp-includes/images/smilies/icon_biggrin.gif" alt="D" /></p> <p align="justify">=======================================================</p> <p align="justify">Ya sudah segitu saja ya untuk pertemuan kita kali ini. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Mudah-mudahan bermanfaat. Amin.</p> <p><strong>Catatan:</strong></p> <p align="justify">*Sumber: Kafe Ketawa Ketiwi , dengan modifikasi di sana-sini.</p> <p align="justify">**Teka-teki yang serupa pernah disajikan di blog Buku Bekas.</p> <p align="justify">*** Bila kita “teliti” lagi, teliti membaca teka-teki tersebut (yang saya modifikasi dari situs Kafe Ketawa Ketiwi), sebenarnya ada sedikit kejanggalan, yakni janggal karena melanggar “kebiasaan”. Apa itu? Ya, kejanggalannya itu begini. Biasanya, bila kita masuk untuk menginap di hotel, berdasarkan pengalaman, hampir tidak pernah langsung ditarik bayaran. Biasanya pembayaran hotel itu dilakukan bila kita akan keluar hotel. Betul? <img class="wp-smiley" src="https://s-ssl.wordpress.com/wp-includes/images/smilies/icon_mrgreen.gif" alt="" /></p> <p align="justify"> </p><p align="justify">SUMBER:</p> <p align="justify">Penulis al-Jupri di http://mathematicse.wordpress.com/2007/08/26/rahasia-teka-teki-matematika/</p> </div> </div> </div></div>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-12975339213826612132010-08-25T07:48:00.000-07:002010-08-25T07:49:09.926-07:00MAKALAH KETERAMPILAN PROSES DASAR PADA PEMBELAJARAN<h2 style="text-align: center;">KETERAMPILAN PROSES DASAR PADA PEMBELAJARAN</h2><div style="text-align: justify;"> <span style="display: block;" id="formatbar_Buttons"><span class="" style="display: block;" id="formatbar_JustifyFull" title="Justify Full" onmouseover="ButtonHoverOn(this);" onmouseout="ButtonHoverOff(this);" onmouseup="" onmousedown="CheckFormatting(event);FormatbarButton('richeditorframe', this, 13);ButtonMouseDown(this);"><img src="img/blank.gif" alt="Justify Full" class="gl_align_full" border="0" /></span></span> </div><div style="text-align: justify;" class="content"> <div class="snap_preview"><p style="line-height: 200%;"><strong>A. Pengertian </strong></p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. <span id="more-396"></span></p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang dimiliki peserta didik.</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"><strong>B. Jenis- Jenis Pendekatan Keterampilan Proses Dasar </strong></p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;"> </p><h3 class="western" style="line-height: 200%;">1. Keterampilan Mengobservasi</h3> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau kejadian. (Nasution, 2007: 1.8- 1.9)</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh yang lebih konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya seperti apa yang engkau lihat ? atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur…? Atau mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi.</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;"> </p><p style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><strong>2. Keterampilan Mengklasifikasi</strong></p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan yang dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau kegaitan- kegiatan. (Nasution, 2007 : 1.15)</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan panjang di kelas.</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk kalsifikasi organisme- organisme dari carta yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber klasifikasi</p> <p style="margin-left: 0.13in; text-indent: 0.25in; line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"><strong>3. Keterampilan Mengukur </strong></p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non konvensional. (Nasution, 2007 : 1.20)</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat ukur secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat- alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan ukuran yang tepat.</p> <p style="line-height: 200%;">Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam pengukuran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang akan diukur.</p> <p style="line-height: 200%;">Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunkan satuan centi meter (cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.</p> <p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"><strong>4. Keterampilan Mengkomunikasikan </strong></p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil ( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut menjelaskan deskrifsi tentang objek yang diamati didepan kelas.</p> <p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"><strong>5. Keterampilan Menginferensi </strong></p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato , menginferensi/ menduga/ menyimpulakan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan dari apa yagn di observasi( Nasution, 2007 : 1.49)</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.</p> <p style="line-height: 200%;"><strong>6. Keterampilan Memprediksi </strong></p> <p style="line-height: 200%;">Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi lpada observasi yang akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution, 2007 : 1.55)</p> <p style="text-indent: 0.5in; line-height: 200%;">Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang ditelungkupkan.</p> <p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"><strong>7. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu </strong></p> <p style="line-height: 200%;">Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yan gberkaitan dengan penjelasan- penjelasan hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu beserta perubahan waktu.</p> <p style="line-height: 200%;">Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu- ruang, seorang guru dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua dimensi (seperti kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat menyuruh sisiwa menjelaskan posisinya terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada di baridsan ketiga bangku kedua dari kiri gurunya.</p> <p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"><strong>8. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan- bilangan </strong></p> <p style="line-height: 200%;">Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler meliputi kegaitan menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan untuk membuat operasi aritmatika (matematika). Carin mengemukakan bahwa menggunakan angka adalah mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus- ruumus matematik untuk menghitung jumlah atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan bilangan merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.( Nasution, 2007: 1.61- 1.62).</p> <p style="line-height: 200%;">Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah menentukan nilai pi dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis bilangan untuk operasi penambahan dan perkalian. Latihan- latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan membandingkan benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk mengembangkan keterampilan ini. contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti tentang hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 10<span style="font-size: small;"><sup>0</sup></span> C ke – 20<span style="font-size: small;"><sup>0</sup></span> C ? ”</p> <p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 100%; page-break-before: always;"><strong>BAB III</strong></p> <p style="line-height: 100%;"><strong>PENUTUP</strong></p> <p style="line-height: 100%;"> </p><p style="line-height: 100%;"> </p><p style="line-height: 100%;"><strong>A. Kesimpulan</strong></p> <p style="line-height: 100%;"> </p><p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;"> </p><p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Keterampilan proses dasar, meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.</p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;"><strong>B. SARAN</strong></p> <p style="text-indent: 0.25in; line-height: 200%;">Untuk mengoptimilisasikan proses pembelajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar, terkadang membutuhkan alat peraga atau media pembelajaran yang bersifat modern, seperti audio visual dan alat peraga atau media pembelajaran tersebut terkesan mahal, sehingga semua sekolah dasar tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan menghambat daripada proses pembelajaran IPA disekolah dasar.</p> <p style="line-height: 200%; page-break-before: always;"><strong>DAFTAR PUSTAKA</strong></p> <p style="line-height: 200%;"> </p><p style="line-height: 200%;">Nasution, Noehi, dkk.2007.<em> Pendidikan IPA di SD</em>. Jakarta : Universitas Terbuka</p> <p style="margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in; line-height: 200%;">Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. <em>Strategi Belajar Mengajar</em>. Jakarta: DEPDIKBUD</p> <p style="margin-left: 0.75in; text-indent: -0.75in; line-height: 200%;">Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. <em>Strategi Belajar Mengajar. </em>Jakarta: DEPDIKBUD</p> </div></div>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-22386523303311000552010-08-25T07:46:00.000-07:002010-08-25T07:47:27.158-07:00MAKALAH DASAR PENDIDIKAN DALAM KONSEP DAN MAKNA BELAJAR<h2>DASAR PENDIDIKAN DALAM KONSEP DAN MAKNA BELAJAR</h2> <span class="submitted"><br /></span> <div class="content"> <div class="snap_preview"><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">A. Konsep Dasar Pendidikan</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan<span> </span>dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu <strong><em>” pais ”</em></strong> yang artinya anak, dan <strong><em>” again ”</em></strong> yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.</span><span id="more-413"></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 45pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Orang yang memberikan bimbingan kepada aak disebut pembimbing atau ” pedagog”, dalam perkembangannya, istilah pendidikan ( pedagogy ) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup ( lifelong education ), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">(1)<span> </span>Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 ).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">(2)<span> </span>Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh<span> </span>pengetahuan ( McLeod, 1989 ).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">(3)<span> </span>Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ( Mudyahardjo, 2001:6 )</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">(4)<span> </span>Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 )</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">(5)<span> </span>Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah ) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya <span> </span><strong><em>( Dictionary of Psychology, 1972 ).</em></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">(6)<span> </span>Dalam arti luas pendidikan melipuyi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa<span> </span>untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan Harahap, 1981 ).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">(7) Menurut <strong><em>John Dewey</em></strong> pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">(8)<span> </span>Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UUSPN No. 20 Tahun 2003 ).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">1.<span> </span>Hakekat dan Teori Pendidikan </span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa sebuah teori berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">a. <span> </span>asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">b. <span> </span>definisi konotatif atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan<span> </span>dalam menyusun teori.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Asumsi pokok pendidikan adalah :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">a. <span> </span>pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan belajarnya;</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">b.<span> </span>pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dam</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">c.<span> </span>pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">a. <span> </span>Sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">b. <span> </span>Antrophologik memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">c.<span> </span>Psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secar optimal. Psikologi menurut Woodward dan Maquis ( 1955 : 3 ) adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">d. <span> </span>Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani ( human capital ) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">e.<span> </span>Politik yang melihat pendidikan adalah proses menjadi warga negara yang diharapkan ( civilisasi ) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana soyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">2. <span> </span>Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Pada dasarnya ”mengajar” adalah membantu ( mencoba membantu ) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan<span> </span>orang yang belajar. Artinya mengajar pada hakekatnya suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar.Hal ini akan dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui : </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">1.<span> </span>Bimbingan yaitu pemberian bantuan,arahan,motivasi,nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi,memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">2.<span> </span><span> </span>Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dengan peserta didik.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"><span> </span>Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang relevan bukanlah antara pengajaran dengan pendidikan tetapi antara pengajaran sebagai suatu profesi dengan pendidikan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">3. Fungsi Pendidikan</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">B. Konsep dan Makna Belajar</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">1.<span> </span>Konsep Belajar</span></strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">a. <span> </span>Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">b. <span> </span>Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">c. <span> </span>Sikomotorik yaitu kemepuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"><span> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -9pt; line-height: 150%;"><strong><em><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Belajar Menurut Pandangan Skiner.<span> </span></span></em></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Belajar menurut pandanag B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal berikut :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">1. <span> </span>Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">2. <span> </span>Respon si belajar,</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">3.<span> </span>Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut,baik konsekwensinya<span> </span>sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-indent: 9pt; line-height: 150%;"><strong><em><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Skinner</span></em></strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> menbagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">1. <span> </span>respondents response yaitu respon yang terjadi karena stimuli khusus, perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkannya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">2. <span> </span>operants conditioning dalam clasical condotioning menggambarkan suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena situasi random.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"><span> </span>Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya adalah rangkaian dari penguatan yang terdiri dari suatu peristiwa dimana prilaku terjadi, perilaku itu sendiri, dan akibat perilaku.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><em><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne</span></em></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV"><span> </span></span></strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.<strong><span> </span></strong>Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><strong><em><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Robert M. Gagne</span></em></strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hirarki dari paling sederhana sampai paling kompleks yakni :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">1. <span> </span>belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning) yang menimbulkan perasaan tertentu, mengambil sikap tertentu,yang dapat menimbulkan perasaan sedih atau senang.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">2. <span> </span>belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning)dimana respon bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">3. <span> </span>belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning) mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">4. <span> </span>belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association) bersifat asosiatif tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">5. <span> </span>belajar mebedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">6. <span> </span>belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">7. <span> </span>belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian dalam macam-macam aturan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">8. <span> </span>belajar memecahkan masalah (Problem Solving) menggunakan aturan-aturan yang ada disertai proses analysis dan penyimpulan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"><span> </span>Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -27pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"><br /></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget yaitu : </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan pisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau masalah yang dihadapinya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">3. Fungsi, yaitu cara yanag digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar dalam hal ini dapat mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><em><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers</span></em></strong><em><span style="font-family: Arial;" lang="SV"></span></em></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Menurut pendapat <strong><em>Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi)</em></strong> praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukuan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru menurut Rogers adalah meliputi : guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur, guru dan siswa membuat kontrak belajar, guru menggunakan metode inquiri atau belajar menemukan (discovery learning), guru menggunakan metode simulasi, guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain, guru bertindak sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1999:17).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><em><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></em></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><em><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom</span></em></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga kawasan (dominan) yaitu : domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara hirarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari : gerakan repleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><em><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner</span></em></strong><em><span style="font-family: Arial;" lang="SV"></span></em></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.Bruner mengemukan empat tema pendidikan, tema pertama mengemukan pentingnya arti struktur pengetahuan, tema kedua ialah tentang kesiapan (readines) untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan, tema keempat ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan teori belajar dokelas atau menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 54pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">2. <span> </span>Teori Belajar</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme dan teori cognitive gestalt-filed.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">a. <span> </span>Teori Disiplin Mental</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara alamiah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan pengembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">b. <span> </span>Teori Behaviorisme</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu : mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">c. <span> </span>Teori Cognitive Gestalt-Filed</span></strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV"></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">d. <span> </span>Makna dan Ciri Belajar</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV"><span> </span>Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh berbagai kecakaapn, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain : belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, belajar hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan kegiatan yang bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan selusuh tingkah laku secara integral, belajar adalah proses interaksi dan belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">e. <span> </span>Prinsip-prinsip Belajar</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh para ahli psikologi pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaitu<strong> </strong>emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara yaitu : motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error , transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang bersifat individual.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">f. <span> </span>Syarat Agar Peserta Didik Berhasil Belajar</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan sebagai berikut : kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan diluar sekolah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">g. <span> </span>Cara Belajar yang Baik</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Cara belajar baik secara umum yaitu : belajar secara efisien, mampu membuat berbagai catatan, mampu membaca, siap belajar, keterampilan belajar, memahami perbedaan belajar pada tingkatan sekolah seperti SD, SMP, dan SMU, dukungan orang tua yang paham akan perbedaan, status harga diri lebih kurang.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Menurut Rusyam cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar adalah : menetapkan target belajar, menghindari saran dan kritik yang negatif, menciptakan situasi belajar, menyelenggarakan remedial program, dan memberi kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt; line-height: 150%;"><strong><span style="font-family: Arial;" lang="SV">h. <span> </span>Strategi Mempelajari Buku Teks</span></strong></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Salah satu hal yang penting dalam belajar adalah membaca buku teks yang berisi materi pelajaran.Kiat untuk memahami buku teks disebut metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review).</span></p> <p><span style="font-family: Arial;" lang="SV">Survey yaitu menjelajahi seluruh buku yang tersedia di perpustakaan dan tempat lain yang berhubungan dengan mata pelajaran. Dilanjutkan dengan question yaitu bertanya dalam mengarahkan membaca kritis, kemudian membaca ialah melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis. Kemudian dilakukan recite yaitu mengulang isi buku pelajaran yang telah dipelajari (berkaitan dengan ide, pengertian, dan analysis) sehingga mendapatkan ide-ide pokok dari buku tersebut. Sedangkan review yaitu meninjau kembali seluruh bahan pelajaran yang telah dipelajari secara menyeluruh. Dengan menggunakan metode SQ3R dapat diharapkan lebih memuaskan dan dapat lebih memberikan pemahaman yang luas tentang materi pelajaran yang terdapat dalam buku tes tersebut.</span></p> </div></div>untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-23419945457364979102010-08-25T07:42:00.000-07:002010-08-25T07:45:19.895-07:00Makalah Pendekatan CBSAPendekatan CBSA<br /><br /><br />I. STRATEGI DAN METODE<br /><br /> 1. PENGERTIAN STRATEGI, METODE DAN TEKNIK BELAJAR MENGAJAR<br /><br />Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely). Strategi belajar-mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya (Dick dan Carey). Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai (Gropper). Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, makajenis kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.<br /><br />Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan antara strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan bahwa strategi belajar-mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar-mengajar terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin siswa betul-betul akan mencapai tujuan, strategi lebih luas daripada metode atau teknik pengajaran.<br /><br /><br />Metode, adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan (Winamo Surakhmad)<br /><br /><br />Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contoh: Guru A dengan guru B sama-sama menggunakan metode ceramah. Keduanya telah mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasilnya guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi tiap guru mungakui mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama.<br /><br /><br />Dapat disimpulkan bahwa strategi terdiri dan metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi lebih luas dari metode atau teknik pengajaran. Metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Untuk lebih memperjelas perbedaan tersebut, ikutilah contoh berikut:<br /><br /><br />Dalam suatu Satuan Acara Perkuliahan (SAP) untuk mata kuliah Metode-metode mengajar bagi para mahasiswa program Akta IV, terdapat suatu rumusan tujuan khusus pengajaran sebagai benikut: “Para mahasiswa calon guru diharapkan dapat mengidentifikasi minimal empat jenis (bentuk) diskusi sebagai metode mengajar”. Strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran tersebut misalnya:<br /><br /> 1. Mahasiswa diminta mengemukakan empat bentuk diskusi yang pernah dilihatnya, secara kelompok.<br /> 2. Mahasiswa diminta membaca dua buah buku tentang jenis-jenis diskusi dari Winamo Surakhmad dan Raka Joni.<br /> 3. Mahasiswa diminta mendemonstrasikan cara-cara berdiskusi sesuai dengan jenis yang dipelajari, sedangkan kelompok yang lain mengamati sambil mencatat kekurangan-kekurangannya untuk didiskusikan setelah demonstrasi itu selesai.<br /> 4. Mahasiswa diharapkan mencatat hasil diskusi kelas.<br /><br />Dari contoh tersebut dapat kita lihat bahwa teknik pengajaran adalah kegiatan no 3 dan 4, yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi dan diskusi. Sedangkan seluruh kegiatan tersebut di atas merupakan strategi yang disusun guru untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam mengatur strategi, guru dapat memilih berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan sebagainya. Sedangkan berbagai media seperti film, kaset video, kaset audio, gambar dan lain-lain dapat digunakan sebagai bagian dan teknik teknik yang dipilih.<br /><br /><br />KLASIFIKASI STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR<br /><br /><br />Klasifikasi strategi belajar-mengajar, berdasarkan bentuk dan pendekatan:<br /><br /> 1. Expository dan Discovery/Inquiry :<br /><br />“Exposition” (ekspositorik) yang berarti guru hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu, disebut ekspositorik. Hampir tidak ada unsur discovery (penemuan). Dalam suatu pengajaran, pada umumnya guru menggunakan dua kutub strategi serta metode mengajar yang lebih dari dua macam, bahkan menggunakan metode campuran.<br /><br /><br />Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositorik dengan metode ekspositorik juga. Begitu pula dengan discovery/inquiry. Sehingga suatu ketika ekspositorik – discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi belajar-mengajar, tetapi suatu ketika juga berfungsi sebagai metode belajar-mengajar.<br /><br /><br />Guru dapat memilih metode ceramah, ia hanya akan menyampaikan pesan berturut-turut sampai pada pemecahan masalah/eksperimen bila guru ingin banyak melibatkan siswa secara aktif. Strategi mana yang lebih dominan digunakan oleh guru tampak pada contoh berikut:<br /><br /><br />Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan untuk menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan aturan : Berdiri pada jalur penyeberangan, menanti lampu lintas sesuai dengan urutan wama, dan sebagainya.<br /><br /><br />Dalam contoh tersebut, guru menggunakan strategi ekspositorik. Ia merigemukakan aturan umum dan mengharap anak-anak akan mengikuti/mentaati aturan tersebut.<br /><br /><br />Dengan menunjukkan sebuah media film yang berjudul “Pengamanan jalan menuju sekolah guru ingin membantu siswa untuk merencanakan jalan yang terbaik dan sekolah ke rumah masing-masing dan menetapkan peraturan untuk perjalanan yang aman dari dan ke sekolah.<br /><br /><br />Dengan film sebagai media tersebut, akan merupakan strategi ekspositori bila direncanakan untuk menjelaskan kepada siswa tentang apa yang harus mereka perbuat, mereka diharapkan menerima dan melaksanakan informasi/penjelasan tersebut. Akan tetapi strategi itu dapat menjadi discovery atau inquiry bila guru menyuruh anak-anak kecil itu merencanakan sendiri jalan dari rumah masing masing. Strategi ini akan menyebabkan anak berpikir untuk dapat menemukan jalan yang dianggap terbaik bagi dirinya masing-masing. Tugas tersebut memungkinkan siswa mengajukan pertanyaan pertanyaan sebelum mereka sampai pada penemuan-penemuan yang dianggapnya terbaik. Mungkin mereka perlu menguji cobakan penemuannya, kemungkinan mencari jalan lain kalau dianggap kurang baik.<br /><br /><br />Dan contoh sederhana tersebut dapat kita lihat bahwa suatu strategi yang diterapkan guru, tidak selalu mutlak ekspositorik atau discovery. Guru dapat mengkombinasikan berbagai metode yang dianggapnya paling efektif untuk mencapai suatu tujuan tertentu.<br /><br /> 1. Discovery dan Inquiry :<br /><br />Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya; mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep, misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi, energi dan sebagai. Prinsip misalnya “Setiap logam bila dipanaskan memuai”<br /><br /><br />Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam) Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi men, melaksanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan sebagainya.<br /><br /><br />Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard Suchman mencoba mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi. guru ke situasi yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat yang berwujud diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery Lesson, (pelajaran dengan penemuan terpimpin) yang langkah-langkahnya sebagai berikut:<br /><br /> 1. Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan<br /> 2. Jelas tingkat/kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III)<br /> 3. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui keglatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.<br /> 4. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan<br /> 5. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.<br /> 6. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan<br /> 7. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.<br /> 8. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.<br /> 9. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan Sebagaimana mestinya.<br /><br />Sedangkan langkah-langkah inquiry menurut dia meliputi:<br /><br /> 1. Menemukan masalah<br /> 2. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan<br /> 3. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan<br /> 4. Perumusan keterangan yang diperoleh<br /> 5. Analisis proses inquiry.<br /><br /> 1. Pendekatan konsep :<br /><br />Terlebih dahulu harus kita ingat bahwa istilah “concept” (konsep) mempunyai beberapa arti. Namun dalam hal ini kita khususkan pada pembahasan yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. Suatu saat seseorang dapat belajar mengenal kesimpulan benda-benda dengan jalan membedakannya satu sama lain. Jalan lain yang dapat ditempuh adalah memasukkan suatu benda ke dalam suatu kelompok tertentu dan mengemukakan beberapa contoh dan kelompok itu yang dinyatakan sebagai jenis kelompok tersebut. Jalan yang kedua inilah yang memungkinkan seseorang mengenal suatu benda atau peristiwa sebagai suatu anggota kelompok tertentu, akibat dan suatu hasil belajar yang dinamakan “konsep”.<br /><br /><br />Kita harus memperhatikan pengertian yang paling mendasar dari istilah “konsep”, yang ditunjukkan melalui tingkah laku individu dalam mengemukakan sifat-sifat suatu obyek seperti : bundar, merah, halus, rangkap, atau obyek-obyek yang kita kenal seperti rambut, kucing, pohon dan rumah. Semuanya itu menunjukkan pada suatu konsep yang nyata (concrete concept). Gagne mengatakan bahwa selain konsep konkret yang bisa kita pelajari melalui pengamatan, mungkin juga ditunjukkan melalui definisi/batasan, karena merupakan sesuatu yang abstrak. Misalnya iklim, massa, bahasa atau konsep matematis. Bila seseorang telah mengenal suatu konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan untuk mengorganisasikan gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan. Proses menghubung-hubungkan dan mengorganisasikan konsep yang satu dengan yang lain dilakukan melalui kemampuan kognitif<br /><br /> 1. Pendekatan Cara Belajar Stswa Aktif (CBSA)<br /><br />Pendekatan ini sebenamya telah ada sejak dulu, ialah bahwa di dalam kelas mesti terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa (melibatkan siswa secara aktif). Hanya saja kadar (tingkat) keterlibatan siswa itulah yang berbeda. Kalau dahulu guru lebih banyak menjejalkan fakta, informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan siswa. Kegiatan belajar-mengajar tidak lagi berpusat pada siswa (student centered).<br /><br /><br />Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu, betapapun sederhananya. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada iswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendin fakta dan kosep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.<br /><br /><br />Hakekat dad CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:<br /><br /> * Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan<br /> * Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan<br /> * Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap<br /><br />Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien.<br /><br /><br />Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkani menjadi bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar karena memang sengaja dirancang untuk itu.<br /><br /><br />Prinsip-prinsip CBSA:<br /><br /><br />Dan uraian di atas kita ketahui bahwa prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik, Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:<br /><br /><br />a. Dimensi subjek didik :<br /><br /> * Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direnca nakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.<br /> * Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.<br /> * Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang olch guru.<br /> * Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.<br /> * Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.<br /><br />b. Dimensi Guru<br /><br /> * Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.<br /> * Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.<br /> * Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.<br /> * Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara, mama serta tingkat kemampuan masing-masing.<br /> * Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.<br /><br />c. Dimensi Program<br /><br /> * Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.<br /> * Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep mau pun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.<br /> * Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.<br /><br />d. Dimensi situasi belajar-mengajar<br /><br /> * Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.<br /> * Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.<br /><br />Rambu-rambu CBSA :<br /><br /><br />Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat diukur dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses belajar-mengajar. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari beberapa dimensi. Rambu-rambu tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar memiliki kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya kadar CBSA dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah.<br /><br /> 1. Berdasarkan pengelompokan siswa :<br /> Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru hams disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.<br /> 2. Berdasarkan kecepatan nzasing-rnasing siswa :<br /> Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.<br /> 3. Pengelompokan berdasarkan kemampuan :<br /> Pengelompokan yang homogin han didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satukelompok maka hal mi mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.<br /> 4. Pengelompokkan berdasarkan persamaan minat :<br /> Pada suatu guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.<br /> 5. Berdasarkan domein-domein tujuan :<br /> Strategi belajar-mengajar berdasarkan domein/kawasan/ranah tujuan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:<br /><br /> Menurut Benjamin S. Bloom CS, ada tiga domein ialah: 1) Domein kognitif, yang menitik beratkan aspek cipta. 2) Domein afektif, aspek sikap. 3) Dornein psikomotor, untuk aspek gerak.<br /><br /> Gagne mengklasifikasi lima macam kemampuan ialah: 1) Keterampilan intelektual. 2) Strategi kognitif. 3) Informasi verbal. 4) Keterampilan motorik. 5) Sikap dan nilai. <br /><br />Di samping pengelompokan (klasifikasi) tersebut di atas, masih ada pengelompokkan yang lebih komprehensif dalam arti meninjau beberapa faktor sekaligus seperti, wawasan tentang manusia dan dunianya, tujuan serta lingkungan belajar. Pendapat ini dikemukakan oleh Bruce Joyce dan Marsha Well dengan mengemukakan rumpun model-model mengajar sebagai berikut :<br /><br /> 1. Rumpun model interaksi sosial<br /> 2. Rumpun model pengelola informasi Rumpun model personal-humanistik<br /> 3. Rumpun model modifikasi tingkah laku.<br /><br />T. Raka Joni mengemukakan suatu kerangka acuan yang dapat digunakan untuk memahami strategi belajar-mengajar, sebagai berikut:<br /><br /> 1. Pengaturan guru-siswa :<br /> * Dari segi pengaturan guru dapat dibedakan antara : Pengajaran yang diberikan oleh seorang guru atau oleh tim<br /> * Hubungan guru-siswa, dapat dibedakan : Hubungan guru-siswa melalui tatap muka secara langsung ataukah melalui media cetak maupun media audio visual.<br /> * Dari segi siswa, dibedakan antara : Pengajaran klasikal (kelompok besar) dan kelompok kecil<br /> (antara 5 – 7 orang) atau pengajaran Individual (perorangan). <br /><br /> 2. Struktur peristiwa belajar-mengajar :<br /> Struktur peristiwa belajar, dapat bersifat tertutup dalam arti segala sesuatunya telah ditentukan secara ketat, misalnya guru tidak boleh menyimpang dari persiapan mengajar yang telah direncanakan. Akan tetapi dapat terjadi sebaliknya, bahwa tujuan khusus pengajaran, materi serta prosedur yang ditempuh ditentukan selama pelajaran berlangsung. Struktur yang disebut terakhir ini memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut berperan dalam menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana langkah langkah yang akan ditempuh.<br /><br /> 3. Peranan guru-siswa dalam mengolah pesan :<br /> Tiap peristiwa belajar-mengajar bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, ingin menyampaikan pesan, informasi, pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada siswa. Pesan tersebut dapat diolah sendiri secara tuntas oleh guru sebelum disampaikan kepada siswa, namun dapat juga siswa sendid yang diharapkan kepada siswa, namun dapat juga siswa sendid yang diharapkan mengolah dengan bantuan sedikit atau banyak dan guru. Pengajaran yang disampaikan dalam keadaan siap untuk ditedma siswa, disebut strategi ekspositorik, sedangkan yang masih harus diolah oleh siswa dinamakan heudstik atau hipotetik. Dan strategi heuristik dapat dibedakan menjadi dua jenis ialah penemuan (discovery) dan penyelidikan (inquiry), yang keduanya telah diterangkan pada awal bab ini.<br /><br /> 4. Proses pengolahan pesan :<br /> Dalam peristiwa belajar-mengajar, dapat terjadi bahwa proses pengolahan pesan bertolak dari contoh-contoh konkret atau peristiwa-peristiwa khusus kemudian diambil suatu kesimpulan (generalisasi atau pnnsip-pnnsip yang bersifat umum). Strategi belajar-mengajar yang dimulai dari hal-hal yang khusus menuju ke umum tersebut, dinamakan strategi yang bersifat induktif. <br /><br />Pemilihan strategi belajar-mengajar<br /><br />Titik tolak untuk penentuan strategi belajar-mengajar tersebut adalah perumusan tujuan pengajaran secara jelas. Agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara optimal, selanjutnya guru harus memikirkan pertanyaan berikut : “Strategi manakah yang paling efektif dan efisien untuk membantu tiap siswa dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan?” Pertanyaan ini sangat sederhana namun sukar untuk dijawab, karena tiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda. Tetapi strategi memang harus dipilih untuk membantu siswa mencapai tujuan secara efektif dan produktif.<br /><br /><br />Langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut; Pertama menentukan tujuan dalam arti merumuskan tujuan dengan jelas sehingga dapat diketahui apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa, dalam kondisi yang bagaimana serta seberapa tingkat keberhasilan yang diharapkan. Pertanyaan inipun tidak mudah dijawab, sebab selain setiap siswa berbeda, juga tiap guru pun mempunyai kemampuan dan kwalifikasi yang berbeda pula. Disamping itu tujuan yang bersifat afektif seperti sikap dan perasaan, lebih sukar untuk diuraikan (dijabarkan) dan diukur. Tujuan yang bersifat kognitif biasanya lebih mudah. Strategi yang dipilih guru untuk aspek ini didasarkan pada perhitungan bahwa strategi tersebut akan dapat membentuk sebagaimana besar siswa untuk mencapai hasil yang optimal.<br /><br /><br />Namun guru tidak boleh berhenti sampai disitu, dengan kemajuan teknologi, guru dapat mengatasi perbedaan kemampuan siswa melalui berbagai jenis media instruksional. Misalnya, sekelompok siswa belajar melalui modul atau kaset audio, sementara guru membimbing kelompok lain yang dianggap masih lemah.<br /><br /><br />Kriteria Pemilihan Strategi Belajar-mengajar, menurut Gerlach dan Ely adalah:<br /><br /> 1. Efisiensi :<br /> Seorang guru biologi akan mengajar insekta (serangga). Tujuan pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan delapan jenis binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi nama, kemudian siswa diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya para siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan Strategi ekspository tersebut memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan. Untuk mencapai tujuan tersebut dengan strategi inquiry mungkin oleh suatu konsep, bukan hanya sekedar menghafal.<br /><br /> Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide kemudian siswa diminta membedakan manakah yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan susunan tubuhnya, dan sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan atau melihat kembali gambar (sketsa) yang ditunjukkan guru kemudian mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa gambar, guru memberi pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang akhirnya siswa dapat membedakan mana yang termasuk serangga dan mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep tentang serangga.<br /><br /> Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk mempelajari konsep atau pnnsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki.<br /><br /> 2. Efektifitas :<br /> Strategi yang paling efisien tidak selalu merupakan strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir tidak tercapai. Bila tujuan tercapai, masih harus dipertanyakan seberapa jauh efektifitasnya. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien. Kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan.<br /><br /> 3. Kriteria lain :<br /> Pertimbangan lain yang cukup penting dalam penentuan strategi maupun metode adalah tingkat keterlibatan siswa. (Ely. P. 186). Strategi inquiry biasanya memberikan tantangan yang lebih intensif dalam hal keterlibatan siswa. Sedangkan pada strategi ekspository siswa cenderung lebih pasif. Biasanya guru tidak secara murni menggunakan ekspository maupun discovery, melainkan campuran. Guru yang kreatif akan melihat tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dimiliki siswa, kemudian memilih strategi yang lain efektif dan efisien untuk mencapainya.untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-54366890432260589992010-08-25T07:39:00.000-07:002010-08-25T07:40:25.603-07:00MAKALAH KONSEP PEMBELAJARAN ELEKTRONIK LEARNINGKONSEP PEMBELAJARAN ELEKTRONIK LEARNING<br /><br /><br />Disusun oleh:<br />Nama : Ojim Suryana<br />Nim : 0601990<br />Berbagai teknologi dan aplikasi tercipta dalam upaya pendukung kegiatan oprasional kehidupan manusia maupun organisasi termasuk kegiatan pembelajaran di sekolah-sekoplah. Berikut beberapa hal tentang media informasi dalam pembelajaran:<br /><br />A. Pengertian Teknologi Informasi dalam Pembelajaran<br />Richard Weiner dalam Websters New Word Dictionary and Communications disebutkan bahwa media informasi adalah pemrosesan, pengolahan dan penyebaran data oleh kombinasi computer dan telekomunikasi. Teknologi informasi (TI) menitik beratkan bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan computer dan telekomunikasi.<br />Apabila TI alat untuk menambah kemampuan orang berkomunikasi, maka TI adalah pengerjaan data oleh computer dan telekomunikasi. Dalam konteks yamg lebih luas, TI merangkum semua aspek yang berhubungan dengan computer dan komunikasi dan teknik yang dugunakan untuk menangkap, menyimpan, memanipulasi, mengantar dan mempersembahkan suatu informasi yang besar. Computer yang mengendalikan semua bentuk ide dan informasi memainkan peran yang sangat penting (Munir, 2004).<br />Akhirnya Elektronik Learning dapat di definisikan upaya menghubungkan pembelajaran (siswa dengan sumber pembelajaran (data base, guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah. Interaktivitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.<br /><br />B. Hakikat Teknologi Informasi<br />TI (teknologi informasi) dapat menjadi pendorong kearah kemajuan bangsa. Salah satu dampak tersebut adalah perkembangan pembangunan di bidang pendidikan. Ini merupakan jembatan menuju bangsa yang maju dimana mereka dapat memiliki alat yang membantu mereka mengembangkan usaha dan menikmati hasilnya secara mudah dan merata. Di era global sekarang ini tidak ada lagi sekat dalam hal akses informasi semua lapisan masyarakat punya kesempatan mengembangkan diri dalam segala hal.<br />Peran dunia pendidikan menjadi pintu utama untuk menyaring, mentransper dan memberikan constraints sehingga nilai tradisional yang positif tidak mudah terkikis.<br />Menurut data terakhir pada tahun 1999 lebih dari 100 juta orang menggunakan internet dan jumlah tersebut masi akan bertambah, seiring dengan bertambahnya kesadaran orang akan perlunya informasi dan semakin banyaknya kemudahan yang bisa didapat dari internet.<br />Situs khusus dalam dunia pendidikan ialah situs Sekolah 2000 yang semula SMU 2000, ini situs pendidikan terbesar tumbuh dari inisiatif APJII (Asosiasi Pengusaha Jaringan Internet Indonesia), mendapat dukungan dari Depdiknas dan Swasta lainnya. Dengan dukungan Depdiknas tersebut Sekolah 2000 membentuk komunitas pendidikan dengan 404 sekolah SLTP, SMUdan AMK Negri atau swasta yang tersebar di 20 propinsi (Sekolah.2000.or.id, Mei, 2001).<br /><br />C. Konsep Pembelajaran melalui Teknologi Informasi<br />Penggunaan internet untuk keperluai pendidikan yang semakin luas terutama di negara maju, merupakan fakta yang menunjukan bahwa dengan media ini dimungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran yang epektif.<br />Pemanfaatan internet sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah itu tidak mudah yang dibayangkan, banyak hal yang harus dipelajari, diperhatikan dan dilakukan sungguh-sungguh dalam menerapkannya. Internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana syarat pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, dijabarkan secara sederhana bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengadakan tugas dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas tersebut (Boettcher, 1999).<br />Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan ilusi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari 3 model dasar dialog komunikasi sebagai berikut (Boettcher, 1999):<br />- Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa.<br />- Dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar.<br />- Dialog/komunikasi di antara siswa.<br />Apabila ketiga aspek tersebut dapat diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, diharapan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal.<br /><br />D. Factor Pendukung Pembelajaran media Teknologi Informasi<br />Dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran dalam seting sekolah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan penanganan yang serius agar dapat berhasil, yaitu:<br />· Faktor lingkungan, meliputi intitusi penyelenggaraan pendidikan dan masyarakat.<br />· Siswa, meliputi usia, latar belakang, budaya, penguasaan bahasa dan gaya belajarnya.<br />· Guru, meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman dan personalitinya.<br />· Factor teknologi, meliputi computer, perangkat lunak, jaringan, koneksi ke internet dan berbagai kemampuan tentang internet.<br /><br />1. Intitusi<br />Intitusi pertama yang dituntut adalah sekolah, sekolah harus menyediakan sejumlah dana untuk penyediaan peralatan (computer dan kelengkapannya, yang menyangkut internet), biaya perawatan alat tersebut, juga sumber daya manusia yang dapat mengajar di sekolah tersebut.<br />Intitusi lain adalah memberi kesadaran terhadap guru ataupun siswa tentang teknologi informasi dan komunikasi terutama tentang internet sebagai media pembelajaran. Terlihat hal yang paling mendasar dalam penerapan internet di sekolah adalah motivasi, kesiapan dan kesanggupan intitusi yang diwujudkan dengan suatu kebijakan yang menyeluruh.<br /><br />2. Masyarakat<br />Lingkungan keluarga adalah paling besar pengaruhnya anak menggunakan internet, maka itu keluarga diharapkan memberikan dorongan kepada anak untuk menggunakan internet terutama dalam pembelajaran karena sangat bermanfaat.<br />Hardijito (2001) dalam penelitiannya terhadap 210 siswa SMU dan SMK DKI Jakarta yang secara rutin mengakses internet, menentukan bahwa siswa yang rajin mengakses internet sebagian besar (55,7%) dating dari keluara yang semua anggotanya (orang tua, kakak, adik) menggunakan internet, dan (5,7%) dari keluarga yang sama sekali tidak mengunakan internet.<br />Selain keluarga, lingkungan paling dekat lainnya yang sangat mempengaruhi siswa menggunakan internet adalah teman sebaya.<br /><br />3. Guru<br />Keberhasilan pembelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik guru yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebahai berikut:<br />· Guru perlu diberikan pemahaman tentang internet keuntungan, kelebihan dan kekurangan dan sebagainya.<br />· Guru harus diberi kesadaran, wawasan, pengetahuan tentang internet.<br />· Guru harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup dalam hal mengajarnya.<br />· Jumlah guru yang dilibatkan dalam pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan dan secara bertahap.<br />· Guru harus mempunyai komitmen dan keseriusan dalam mengajar internet.<br />· Guru tetap mengajar gaya mengajar masing-masing.<br /><br />4. Siswa<br />Dalam hal ini siswa adalah sasaran atau orang yang mendapat bimbingan atau pembelajaran internet, maka itu siswa haru menyadari dan mau untuk belajar internet ini, karena itu pembelajaran ini harus mampu menyerap, mendorong, memfasilitasi, dan membuat siswa mau mempelajarinya.<br />Wedde Smith (1956) menjelaskan bahwa konsumen pada dasarnya berbedsa, sehingga dibutuhkan program-program yang berbeda-beda pula untuk menjangkaunya. Kemudia diperkuat oleh Frederick Winter (1977) yang mengatakan bahwa averageckonsumen untuk kepentingan praktis sudah harus dihapuskan dalam kamus pemasaran (Kasali, 1999).<br /><br />5. Teknologi<br />Dalam pembelajaran internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah computer yang bis mengakses internet, akan lebih baik komputer-komputer tersebut yang tersambung ke internet diletakan diruang yang sesuai, seperti laboratorium computer atau tempat strategis lainya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi guru dan siswa dalam mengaksesnya.untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-85101248663970005182010-08-25T07:38:00.000-07:002010-08-25T07:39:08.147-07:00Makalah PortofolioPortofolio<br /><br /><br />oleh : Asep Wahyudin<br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br />I. Pengertian Portofolio<br />Dalam lapangan pemerintahan portofolio digunakan untuk menyebutkan salah satu jabatan mentri, yakni mentri yang tidak memimpin departemen. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Minister Without Portofolio, artinya adalah mentri yang tidak memimpin departemen alias Menteri Negara. Dalam lapangan pendidikan dan pengajaran, istilah portofolio relatif masih belum banyak dikenal secara luas. Namun sering dengan di berlakukannya KBK, istilah portofolio di bicarakan dan di pelajari.<br />Portofolio sebenarnya dapat di artikan sebagai wujud suatu benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai ajektif. Sebagai suatu benda fisik portofolio itu adalah bundel, yakni kumpulan dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang di simpan pada suatu bundle. Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas-tugas. Catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan meleksanakan tugas testruktur, hasil tes akhir (post-test),dan sebagainya. Sebagai proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Adapun sebagai adjektif portofolio seringkali di sandingkan dengan konsep lain misalnya, dengan konsep pembelajaran dan penilaian.<br />Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu bentuk dari praktik belajar kewarganegaraan, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Praktik belajar ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, model pembelajaran berbasis portofolio dilandasi oleh beberapa landasan pemikiran sebagai berikut, yaitu :<br /><br />1. Empat Pilar Pendidikan<br />a. Learning To Be<br />Artinya diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya.<br />b. Learning To Do<br />Artinya peserta didik harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya.<br />c. Learning To Know<br />Artinya mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya.<br />d. Learning To Live Together<br />Artinya membentuk kepribadian untuk memahamikemajuan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.<br /><br />2. Pandangan Konstruktivisme<br />Pandangan ini menganggap semua peserta didik mulai dari usia taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa atau gejala lingkungan di sekitarnya, meskipun gagasan atau pengetahuan ini seringkali naïf dan miskonsepsi.<br /><br />3. Democratic Teaching<br />Ada adigum yang mengatakan bahwa “Demokrasi dalam suatu Negara akan tumbuh subur apabila di jaga oleh warga Negara yang memiliki kehidupan demokratis “. Oleh karena itu, sekolah sebagai sebuah institusi penting, perlu menciptakan kehidupan yang demokratis. Democratic teaching adalah suatu bentuk upaya menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis.<br /><br />II. Prinsif Dasar<br />1. Prinsif Belajar Siswa Aktif<br />Proses pembelajaran dengan menggunakan MPBP (Model Pembelajaran Berbasis Portofolio) berpusat pada siswa. Dengan demikian model ini menganut prinsif belajar siswa aktif, kreatifitas siswa hampir diselurh proses pembelajaran dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan lapangan dan pelaporan. Dalam fase perencanaan aktifitas siswa terlihat pada saat aktifitas siswa terlihat pada saat mengidentifikasi masalah dengan menggunakan teknik bursa ide (brain storming). Setiap siswa boleh menyampaikan masalah yang menarik baginya, disamping tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul, siswa melakukan voting untuk memilih satu masalah untuk kajian kelas.<br /><br />2. Kelompok Belajar Kooperatif<br />Proses pembelajaran dengan menggunakan MPBP (Model Pembelajaran Berbasis Portofolio) juga menerapkan prinsif belajar kooperatif, yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerja sama. Yaitu kerja sama antar siswa dan antar komponen. Komponen lain disekolah, termasuk kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerjasama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih untuk bahan kajian bersama. Semua pekerjaan di susun orang-orangnya ditentukan siapa dan mengerjakan apa, merupakan satu bentuk kerja sama itu.<br /><br />3. Pembelajaran Partisipatorik<br />Model ini mengandung partisipatorik, sebab melalui model belajar ini sambil melakoni (learning by doing).<br /><br />4. Reactive Teaching<br />Untuk menerapkan MPBP guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang seperti itu akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata. Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran selalu menarik, tidak membosankan, guru harus punya sensitifitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah suatu kegiatan pembelajaran sedang membosankan siswa. Jika hal ini terjadi guru harus segera mencari cara untuk menanggulanginya, inilah tipe guru yang kreatif itu :<br />a. Menjadikan siswa siswa sebagai pusat belajar.<br />b. Pembelajaran dimulai dengan hala-hal yang sudah dipahami dan diketahui siswa<br />c. Selalu berupaya memotivasi siswa dengan menmbuat materi pelajaran sebagai suatu pelajaran yang menarik dan beguna.<br />d. Segera mengenali materi pelajaran yang membuat siswa boasan bila hal ini ditemui, ia segera menanggulanginya.<br /><br />III. Langkah-langah Pembelajaran<br />A. Mengidentifikasi Masalah<br />Salah satu ciri warga negara yang baik adalah peka terhadap masalah-masalah yang terjadi dilingkungannya, mulai dari lingkungan terdekat misalnya di keluarga, hingga lingkungan terjauh.<br />- Kegiatan Kelompok Kecil.<br />Untuk mengerjakan kegiatan ini seluruh siswa hendaknya membaca dan mendiskusikan masalah-masalah di masyarakat, misalnya:<br />· Masalah-masalah di keluarga<br />· Masalah-masalah di sekolah<br />· Masalah-masalah yang berkaitan dengan anak usia pubertas<br />· Masalah-masalah yang menyangkut standar masyarakat<br />· Masalah-masalah yang menyangkut kebebasan dasar<br />· Masalah-masalah dengan lingkungan<br />· Masalah-masalah yang menyangkut rendahnya tingkat disiplin<br />· Masalah-masalah berskala internasional<br /><br />B. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas<br />1. Membuat daftar masalah<br />2. Melakukan pemungutan suara (voting)<br />C. Mengumpulkan Informasi Tentang Masalah yang Akan Dikaji oleh Kelas<br />1. Kegiatan Kelas : Mengidentifikasi sumber-sumber informasi contoh-contoh sumber informasi :<br />a. Perpustakaan<br />b. Kantor penerbit surat kabar<br />c. Biro klipping<br />d. Pakar diperguruan tinggi<br />e. Pakar hokum dan hakim<br />f. Kepolisian<br />g. Kantor legislative<br />h. Kantor pemerintah daerah<br />i. Organisasi kemasyarakatan dan kelompok kepentingan<br />j. Jaringan informasi elektronik<br />2. Tugas Pekerjaan Rumah<br />a. Mengunjungi sumber informasi<br />b. Menghubungi sumber informasi melalui telepon<br />c. Membuat janji untuk mengadakan wawancara<br />d. Memohon informasi melalui surat<br /><br />D. Mengembangkan Portofolio Kelas<br />1. Spesifikasi Portofolio<br />a. Portofolio seksi penayangan<br />b. Portofolio seksi dokumentasi<br />2. Kelompok portofolio<br />Berikut ini adalah tugas-tugas setiap kelompok portofolio<br />1. Kelompok portofolio satu : menjelaskan masalah<br />2. Kelompok portofolio dua : mengkaji kebijakan alternative untuk mengatasi masalah<br />3. Kelompok portofolio tiga : mengusulkan kebijakan public untuk mengatasi masalah<br />4. Kelompok portofolio empat : membuat rencana tindakan<br />E. Penyajian Portofolio (Show Case)<br />1. Tujuan Show Case<br />Ada empat tujuan pokok dari kegiatan show case ini, yaitu sebagai berikut :<br />a. Untuk menginformasikan kepada hadirin teentang pentingnya masalah yang diidentifikasi dimasyarakat.<br />b. Untuk menjelaskan dan mengevaluasi kebikajakn alternative untuk mengatasai masalah sehingga hadirin dapat memahami keuntungan dan kerugian dari setiap kebijakan tersebut.<br />c. Untuk mendiskusikan kebijakan yang dipilih kelas sebagai kebijakan terbaik untuk mengatasi masalah.<br />d. Untuk meembuktikan bagaimana kelas dapat menumbuhkan dukungan dalam masyarakat, lembaga legislative dan eksekutif yang terkait dengan penyusunan kebijakan publik.<br />2. Persiapan<br />3. Pembukaan<br />4. Penyajian lisan kelompok portofolio satu<br />5. Tanya jawab kelompok portofolio satu<br />6. penyajian lisan kelompok portofolio dua<br />7. Tanya jawab kelompok portofolio dua<br />8. Selingan<br />9. Penyajian lisan kelompok portofolio tiga<br />10. Tanya jawab kelompok portofolio tiga<br />11. Penyajian lisan kelompok portofolio empat<br />12. Tanya jawab kelompok portofolio empat<br />13. Tanggapan hadirin<br />14. Pengumuman dewan juri<br /><br />F. Kriteria dan Format Penilaian<br />1. Kriteria portofolio<br />a. Kelengkapan<br />b. Kejelasan<br />c. Informasi<br />d. Dukungan<br />e. Data grafis<br />f. Dokumentasi<br />g. Argumen kekonstitusionalan<br />Di samping untuk tiap kelompok, portofolio keseluruhan pun hendaknya memenuhi sejumlah kriteria tertentu. Adapun criteria yang dimaksud adalah sebagai berikut :<br />1. Persuasive<br />2. Kegunaan<br />3. Koordinasi<br />4. Refleksi<br /><br />2. Criteria Penyajian Lisan<br />1. Signifikasi<br />2. Pemahaman<br />3. Argumentasi<br />4. Responsive<br />5. Kerja sama kelompok<br />3. Format penilaian<br /><br />G. Refleksi Pengalaman Belajar<br />1. Pengertian<br />Sering kali kegiatan belajar itu memberikan begitu banyak pengalaman baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak. Maka dalam kegiatan refleksi ini, siswa diajak untuk melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana mereka telah belajar. Setelah para siswa melakukan refleksi pengalaman belajarnya, hendaknya diperoleh kesimpulan bahwa betapa pentingnya mereka terus mengembangkan keterampilan-keterampilan untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan public. Para siswa akan menggunakan keterampilan-keterampilan ini di masa yang akan datang, apabila kelak mereka sudah dewasa dn berperan sebagai warga Negara yang proaktif.<br />2. Panduan untuk Melakukan Refleksi Pengalaman Belajar<br /><br />H. Panduan Untuk Menyelengarakan Kompetisi<br />1. Format kompetisi<br />2. Persiapan-persiapan<br />· Portofolio<br />· Penyajian lisan<br />· Pengaatur waktu<br />· Memilih juri<br />· Bahan-bahan<br />· Penilaian<br /><br />BAB III<br />KESIMPULAN DAN SARAN<br /><br />A. Kesimpulan<br />Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan bentuk perubahan pola pikir tersebut, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Ada empat pilar pendidikan, yaitu :<br />a. Learning to be<br />b. Learning to do<br />c. Learning to know<br />d. Learning live together<br /><br />B. Saran<br />Dengan pembahasan ini, mudah-mudahan menyadarkan kita semua agar dapat menjadi seorang guru yang kreatif, professional.untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-88454444130781386502010-08-25T07:36:00.000-07:002010-08-25T07:37:18.227-07:00MAKALAH MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)<br /><br /><br />MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)<br /><br />ditulis Oleh : M Ihsan Dacholfany M.Ed Dan Evi Yuzana SKM<br /><br /><br />DAFTAR ISI<br />hal<br />Pendahuluan ………………………….. 1<br />Batasan Masalah ………………………….. 1<br />Pengertian Manajemen Sekolah ………………………….. 2<br />Manajemen berbasis sekolah ………………………….. 3<br />Manfaat manajemen berbasis sekolah …………………………. 6<br />Pengaruh penerapan MBS terhadap kewenangan ………………………….<br />pemerintah pusat (Depdiknas), dinas pendidikan …………………………<br />daerah, dan dewan Manajemen sekolah ……………………….. 7<br />Syarat Penerapan manajemen berbasis sekolah ……………………….. 10<br />Hambatan Dalam Penerapan MBS ……………………….. 11<br />Manajemen Berbasis se kolah Yang berhubungan ………………………..<br />Prestasi Belajar Murid ……………………….. 13<br />Bagaimana Agar MBS Meningkatkan Prestasi Belajar ……………………….. 17<br />Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui ………………………..<br />Penerapan MBS ……………………….. 21<br />Kesimpulan ……………………….. 22<br /><br />Daftar Pustaka …………………. 23<br /><br />BAB I<br /><br />Pendahuluan<br /><br />Latar Belakang<br /><br />Sekolah adalah salah satu dari Tripusat pendidikan yang dituntut untuk mampu menjadikan output yang unggul, mengutip pendapat Gorton tentang sekolah ia mengemukakan, bahwa sekolah adalah suatu sistem organisasi, di mana terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan instruksional.<br /><br />Desain organisasi sekolah adalah di dalamnya terdapat tim administrasi sekolah yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan oranisasi.<br /><br />MBS terlahir dengan beberapa nama yang berbeda, yaitu tata kelola berbasis sekolah (school-based governance), manajemen mandiri sekolah (school self-manegement), dan bahkan juga dikenal dengan school site management atau manajemen yang bermarkas di sekolah.<br /><br />Istilah-istilah tersebut memang mempunyai pengertian dengan penekanan yang sedikit berbeda. Namun, nama-nama tersebut memiliki roh yang sama, yakni sekolah diharapkan dapat menjadi lebih otonom dalam pelaksanaan manajemen sekolahnya, khususnya dalam penggunakaan 3M-nya, yakni man, money, dan material.<br /><br />Penyerahan otonomi dalam pengelolaan sekolah ini diberikan tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, maka Direktorat Pembinaan SMP menamakan MBS sebagai Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).<br />Tujuan utama adalah untuk mengembangkan rosedur kebijakan sekolah, memecahkan masalah-masalah umum, memanfaatkan semua potensi individu yang tergabung dalam tim tersebut. Sehingga sekolah selain dapat mencetak orang yang cerdas serta emosional tinggi, juga dapat mempersiapkan tenaga-tenaga pembangunan.<br />Oleh karena itu perlu diketahui pandangan filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan kita. sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, ia bukan merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat, hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat, sekolah adlah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota2 masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan masyarkat saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan, Masyarakat adalah pemilik sekolah, sekolah ada karena masyarakat memerlukannya.<br />Batasan masalah :<br />1. Apa itu Manajemen Sekolah<br />2. Apa yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah (MBS)<br />3. Apa manfaat manajemen berbasis sekolah (MBS)<br />4. Apa Pengaruh penerapan MBS terhadap kewenangan pemerintah pusat (Depdiknas), dinas pendidikan daerah, dan dewan sekolah?<br />5. Apa Syarat Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS)<br />6. Apa karakteristik manajemen berbasis sekolah (MBS)<br />7. Manajemen berbasis sekolah (MBS) sebagai proses Pemberdayaan<br />1. Pengertian Manajemen Sekolah<br />Istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi ( administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.<br />Dalam makalah ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal.<br />Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama, yaitu:<br />1. merencanakan (planning),<br />2. mengorganisasikan (organizing),<br />3. mengarahkan (directing),<br />4. mengkoordinasikan (coordinating),<br />5. mengawasi (controlling), dan<br />6. mengevaluasi (evaluation).<br />Menurut Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manjemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sitemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.<br />2. Manajemen berbasis sekolah<br />Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan pendekatan “baru” dalam manajemen sekolah yang diacu sebagai manajemen berbasis sekolah (school based management) atau disingkat MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat, pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Pada 1988 American Association of School Administrators, National Association of Elementary School Principals, and National Association of Secondary School Principals, menerbitkan dokumen berjudul school based management, a strategy for better learning. Munculnya gagasan ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola pendidikan pada level operasional atas keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri.<br />Umumnya dipandang bahwa para kepala sekolah merasa tak berdaya karena terperangkap dalam ketergantungan berlebihan terhadap konteks pendidikan. Akibatnya, peran utama mereka sebagai pemimpin pendidikan semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi.<br /><br />Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatan ini muncul belakangan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam pengoperasian sekolah. Selama ini, sekolah hanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah pusat untuk menyelenggarakan urusan politik pendidikan. Para pengelola sekolah sama sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk mengoperasikan sekolahnya secara mandiri. Semua kebijakan tentang penyelenggaran pendidikan di sekolah umumnya diadakan di tingkat pemerintah pusat atau sebagian di instansi vertikal dan sekolah hanya menerima apa adanya.<br /><br />Apa saja muatan kurikulum pendidikan di sekolah adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru harus melaksanakannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya. Anggaran pendidikan mengalir dari pusat ke daerah menelusuri saluran birokrasi dengan begitu banyak simpul yang masing-masing menginginkan bagian. Tidak heran jika nilai akhir yang diterima di tingkat paling operasional telah menyusut lebih dari separuhnya.<br /><br />Kita khawatir, jangan-jangan selama ini lebih dari separuh dana pendidikan sebenarnya dipakai untuk hal-hal yang sama sekali tidak atau kurang berurusan dengan proses pembelajaran di level yang paling operasional, sekolah.<br /><br />MBS adalah upaya serius yang rumit, yang memunculkan berbagai isyu kebijakan dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan serta tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang diambil. Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS, manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid.<br />Manajemen berbasis sekolah dapat bermakna adalah desentralisasi yang sistematis pada otoritas dan tanggung jawab tingkat sekolah untuk membuat keputusan atas masalah signifikan terkait penyelenggaraan sekolah dalam kerangka kerja yang ditetapkan oleh pusat terkait tujuan, kebijakan, kurikulum, standar, dan akuntabilitas. Tampaknya pemerintah dari setiap negara ingin melihat adanya transformasi sekolah. Transformasi diperoleh ketika perubahan yang signifikan, sistematik, dan berlanjut terjadi, mengakibatkan hasil belajar siswa yang meningkat di segala keadaan (setting), dengan demikian memberikan kontribusi pada kesejahteraan ekonomi dan sosial suatu negara. Manajemen berbasis sekolah selalu diusulkan sebagai satu strategi untuk mencapai transformasi sekolah.<br /><br />Manajemen berbasis sekolah telah dilembagakan di tempat-tempat seperti Inggris, dimana lebih dari 25.000 sekolah telah mempraktikkannya lebih dari satu dekade. Atau seperti Selandia Baru atau Victoria, Australia atau di beberapa sistem sekolah yang besar) di Kanada dan Amerika Serikat, dimana terdapat pengalaman sejenis selama lebih dari satu dekade. Praktik manajemen berbasis sekolah di tempat-tempat ini tampaknya tidak dapat dilacak mundur. Satu indikasi skala dan lingkup minat terhadap manajemen berbasis sekolah diagendakan pada Pertemuan Menteri-menteri Pendidikan dari Negara APEC di Chili pada April 2004. APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) merupakan satu jejaring 21 negara yang mengandung sepertiga dari populasi dunia. Tema dari pertemuan adalah “mutu dalam pendidikan” dan tata kelola merupakan satu dari empat sub tema. Perhatian khusus diarahkan pada desentralisasi. Para menteri sangat menyarankan (endorse) manajemen berbasis sekolah sebagai satu strategi dalam reformasi pendidikan, tatapi juga menyetujui aspek-aspek sentralisasi, seperti kerangka kerja bagi akuntabilitas. Mereka mengakui bahwa pengaturannya akan bervariasi di masing-masing negara, yang merefleksikan keunikan tiap-tiap setting.<br />Manajemen berbasis sekolah memiliki banyak bayangan makna. Ia telah diimplementasikan dengan cara yang berbeda dan untuk tujuan berbeda dan pada laju yang berbeda di tempat yang berbeda. Bahkan konsep yang lebih mendasar dari “sekolah” dan “manajemen” adalah berbeda, seperti berbedanya budaya dan nilai yang melandasi upaya-upaya pembuat kebijakan dan praktisi. Akan tetapi, alasan yang sama di seluruh tempat dimana manajemen berbasis sekolah diimplementasikan adalah bahwa adanya peningkatan otoritas dan tanggung jawab di tingkat sekolah, tetapi masih dalam kerangka kerja yang ditetapkan di pusat untuk memastikan bahwa satu makna sistem terpelihara.<br />Satu implikasi penting adalah bahwa para pemimpin sekolah harus memiliki kapasitas membuat keputusan terhadap hal-hal signifikan terkait operasi sekolah dan mengakui dan mengambil unsur-unsur yang ditetapkan dalam kerangka kerja pusat yang berlaku di seluruh sekolah<br />3. Manfaat manajemen berbasis sekolah (MBS<br /><br />MBS dipandang sebagai alternatif dari pola umum pengoperasian sekolah yang selama ini memusatkan wewenang di kantor pusat dan daerah. MBS adalah strategi untuk meningkatkan pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan penting dari pusat dan dearah ke tingkat sekolah. Dengan demikian, MBS pada dasarnya merupakan sistem manajemen di mana sekolah merupakan unit pengambilan keputusan penting tentang penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. MBS memberikan kesempatan pengendalian lebih besar bagi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua atas proses pendidikan di sekolah mereka.<br />Dalam pendekatan ini, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu mengenai anggaran, kepegawaian, dan kurikulum ditempatkan di tingkat sekolah dan bukan di tingkat daerah, apalagi pusat. Melalui keterlibatan guru, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya dalam keputusan-keputusan penting itu, MBS dipandang dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi para murid. Dengan demikian, pada dasarnya MBS adalah upaya memandirikan sekolah dengan memberdayakannya.<br />Para pendukung MBS berpendapat bahwa prestasi belajar murid lebih mungkin meningkat jika manajemen pendidikan dipusatkan di sekolah ketimbang pada tingkat daerah. Para kepala sekolah cenderung lebih peka dan sangat mengetahui kebutuhan murid dan sekolahnya ketimbang para birokrat di tingkat pusat atau daerah. Lebih lanjut dinyatakan bahwa reformasi pendidikan yang bagus sekalipun tidak akan berhasil jika para guru yang harus menerapkannya tidak berperanserta merencanakannya.<br />Para pendukung MBS menyatakan bahwa pendekatan ini memiliki lebih banyak maslahatnya ketimbang pengambilan keputusan yang terpusat. Maslahat itu antara lain menciptakan sumber kepemimpinan baru, lebih demokratis dan terbuka, serta menciptakan keseimbangan yang pas antara anggaran yang tersedia dan prioritas program pembelajaran. Pengambilan keputusan yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan meningkatkan motivasi dan komunikasi (dua variabel penting bagi kinerja guru) dan pada gilirannya meningkatkan prestasi belajar murid. MBS bahkan dipandang sebagai salah satu cara untuk menarik dan mempertahankan guru dan staf yang berkualitas tinggi.<br /><br />Penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat spesifik dari penerapan MBS sebagai berikut :<br />1. Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran.<br />2. Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penting.<br />3. Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran.<br />4. Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di setiap sekolah.<br />5. Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-program sekolah.<br />6. Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua level.<br /><br />4. Pengaruh penerapan MBS terhadap kewenangan pemerintah pusat<br />(Depdiknas), dinas pendidikan daerah, dan dewan Manajemen sekolah?<br /><br />Penerapan MBS dalam sistem yang pemerintahan yang masih cenderung terpusat tentulah akan banyak pengaruhnya. Perlu diingatkan bahwa penerapan MBS akan sangat sulit jika para pejabat pusat dan daerah masih bertahan untuk menggenggam sendiri kewenangan yang seharusnya didelegasikan ke sekolah. Bagi para pejabat yang haus kekuasaan seperti itu, MBS adalah ancaman besar.<br /><br />MBS menyebabkan pejabat pusat dan kepala dinas serta seluruh jajarannya lebih banyak berperan sebagai fasilitator pengambilan keputusan di tingkat sekolah. Pemerintah pusat, dalam rangka pemeliharaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tentu saja masih menjalankan politik pendidikan secara nasional. Pemerintah pusat menetapkan standar nasional pendidikan yang antara lain mencakup standar kompetensi, standar fasilitas dan peralatan sekolah, standar kepegawaian, standar kualifikasi guru, dan sebagainya. Penerapan standar disesuaikan dengan keadaan daerah. Standar ini kemudian dioperasionalkan oleh pemerintah daerah (dinas pendidikan) dengan melibatkan sekolah-sekolah di daerahnya. Namun, pemerintah pusat dan daerah harus lebih rela untuk memberi kesempatan bagi setiap sekolah yang telah siap untuk menerapkannya secara kreatif dan inovatif. Jika tidak, sekolah akan tetap tidak berdaya dan guru akan terpasung kreativitasnya untuk berinovasi. Pemerintah harus mampu memberikan bantuan jika sekolah tertentu mengalami kesulitan menerjemahkan visi pendidikan yang ditetapkan daerah menjadi program-program pendidikan yang berkualitas tinggi. Pemerintah daerah juga masih bertanggung jawab untuk menilai sekolah berdasarkan standar yang telah ditetapkan.<br />Kita belum memiliki pengalaman dengan dewan sekolah, ada rencana untuk mengadakan dewan pendididikan pada tingkat nasional, dewan pendidikan pada tingkat daerah, dan dewan sekolah di setiap sekolah. Di Amerika Serikat, dewan sekolah (di tingkat distrik) berfungsi untuk menyusun visi yang jelas dan menetapkan kebijakan umum pendidikan bagi distrik yang bersangkutan dan semua sekolah di dalamnya. MBS di Amerika Serikat tidak mengubah pengaturan sistem sekolah, dan dewan sekolah masih memiliki kewenangan dengan berbagi kewenangan itu. Namun, peran dewan sekolah tidak banyak berubah.<br /><br />Dalam rangka penerapan MBS di Indonesia, kantor dinas pendidikan kemungkinan besar akan terus berwenang merekrut pegawai potensial, menyeleksi pelamar pekerjaan, dan memelihara informasi tentang pelamar yang cakap bagi keperluan pengadaan pegawai di sekolah. Kantor dinas pendidikan juga sedikit banyaknya masih menetapkan tujuan dan sasaran kurikulum serta hasil yang diharapkan berdasarkan standar nasional yang ditetapkan pemerintah pusat, sedangkan sekolah menentukan sendiri cara mencapai tujuan itu. Sebagian daerah boleh jadi akan memberi kewenangan bagi sekolah untuk memilih sendiri bahan pelajaran (buku misalnya), sementara sebagian yang lain mungkin akan masih menetapkan sendiri buku pelajaran yang akan dipakai dan yang akan digunakan seragam di semua sekolah.<br /><br />Di Amerika Serikat, kebanyakan sekolah memiliki apa yang disebut dewan manajemen sekolah (school management council). Dewan ini beranggotakan kepala sekolah, wakil orang tua, wakil guru, dan di beberapa tempat juga anggota masyarakat lainnya, staf administrasi, dan wakil murid. Dewan ini melakukan analisis kebutuhan dan menyusun rencana tindakan yang memuat tujuan dan sasaran terukur yang sejalan dengan kebijakan dewan sekolah di tingkat distrik.<br /><br />Di beberapa distrik, dewan manajemen sekolah mengambil semua keputusan pada tingkat sekolah. Di sebagian distrik yang lain, dewan ini memberi pendapat kepada kepala sekolah, yang kemudian memutuskannya. Kepala sekolah memainkan peran yang besar dalam proses pengambilan keputusan, apakah sebagai bagian dari sebuah tim atau sebagai pengambil keputusan akhir.<br /><br />Dalam hampir semua model MBS, setiap sekolah memperoleh anggaran pendidikan dalam jumlah tertentu yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Pemerintah daerah menentukan jumlah yang masuk akal anggaran total yang diperlukan untuk pelaksanaan supervisi pendidikan di daerahnya, seperti biaya administrasi dan transportasi dinas, dan mengalokasikan selebihnya ke setiap sekolah. Alokasi ke setiap sekolah ini ditentukan berdasarkan formula yang memperhitungkan jumlah dan jenis murid di setiap sekolah.<br /><br />Setiap sekolah menentukan sendiri pengeluaran anggaran yang dialokasikan kepada mereka untuk pembayaran gaji pegawai, peralatan, pasok, dan pemeliharaan. Kemungkinan variasi penggunaan anggaran dalam setiap daerah dapat terjadi dan tidak perlu disesalkan, karena seragam belum tentu bagus. Misalnya, di sebagian daerah, sisa anggaran dapat ditambahkan ke anggaran tahun berikutnya atau dialihkan ke program yang memerlukan dana lebih besar. Dengan cara ini, didorong adanya perencanaan jangka panjang dan efisiensi.<br /><br />5. Syarat Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS)<br />Sejak awal, pemerintah (pusat dan daerah) haruslah suportif atas gagasan MBS. Mereka harus mempercayai kepala sekolah dan dewan sekolah untuk menentukan cara mencapai sasaran pendidikan di masing-masing sekolah. Penting artinya memiliki kesepakatan tertulis yang memuat secara rinci peran dan tanggung jawab dewan pendidikan daerah, dinas pendidikan daerah, kepala sekolah, dan dewan sekolah. Kesepakatan itu harus dengan jelas menyatakan standar yang akan dipakai sebagai dasar penilaian akuntabilitas sekolah. Setiap sekolah perlu menyusun laporan kinerja tahunan yang mencakup “seberapa baik kinerja sekolah dalam upayanya mencapai tujuan dan sasaran, bagaimana sekolah menggunakan sumber dayanya, dan apa rencana selanjutnya.”<br /><br />Perlu diadakan pelatihan dalam bidang-bidang seperti dinamika kelompok, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, penanganan konflik, teknik presentasi, manajemen stress, serta komunikasi antarpribadi dalam kelompok. Pelatihan ini ditujukan bagi semua pihak yang terlibat di sekolah dan anggota masyarakat, khususnya pada tahap awal penerapan MBS. Untuk memenuhi tantangan pekerjaan, kepala sekolah kemungkinan besar memerlukan tambahan pelatihan kepemimpinan.<br /><br />Dengan kata lain, penerapan MBS mensyaratkan yang berikut.<br />1. MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.<br />2. MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap.<br />Kemungkinan diperlukan lima tahun atau lebih untuk menerapkan MBS secara berhasil.<br />3. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru.<br />4. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur.<br />5. Pemerintah pusat dan daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para guru dan orang tua murid.<br /><br />6. Hambatan Dalam Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS)<br />Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut :<br />1) Tidak Berminat Untuk Terlibat<br />Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu.<br />2). Tidak Efisien<br />Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain di luar itu.<br />3). Pikiran Kelompok<br />Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.<br />4) Memerlukan Pelatihan<br />Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.<br />5) Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru<br />Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan.<br />6). Kesulitan Koordinasi<br />Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.<br /><br />Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur penting adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan tanggung jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, semua yang terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi.<br />Anggota masyarakat sekolah harus menyadari bahwa adakalanya harapan yang dibebankan kepada sekolah terlalu tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain menunjukkan bahwa daerah yang paling berhasil menerapkan MBS telah memfokuskan harapan mereka pada dua maslahat: meningkatkan keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan lebih baik.<br /><br />7. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang berhubungan Prestasi Belajar Murid<br />MBS merupakan salah satu gagasan yang diterapkan untuk meningkatkan pendidikan umum. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran murid. Dengan demikian, ia bukan sekadar cara demokratis melibatkan lebih banyak pihak dalam pengambilan keputusan. Keterlibatan itu tidak berarti banyak jika keputusan yang diambil tidak membuahkan hasil lebih baik.<br />Kita belum memiliki pengalaman untuk mengaitkan penerapan MBS dengan prestasi belajar murid. Di Amerika Serikat (David Peterson, ERIC_Digests, 2002) upaya mengaitkan MBS dengan prestasi belajar murid masih problematis. Belum banyak penelitian kuantitatif yang telah dilakukan dalam topik ini. Selain itu, masih diragukan apakah benar penerapan MBS berkaitan dengan prestasi murid. Boleh jadi masih banyak faktor lain yang mungkin mempengaruhi prestasi itu setelah diterapkannya MBS. Masalah penelitian ini makin diperparah dengan tiadanya definisi standar mengenai MBS. Studi yang dilakukan tidak selamanya mengindikasikan sejauhmana sekolah telah mendistribusikan kembali wewenangnya.<br /><br />Salah satu studi yang dilakukan yang menelaah ratusan dokumen justru menunjukkan bahwa dalam banyak contoh, MBS tidak mencapai tujuan yang ditetapkan. Studi itu menunjukkan bahwa peningkatan prestasi murid tampaknya hanya terjadi di sejumlah sekolah yang dijadikan pilot studi dan dalam jangka waktu tidak lama pula.<br /><br />Hasil MBS di daerah perkotaan masih belum jelas benar. Di sekolah di daerah pingiran kota Maryland menunjukkan adanya peningkatan prestasi murid dalam skor tes terutama di kalangan orang Amerika keturunan Afrika, setelah menerapkan lima langkah rencana reformasi, termasuk MBS. Namun, di tempat lain, seperti Dade County, Florida, setelah menerapkan MBS selama tiga tahun, prestasi murid di sekolah-sekolah dalam kota justru menurun.<br /><br />Meskipun peningkatan skor tes mungkin dapat dipakai sebagai indikasi langsung kemampuan MBS meningkatkan prestasi belajar murid, cukup banyak pula bukti tidak langsung. Misalnya, sudi kasus yang dilakukan terhadap dua distrik sekolah di Kanada menunjukkan bahwa pengambilan keputusan yang didesentralisasikan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih efektif. Salah seorang guru memutuskan untuk mengurangi penggunaan mesin fotokopi agar dapat mempekerjakan staf tambahan. Tinjauan tahunan sekolah menunjukkan bahwa kepuasan murid sekolah menengah pertama dan lanjutan meningkat terhadap banyak hal setelah diadakannya pembaruan. Para murid menunjukkan adanya peningkatan dalam bidang-bidang penting seperti kegunaan dan efektivitas mata pelajaran dan penekanan sekolah atas sejumlah kecakapan dasar.<br />Pengambilan keputusan bersama telah meningkatkan kejelasan guru tentang tujuan pengajaran serta metode yang pada gilirannya meningkatkan efektivitas pengajaran. MBS dipandang meningkatkan kepuasan kerja guru, khususnya ketika para guru memainkan peranan yang lebih menentukan ketimbang sekadar memberikan saran. Di Dade County, Florida, studi yang dilakukan menunjukkan bahwa tiga tahun penerapan MBS memberi kontribusi pada terciptanya lingkungan yang lebih nyaman dan lebih sedikit murid yang bermasalah.<br /><br />Namun, survei yang dilakukan di Chicago menunjukkan bahwa MBS tidak selamanya popular di kalangan guru. Tiga perempat dari seratus orang guru yang disurvei menyatakan bahwa reformasi desentralisasi sekolah di Chicago telah gagal meningkatkan prestasi belajar murid, dan bahkan lebih banyak lagi responden yang menyangkal bahwa perubahan itu telah meningkatkan motivasi guru.<br /><br />Studi-studi terkini (Caldwell & Hayward, 1998; Caldwell & Spinks, 1998; Fullan & Watson, 2000; Ouchi & Segal, 2003; Volansky & Friedman, 2003) telah menggarisbawahi pentingnya pembuatan keputusan setempat yang sejak awal tertuju pada belajar dan mengajar dan dukungan terhadap belajar dan mengajar, terutama dalam membangun kapasitas staf untuk mendesain dan menyampaikan kurikulum dan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan siswa, dengan memperhatikan prioritas kebutuhan setempat, termasuk kemampuan mengidentifikasi kebutuhan dan memonitori keluaran. Juga terlihat pentingnya membangun kapasitas masyarakat untuk mendukung upaya sekolah. Dengan kata lain, penerapakn manajemen berbasis sekolah mungkin tidak berdampak pada belajar kecuali aturan-aturan ini, yang secara umum disebut peningkatan kapasitas dan pemanfaatan kapasitas, telah berhasil.<br /><br />Di tingkat makro, studi internasional tentang prestasi siswa seperti TIMSS dan TIMSS-R dan PISA dan PISA telah mengkonfirmasi pentingnya keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi, dengan manajemen berbasis sekolah relatif lebih tinggi sebagai satu unsur desentralisasi, termasuk pembuatan keputusan lokal menyangkut masalah personel, profesionalisme, monitoring keluaran, dan membangun dukungan masyarakat.<br /><br />Hal-hal di atas mencerminkan pentingnya modal intelektual dan modal sosial dalam membangun satu sistem sekolah yang mengelola diri sendiri. (self-managing school). Membangun modal intelektual merupakan contoh pengembangan kapasitas, yang dibahas lebih rinci pada proposisi 11. Modal sosial merujuk pada membangun hubungan yang saling mendukung di antara sekolah, rumah, masyarakat, lembaga keagamaan, dunia usaha dan industri, dan lembaga lain di sektor publik dan swasta.<br /><br />Pengalaman menunjukkan bahwa, batapapun kuatnya kehendak strategis, diperluan waktu betahun-tahun agar pergeseran dalam keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi memungkinkan desentralisasi berdampak pada keluaran. Ini merupakan pengesahan satu legislasi untuk pergeseran kewenangan, otoritas, tanggung jawab, dan pengaruh dari satu tingkat ke tingkat lain pergeseran itu merupakan perubahan dalam struktur. Pergeseran lain adalah membangun kapasitas agar diperoleh dampak yang diharapkan dari belajar dan mengubah kultur di semua tingkat.<br /><br />Satu implikasi penting adalah, pemimpin sekolah harus memastikan bahwa dia dan koleganya memperbarui pengetahuan tentang praktik yang baik dalam peningkatan sekolah, dan bahwa membangun modal sosial dan intelektual merupakan inti pekerjaan pemimpin senior di sekolah<br /><br />Dalam praktik penerapannya di Amerika Serikat ada indikasi bahwa banyak kelemahan MBS dikarenakan penerapannya yang tidak komprehensif; artinya MBS diterapkan sepotong-sepotong. Para anggota dewan sekolah biasanya dikendalikan oleh kepala sekolah, sedangkan pihak-pihak lain tidak banyak berperan. Pola lama di mana administrator pendidikan menetapkan kebijakan, guru mengajar, dan orang tua mendukung tampaknya masih dipertahankan. Pola yang tertanam kuat ini sukar ditanggulangi. Apabila para anggota dewan tidak disiapkan dengan baik, mereka seringkali sangat bingung dan cemas untuk mengemban tanggung jawabnya yang baru.<br /><br />Ada juga Tim MBS hanya berkonsentrasi pada hal-hal di luar kegiatan pembelajaran. Pengamatan penerapan MBS menunjukkan bahwa dewan sekolah cenderung memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan-kegiatan seperti penghargaan dan pendisiplinan murid ketimbang pada pengajaran dan kurikulum. Selain itu, ada pula indikasi bahwa MBS membuat kepala sekolah menjadi lebih berminat dengan hal-hal teknis administratif dengan mengorbankan aspek pembelajaran. Dengan kata lain, peran kepemimpinan pendidikannya diabaikan.<br /><br />Namun, kekurangpedulian terhadap proses pembelajaran di dalam kelas bukanlah penyakit bawaan MBS. Tim MBS tidak dapat dipersalahkan karena tidak berhasil mendongkrak skor tes murid jika mereka tidak mendapat kewenangan untuk melakukan hal itu. Misalnya, pengamatan di Chicago menunjukkan bahwa wewenang pendidikan sebagian besar telah didelegasikan kepada orang tua dan anggota masyarakat lainnya. Selain itu, tidaklah fair untuk mengharapkan adanya dampak atas suatu reformasi pendidikan di daerah pinggiran kota besar yang telah porak-poranda oleh seringnya terjadi kasus-kasus kebrutalan, kejahatan, dan kemiskinan.<br /><br />8. Bagaimana Agar MBS Meningkatkan Prestasi Belajar ?<br />MBS tidak boleh dinyatakan gagal sebelum memperoleh kesempatan yang adil untuk diterapkan. Banyak program yang tidak berkonsentrasi pada prestasi pendidikan, dan banyak pula yang merupakan variasi dari model hierarkis tradisional ketimbang penataan ulang wewenang pengambilan keputusan secara aktual. Pengalaman penerapan di negara lain menunjukkan bahwa daerah yang benar-benar mendelegasikan wewenang secara substansial kepada sekolah cenderung memiliki pimpinan yang mendukung eksperimentasi dan yang memberdayakan pihak lain. Ada indikasi bahwa pembaruan yang berhasil juga mengharuskan adanya jaringan komunikasi, komitmen finansial terhadap pertumbuhan profesional, dukungan dari semua komponan komunitas sekolah. Selain itu, pihak yang terlibat harus benar-benar mau dan siap memikul peran dan tanggung jawab baru. Para guru harus disiapkan memikul tanggung jawab dan menerima kewenangan untuk berinisiatif meningkatkan pembelajaran dan bertanggung jawab atas kinerja mereka.<br /><br />Penerapan MBS yang efektif seyogyanya dapat mendorong kinerja kepala sekolah dan guru yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi murid. Oleh sebab itu, harus ada keyakinan bahwa MBS memang benar-benar akan berkontribusi bagi peningkatan prestasi murid. Ukuran prestasi harus ditetapkan multidimensional, jadi bukan hanya pada dimensi prestasi akademik. Dengan taruhan seperti itu, daerah-daerah yang hanya menerapkan MBS sebagai mode akan memiliki peluang yang kecil untuk berhasil.<br /><br />Pertanyaannya, sudahkan daerah siap melaksanakan MBS? Penulis khawatir tidak banyak daerah di Indonesia yang benar-benar siap menerapkan MBS. Masih terlalu banyak hambatan yang harus ditanggulangi sebelum benar-benar menetapkan MBS sebagai model untuk melakukan perubahan.<br />Manajemen berbasis sekolah telah menimbulkan perdebatan karena berbagai kekuatan pendorong telah membentuk kebijakan, dan kekuatan-kekuatan ini telah tercermin atau diduga mencerminkan preferensi politik atau orientasi ideologi. Manajemen berbasis sekolah yang digerakkan oleh kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat dan peningkatan profesi sering diasosiasikan dengan pemerintahan Pusat. Manajemen berbasis sekolah telah digerakkan oleh kepentingan untuk memberikan kebebasan yang lebih besar atau lebih banyak diferensiasi sering diasosiasikan dengan pemerintahan Daerah, Manajemen berbasis sekolah yang telah digerakkan, dimana manajemen berbasis sekolah sering dipandang sebagai manifestasi dari upaya menciptakan satu pasar di antara sekolah dalam sistem pendidikan umum.<br />Manajemen berbasis sekolah sering menimbulkan perdebatan pada tahap-tahap awal pengadopsian, tetapi ia terus diterima setelah beberapa waktu, sedemikian rupa sehingga hanya sedikit pemangku kepentingan ingin kembali pada pendekatan yang lebih sentralistik dalam mengelola sekolah.<br />Akan tetapi ada pengecualian penting, terutama mengenai kasus di Hong Kong – Cina. School Management Initiative (SMI) merupakan inisitatif manajemen berbasis sekolah mulai awal 1990-an. Tetapi pelaksanaannya lambat, terutama pada sektor yang dibantu, dimana banyak orang berpendapat bahwa SMI menghambat ketimbang memberdayakan. Leung (2003) menyimpulkan bahwa “tujuan reformasi desentralisasi oleh pemerintah adalah memperkuat kendali dan memastikan mutu pendidikan melalui teknik-teknik manajemen. Yaitu bahwa ‘mutu’ diartikan dalam hal penggunaan sumber daya yang lebih efisien, asesmen keluaran (outcome), indikator kinerja, dan evaluasi eksternal. Bukan pembagian kewenangan ataupun pemberdayaan stakeholder menjadi tujuan”. Reformasi tetap menjadi perdebatan di Hong Kong.<br />Dalam analisis terakhir, meskipun ada kekuatan pendorong yang lain, kriteria kritis untuk menilai efektivitas reformasi yang mencakup manajemen berbasis sekolah adalah sejauh mana manajemen berbasis sekolah mengarah pada atau berhubungan dengan pencapaian hasil belajar yang membaik, termasuk prestasi siswa ke tingkat yang lebih tinggi, bagaimana pun mengukurnya.<br />Belakangan banyak terjadi perubahan dalam pandangan bahwa tujuan utama manajemen berbasis sekolah adalah peningkatan hasil pembelajaran, dan untuk alasan inilah, kebanyakan pemerintahan memasukkan manajemen berbasis sekolah dalam kebijakan bagi reformasi pendidikan.<br />Satu implikasi penting adalah bahwa pemimpin sekolah harus memastikan bahwa perhatian masyarakat sekolah (termasuk tenaga kependidikan) tidak hentinya difokuskan pada hasil belajar siswa, dan ini harus menjadi kepedulian utama meskipun makna manajemen berbasis sekolah sangat sering menimbulkan perdebatan.<br />Para pengeritik sering mengutip temuan ini. Akan tetapi banyak dari penelitian terdahulu hanya mengambil informasi atau opini dari sistem dimana dampak dari keluaran tidak pernah menjadi tujaun utama, atau bahkan tujuan kedua.<br />Hal ini terutama berlaku bila manajemen berbasis sekolah diimplementasikan sebagai satu strategi untuk membongkar birokrasi pusat yang besar, mahal, dan tidak responsif atau sebagai satu strategi untuk memberdayakan masyarakat dan profesional. Bahkan ketika dampak atas keluaran menjadi tujuan utama, sulit menarik kesimpulan terhadap dampak karena database tentang prestasi siswa lemah.<br />Satu telaah terhadap penelitian (Caldwell, 2002) menunjukkan bahwa telah ada tiga generasi studi, dan justeru pada studi generasi ketiga bahwa bukti dampak pada hasil ditemukan, tetapi hanya bila kondisi-kondisi tertentu dipenuhi. Generasi pertama adalah saat di mana dampak atas hasil tidak menjadi tujuan utama atau kedua. Generasi kedua adalah ketika dampak menjadi tujuan utama atau kedua tetapi database lemah. Ketiga, muncul pada akhir 1990-an dan dengan mengumpulnya momentum awal 2000-an, yang berbarengan dengan kepedulian terhadap hasil belajar dan pengembangan database yang kuat.<br />Satu implikasi penting adalah, para pemimpin sekolah harus sadar bahwa manajemen-diri tidaklah selalu berdampak pada hasil belajar siswa dan mereka harus melakukan setiap upaya untuk menjamin bahwa ada mekanisme untuk menghubungkan manajemen dengan beberapa area dalam pelaksanaan sekolah.<br /><br />Hasil penelitian tentang dampak penerapan MBS terhadap mutu pendidikan ternyata sangat bervariasi. Ada penelitian yang menyatakan negatif. Ada yang kosong-kosong. Ada pula yang positif.<br /><br />Penelitian yang dilakukan oleh Leithwood dan Menzies (1998a) dengan 83 studi empirikal tentang MBS menyatakan bahwa penerapan MBS terhadap mutu pendidikan ternyata negatif, “there is virtually no firm”. Fullan (1993) juga menyatakan kesimpulan yang kurang lebih sama. “There is also no doubt that evidence of a direct cause-and-effect relationship between self-management and improved outcomes is minimal”. Tidak diragukan lagi bahwa hubungan sebab akibat hubungan antara MBS dengan peningkatan mutu hasil pendidikan adalah minimal. Hal ini dapat dimengerti karena penerapan MBS tidak secara langsung terkait dengan kejadian di ruang kelas.<br />Sebaliknya, Gaziel (1998) menyimpulkan hasil penelitian di sekolah-sekolah Esrael bahwa ”greater school autonomy has a positive impact on teacher motivation and commitment and on the school’s achievement”.<br />Pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah telah mempunyai dampak positif terhadap motivasi dan komitmen guru dan terhadap keberhasilan sekolah. Hasil penelitan William (1997) di Kerajaan Inggris dan New Zealand menunjukkan bahwa “the increase decision-making power of principals has allowed them to introduce innovative programs and practices”. Peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam pengambilan keputusan telah membuat memperkenalkan program dan praktik (penyelenggaraan pendidikan) yang inovatif. Geoff Spring, arsitek reformasi di Australia Selatan dan Victoria menyatakan bahwa “school-based management has led to higher student achievement” De Grouwe (1999).<br /><br />Hal yang menggembirakan juga dinyatakan oleh King dan Ozler (1998) menyatakan bahwa “enhanced community and parental involvement in EDUCO schools has improved students’ language skills and diminished absenteeism”. Jemenez dan Sawada (1998) menyimpulkan bahwa pelibatan masyarakat dan orangtua siswa mempunyai dampak jangka panjang dalam peningkatan hasil belajar.<br /><br />9. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan MBS<br />Konsep MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigma desentraliasi dalam pemerintahan. Strategi apa yang diharapkan agar penerapan MBS dapat benar-benar meningkatkan mutu pendidikan.<br />1. Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS. ”An essential point is that schools and teachers will need capacity building if school-based management is to work”. Demikian De grouwe menegaskan.<br />2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama dalam media tersebut.<br />3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.<br />4. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS.<br /><br />Kesimpulan.<br /><br />Satu cara yang berguna dalam menyimpulkan adalah melihat tantangan sebagai satu cara menciptakan suatu jenis sistem pendidikan baru yang sesuai abad ke-21. Kita membutuhkan sistem-sistem baru yang terus-menerus mampu merekonfigurasi kembali dirinya untuk menciptakan sumber nilai publik baru. Ini berarti secara interaktif menghubungkan lapisan-lapisan dan fungsi tata kelola yang berbeda, bukan mencari cetak biru (blueprint) yang statis yang membatasi berat relatifnya.<br /><br />Pertanyaan mendasar bukannya bagaimana kita secara tepat dapat mencapai keseimbangan yang tepat antara lapisan-lapisan pusat, regional, dan lokal atau antara sektor-sektor berbeda: publik, swasta, dan sukarela. Justeru, kita perlu bertanya Bagaimana suatu sistem secara keseluruhan menjadi lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagiannya ?. (Bentley & Wilsdon, 2004).<br /><br />Secara sederhana dikatakan, manajemen berbasis sekolah bukanlah “senjata ampuh” yang akan menghantar pada harapan reformasi sekolah. Bila diimplementasikan dengan kondisi yg benar, ia menjadi satu dari sekian strategi yang diterapkan dalam pembaharuan terus-menerus dengan strategi yang melibatkan pemerintah, penyelenggara, dewan manajemen sekolah dalam satu sistem sekolah.<br /><br />Referensi<br />Caldwell, B. J. (2002). Autonomy and self-management: Concepts and evidence. In Bush, T., & Bell, L. (Eds.), The Principles and Practice of Educational Management’ (pp. 21-40 ). London: Paul Chapman Publishing.<br />Bentley, T. & Wilsdon, J. (2004). The Adaptive State: London: Demos.<br />Caldwell, B. J., & Hayward, D. K. (1998). The Future of Schools: Lessons from the Reform of Public Education. London: Falmer Press.<br />Caldwell, B. J., & Spinks, J. M. (1998). Beyond the Self-Managing School. London: Falmer Press.<br />Fullan, M., & Watson, N. (2000). School-based management: Reconceptualizing to improve learning outcomes. School Effectiveness and School Improvement, 11(4), 453-474.<br />Hargreaves, D. (2003). Education Epidemic. London: Demos.<br />Jesson, D. (2004). Educational Outcomes andValueAdded by Specialist Schools. London: Specialist Schools Trust.<br />Leung, Y.H. (2003). The politics of decentralization: A case study of school management reform in Hong Kong. In Mok, K.H. (Ed.), Centralization and Decentralization: Educational Reforms and Changing Governance in Chinese Societies (pp. 21-38). Hong Kong: Comparative Education Research Centre, The University of Hong Kong, & Kluwer Academic Publishers.<br />LLECE (2002). Qualitative Study of Schools with Outstanding Results in Seven Latin American Countries. Report of the Latin American Laboratory for Assessment of the Quality of Education (LLECE). Santiago: UNESCO.<br />Ouchi, W. G., & Segal, L. G. (2003). Making Schools Work: A Revolutionary Plan To Get Your Children The Education They Need. New York: Simon & Schuster.<br />Prime Minister’s Delivery Unit (2003). ‘Key Stage 4 Priority Review: Final Report’. London: PMDU.<br />Ross, K. N., & Levacic, R. (Eds.). (1999). Needs-Based Resource Allocation in Education Via Formula Funding of Schools. Paris: International Institute for Educational Planning, UNESCO.<br />Volansky, A., & Friedman, I. A. (2003). School-based management: An International Perspective. Israel: Ministry of Education.<br />American Association of School Administrators, National Association of Elementary<br />School Principals, and National Association of Secondary School Principals. School-<br />Based Management: A Strategy for Better Learning. Arlington, Virginia: 1988.<br />David Peterson, School-Based Management and Student Performance,untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-62584636033867506812010-08-25T07:28:00.000-07:002010-08-25T07:29:11.074-07:00PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARANSaat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, alat ini sudah digunakan di berbagai bidang pekerjaan seperti halnya pada bidang pendidikan. Pada awalnya komputer dimanfaatkan di sekolah sebagai penunjang kelancaran pekerjaan bidang<br />administrasi dengan memanfaatkan software Microsoft word, excel dan access.<br />Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum baru, maka peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat penting sebagai salah satu media pembelajaran. Kutipan dari Kurikulum untuk Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi<br />· Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya · Melalui mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan siswa dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk teknologi informasi dan komunikasi.<br />Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara efisien dan efektif. Dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, siswa akan dengan<br />cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa<br />dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang.<br /><br />· Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media.<br />· Secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah:<br />1. Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.<br />2. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan seharihari secara mandiri dan lebih percaya diri.<br />3. Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktifitas dalam kehidupan seharihari.<br />4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal, menarik, dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi, terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.<br />5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif, dan bertanggungjawab dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah seharihari.<br /><br />Dengan melihat isi dari kurikulum tersebut, kita harus mengintegrasikan TIK dalam proses belajar mengajar di madrasah bukan hanya untuk mata pelajaran teknologi dan informasi saja. Melihat kondisi TIK pada saat ini dan perkembangannya di masa datang, kita harus mempersiapkan diri dan melakukan perencanaan yang matang dalam mengimplementasikan TIK di madrasah. Jika kita tidak memulainya sekarang maka madrasah sebagai salah satu institusi pendidikan selain sekolah yang berada dibawah Depdiknas akan tertinggal oleh sekolah lain. Jika ini terjadi, usaha kita akan semakin berat untuk mensejajarkan madrasah dengan sekolah lain. Di satu sisi, kita sedang berusaha mengejar ketertinggalan dalam mata pelajaran khususnya MIPA dan BahasaInggris, di sisi lain TIK akan membuat kita tertinggal semakin jauh. Mengamati Program Pengembagan TIK yang dilakukan Depdiknas Untuk mengejar ketertinggalan pemanfaatan TIK di sekolah dari negara lain, saat iniDepdiknas mempunyai program pengembangan TIK secara besarbesaran.<br />Ada tiga posisi penting di Depdiknas dalam program pengembangan TIK, yaitu:<br />1. Bidang kejuruan, TIK menjadi salah satu jurusan di SMK. Pengembangan TIK secara teknis baik hardware dan software masuk dalam kurikum pendidikan. Dibentuknya ICT center di seluruh Indonesia. Untuk menghubungkan sekolahsekolah di sekitar ICT center dibangun WAN (Wireless Area Network) Kota.<br />2. Pustekkom, sebagai salah satu ujung tombak dalam pengembangan TV pendidikan interaktif, Elearning dan ESMA. Program ini bertujuan untuk mempersempit jurang perbedaan kualitas pendidikan antara kota besar dengan daerah.<br />3. Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional), bertujuan untuk mengintegrasikan kedua program di atas agar terbentuk sebuah jaringan yang menghubungkan semua sekolah di Indonesia. Sehingga diperkirakan di masa depan semua sekolah di Indonesia akan terkoneksi dengan internet. Melihat program yang diadakan oleh Depdiknas kita bisa memanfaatkan fasilitas tersebut karena bersifat terbuka.<br /><br />Pengembangan TIK di Madrasah secara Mandiri<br />Kita belum terlambat untuk mempersiapkan diri dalam penguasaan TIK sebagai media pembelajaran di madrasah. Mulai saat ini pihak madrasah dan Majlis Madrasah harus membuat sebuah program pengembangan TIK secara menyeluruh. Ada beberapa poin untuk membuat suatu perencanaan pengembangan TIK, diantaranya:<br />1. Mempersatukan visi dan misi pengembangan TIK yang ingin dicapai antara Kepala sekolah, guru dan majlis madrasah.<br />2. Pembentukan Komite Teknologi (Organisasi Labkom) yang mandiri<br />3. Mengidentifikasi infrastruktur lembaga, baik hardware, software maupun sistem dan jaringan yang sudah dimiliki<br />4. Penentuan hardware dan software yang akan digunakan atau dikembangkan.<br />5. Mengidentifikasi SDM yang dimiliki<br />6. Menentukan bentuk pelatihan penguasaan TIK baik untuk guru dan staf lainnya.<br />7. Adanya Time schedule yang jelas untuk pencapaian program<br />8. Penentuan Investasi yang diperlukan secara berkala tiap tahun<br />9. Mengidentifikasi perkembangan software dan kurikulum baru<br />10. Mengadakan revisi perencanaan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.<br />Dengan perencanaan yang matang, kita bisa mengembangkan TIK secara bertahap di madrasah agar tidak tertinggal dari sekolah lain. Program yang dibuat haru dilaksanakan secara berkelanjutan meskipun terjadi pergantian kepala dan majilis madrasah. Pemanfaatan TIK Sebagai Media Pembelajaran TIK bukan merupakan teknologi yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari hardware dan software.Ada hal penting yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran yaitu hardware dan software yang tersedia dan jenis metode pembelajaran yang akan digunakan. Beberapa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran diantaranya:<br />1. Presentasi<br />Presentasi merupakan cara yang sudah lama digunakan, dengan menggunakan OHP atau chart. Peralatan yang digunakan sekarang biasanya menggunakan sebuah komputer/laptop dan LCD proyektor. Ada beberapa keuntungan jika kita memanfaatkan TIK diantaranya kita bisa menampilkan animasi dan film, sehingga tampilannya menjadi lebih menarik dan memudahkan siswa untuk menangkap materi yang kita sampaikan. Software yang paling banyak digunakan<br />untuk presentasi adalah Microsoft Powerpoint. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan presentasi,<br />diantaranya:<br />a. Jangan terlalu banyak tulisan yang harus ditampilkan.<br />b. Tulisan jangan terlalu kecil karena harus dilihat oleh banyak siswa.<br />c. Perbanyak memasukkan gambar dan animasi<br />d. Usahakan bentuk presentasi yang interaktif.<br />2. Demonstrasi<br />Demontrasi biasanya digunakan untuk menampilkan suatu kegiatan di depan kelas, misalnya eksperimen. Kita bisa membuat suatu film caracara melakukan suatu kegiatan misalnya cara melakukan pengukuran dengan mikrometer yang benar atau mengambil sebagian kegiatan yang penting. Sehingga dengan cara ini siswa bisa kita arahkan untuk melakukan kegiatan yang benar atau mengambil kesimpulan dari kegiatan tersebut.<br />Cara lain adalah memanfaatkan media internet, kita bisa menampilkan animasi yang berhubungan dengan materi yang kita ajarkan (meskipun tidak semuanya tersedia). Sebagai contoh untuk menampilkan arah vektor dari perkalian silang kita bisa mengakses internet dengan alamat<br /><br />http://www.upscale.utoronto.ca/GeneralInterest/Harrison/Flash/ClassMechanics/<br /><br />RightHandRule/RightHandRule.html<br />3. Virtual Experiment<br />Maksud dari virtual eksperimen disini adalah suatu kegiatan laboratorium yang dipindahkan di depan komputer. Anak bisa melakukan beberapa eksperimen dengan memanfaatkan software virtual eksperimen misalnya Crocodile Clips. Software ini bisa didownload di http://www.crocodileclips. com/s3_1.jsp , tetapi kita harus register dulu untuk mendapatkan active code yang berlaku untuk satu bulan.<br />Metode ini bisa digunakan jika kita tidak mempunyai laboratorium IPA yang lengkap atau digunakan sebelum melakukan eksperimen yang sesungguhnya.<br />4. Kelas virtual<br />Maksud kelas virtual di sini adalah siswa belajar mandiri yang berbasiskan web, misalnya menggunakan moodle. Saya berikan contoh bentuk kelas maya yang sedang kami kembangkan di MAN 2 Ciamis.Pada kelas maya ini siswa akan mendapatkan materi, tugas dan test secara online. Kita sebagai guru memperoleh kemudahan dalam memeriksa tugas dan menilai hasil ujian siswa. Terutama hasil ujian siswa akan dinilai secara otomatis.<br />Sebenarnya banyak bentuk pemanfaatan TIK lainnya yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi semua itu tergantung kepada kita bagaimana cara memanfaatkannya.untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-16717657503166975032010-08-25T07:21:00.000-07:002010-08-25T07:22:24.626-07:00Cardiovascular English – Do People Understand What you Are Saying? Read more: http://www.articlesbase.com/science-articles/cardiovascular-english-do-Many non-native speaking cardiovascular professionals (physicians, nurses, sales representative) have a need to improve their cardiovascular English. Does that sound like you? It may be troubling for you if you have to give a lecture or want to publish a paper using English. In reality, your English (because if you went to medical school, participated in a cardiovascular residency, or took part in some other specialized cardiovascular training), is pretty good. The problem is you have not practiced your cardiovascular English, as well as your regular conversational English, and you are afraid of being embarrassed in front of your peers when you lecture.<br /><br />Let's just imagine, you, a cardiovascular professional, need to make a presentation in English. Are you confident you can express yourself properly? Are you comfortable with the thought of doing that, or does it make you feel nervous? Here are three tips that will make you more confident when you have to express yourself in English.<br /><br />#1 – Slow down. Many non-native English speaking professionals speak to fast for people to understand. There is a rhythm when giving a lecture that should be calm and relaxed. You do know about cardiology, you are a subject matter expert. You just need to brush up (study) the cardiovascular English you learned in school. Slow down as you come to difficult to pronounce words such as brachycardia, antiarrhythmics, and streptokinase. Native English speaking professionals will understand you better, and appreciate your effort for pronouncing the word correctly. Believe it or not, native English speakers think you are exceptional if you can give a lecture, in English, in front of them. They will be very forgiving. All of them will be thinking, "Wow, this person is brave, I could never do that!"<br /><br />#2 - Realize that all medical professionals make mistakes when they lecture. Even if a native English speaker is speaking to another group of native English speakers, it is normal for them to make mistakes in their lecture. It is only human! Do not think that just because you are a non-native English speaker, you cannot speak in front of an English speaking audience. You can do it, and will receive an enormous amount of respect from your peers!<br /><br />#3 – Use the internet to help you with pronunciation. There are many free resources to help you with your pronunciation. Dictionary.com is a great one. Just search the term "cardiovascular English" and you should find lots of helpful resources.<br /><br />In summary, slow down, realize everyone makes mistakes, and use the internet to your advantage. If you use these three tips, your presentation will be great!untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-16305962485974436662010-08-25T07:17:00.000-07:002010-08-25T07:18:41.558-07:00Emotional Intelligence - Wow!Emotional Intelligence Aint Common Sense<br /><br /> <br /><br />If you are involved in leading executive teams, the sale of product<br /><br />or services, or teaching, you need the knowledge in a 15 year old book called Emotonal Intelligence, by Daniel Golemen.<br /><br /> <br /><br />So What<br /><br /> <br /><br />Fact: decision-making is only 20% logical and reasonable, and 80%<br /><br />emotional. If you have not connected with the feelings of the person<br /><br />you want to influence, persuade or convince – you fail.<br /><br /> <br /><br />Fact: decision-making requires seeing in your mind's eye owning and<br /><br />enjoying the new product or service. Mental movies involve your right-<br /><br />hemisphere – the seat of emotions and pattern recognition. No picture,<br /><br />then no – Yes-decision.<br /><br /> <br /><br />The brain operates chemically and decides through mental imagery (pictures)<br /><br />using our Limbic System (emotions).<br /><br /> <br /><br />Name Memory<br /><br /> <br /><br />If you want to alienate clients, avoid new social relationships and make enemies,<br /><br />just mispronounce or fail to remember their name. It is a high-order insult.<br /><br /> <br /><br />Most of the memory tricks to remember names is too complicated for folks who<br /><br />have a life. Here are a few that are easy-as-pie and really work in the real world.<br /><br /> <br /><br /> 1. Affirmation: if you mentally repeat three-times – "I Am Remembering<br /><br />the names of people I meet today because it is important to my career,"<br /><br />your attention is fixed on this goal.<br /><br /> <br /><br />Enter the room and quickly repeat 3x – "I am remembering the names of people I meet today because it is important to my career." Your non-conscious mind doubles your concentration to enhance this behavior.<br /><br /> <br /><br /> 1. As-If: If you Think-Feel-Act As-If you have a great working memory,<br /><br />your brain accepts the challenge and makes it a reality. Thinking and feeling<br /><br />so, in fact helps make it so. You activate your attention and concentration.<br /><br />Make-believe you are an Actor and choose to influence and convince others.<br /><br /> <br /><br /> 1. Crazy but true: imagine the name of the person you meet Printed on their<br /><br />forehead in large-sized letters. Repeat it silently as you read it from his/her<br /><br />forehead – three-times and you own it.<br /><br /> <br /><br /> 1. Rhyming-Simon: John F. Kennedy used this memory trick to recall the names of folks he met daily. The name of his speed reading teacher was<br /> 2. Elton Y. Mears. He associated the name Elton with Elvis, Y with the symbol for a question, and he mentally imagined the professor with Big Ears! He whispered mentally (internal dialogue) "Professor Mears has Dumbo's big-ears!"<br /><br /> <br /><br />He never forgot Dr. Mears' name because he associated it with Disney's<br /><br />character – Dumbo's gigantic ears. The rhyme makes it easy and fun.<br /><br /> <br /><br />Seven Ways to Get Folks to Hate You – Forever<br /><br /> <br /><br />First off, figure out how to remember these dangerous characteristics.<br /><br /> <br /><br />a) Blaming b) bribing c) complaining d) criticizing e) nagging<br /><br />f) punishing g) threatening<br /><br /> <br /><br />Answer: put them in alphabetical order – B comes before C etc. Next,<br /><br />create a simple, baby-easy mental picture of each negative tactic.<br /><br />Example: "You did it. It is your fault. You're guilty!" Blaming.<br /><br /> <br /><br />Bribing: picture patting someone on the back and smiling at them, when<br /><br />you would rather strangle them. We bribe others by false praise, not just<br /><br />with filthy lucre.<br /><br /> <br /><br />See yourself filing a report Complaining about their behavior. Create your<br /><br />own imagery (mental-pictures) with the last four. It is easy will stick like glue.<br /><br /> <br /><br />Remember this, when someone says to you, "please tell me the honest truth<br /><br />about my article, speech or talent, folks will never, I mean NEVER, forget or<br /><br />forgive your Criticism – especially if it is true. They will hate you forever.<br /><br /> <br /><br />If you are a parent and tell the truth (negative criticism) to your child,<br /><br />it will require five-years of therapy from a certified psychiatrist to wipe<br /><br />out their anger and hatred.<br /><br /> <br /><br />School<br /><br /> <br /><br />In a recent research study of attitudes toward school – in excess of 90%<br /><br />admitted they HATED almost every day in class, and each of their teachers.<br /><br /> <br /><br />You are not supposed to admit you hate school because it is a principle of<br /><br />faith in our left-brain Knowledge Economy that all you have came through<br /><br />education. Maybe not, I would be bet on experience.<br /><br /> <br /><br />Why do we hate school and remember it as torture? Answer:<br /><br />We were always in a subordinate, inferior, submissive position. How do you<br /><br />like feeling humble and being controlled?<br /><br />The teacher is the dominant person, top-dog, and master. That make us the<br /><br />slave, subordinate and controlled, right?<br /><br /> <br /><br />So What<br /><br /> <br /><br />When we have negative feelings and moods our ability to learn and remember<br /><br />is reduced up to 25%. How do you feel in an adult situation when others are<br /><br />judging you leading to a positive or negative review?<br /><br /> <br /><br />Emotional intelligence requires a self-understanding and a powerful under-<br /><br />standing of how others react to you. Mood and emotions are formed based<br /><br />on how we see others treating us: we see their facial expressions, gestures,<br /><br />posture and body language.<br /><br /> <br /><br />We copy what we see in others. Emotions are like a virus or the flu, it is<br /><br />"catching". When we smile and are outgoing – it affects others in how they<br /><br />react to learning and memory.<br /><br /> <br /><br />Endwords:<br /><br /> <br /><br />There is more practical, useful knowledge in the book Emotional Intelligence<br /><br />than two more college degrees. Check it out.<br /><br />---<br /><br /> <br /><br />Would it give you a competitive advantage to read-and-remember three (3)<br /><br />books, articles and reports in the time others can hardly finish one?<br /><br />Would it affect you studies and career?<br /><br /> <br /><br />Request our free –no strings attached report on Speed Reading. It can change<br /><br />your life for the better.<br /><br /> <br /><br />See ya,<br /><br /> <br /><br />copyright © 2010 H. Bernard Wechsleruntuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-74340479384801995082010-08-25T07:12:00.000-07:002010-08-25T07:13:01.678-07:00What is Good Teaching ?All students must have had hundreds of teachers in their lifetimes. A very few of these teachers they would remember as being exceptionally good. What are the qualities that combine to create an excellent, memorable teacher? Why do some teachers inspire students to work three times harder than they normally would, while others inspire students to avoid their class? Why do students learn more from some teachers than others?<br /><br /> Here I have focused on the four essential qualities that distinguish exceptional teachers:<br /><br /> * Knowledge,<br /> * Communication skills,<br /> * Interest, and<br /> * Respect for students.<br /><br /> <br />An Experiment<br /><br />Here's an experiment I had done in one of my earlier assignments. The results may surprise you. Go into one of the classes you are teaching and have your students take out a sheet of paper. Ask them to list for you the qualities they feel are important in a good teacher. Ask them to identify the qualities they admire in the best teachers they have had. Then give the students enough time to think about it and write something down. Five minutes is good, but ten might be better. Let them answer the questions anonymously if they desire.<br /><br />What you will get if you combine all of the responses is a fascinating collage of ideas. I have found that most of the responses fall into two specific categories:<br /><br />1) a set of "core qualities" that students recognize in good teachers, and<br /><br /> 2) a set of "specific skills" that are developed by good teachers.<br /><br />"Core qualities" are the essential characteristics needed to be a good teacher. I would like to concentrate on these core qualities in this article as under.<br /><br />1. Knowledge<br /><br /> Students have consistently and clearly targeted as the number one quality of a good teacher exactly what you would expect: knowledge of the subject. You must be an expert in your field-both theoretical and practical –preferably with an industry interface and experience if you are going to be a good teacher in a Management college or Business School. This is a prerequisite.<br />2. Communication<br /><br />The second core quality that good teachers possess is the ability to communicate their knowledge and expertise to their students. You may be the greatest expert ever in your field, but what would happen if you lectured in a style and language the students are not able to comprehend clearly? How much would your students learn?<br /><br />It is a common misconception at the College level that knowledge of a subject is all that's required to be a good teacher; that the students should be willing and able to extract the meat from what you say- regardless of how it is delivered (even if it is delivered in a incomprehending language or different style). This might be true at the post graduate level, but elsewhere it is definitely untrue. It is especially untrue at the undergraduate level. The teacher's job is to take advanced knowledge and make it accessible to the students. A good teacher allows students to understand the material, and to understand what it means (because it is one thing to understand how nuclear bombs work, but quite another to understand what nuclear bombs mean).<br /><br />A good teacher can take a subject and help make it crystal clear to the students. A bad teacher can take that same material and make it impenetrable. Or a bad teacher can devote so little time and effort to preparation that the material presented is intrinsically confusing and disorganized. A good teacher is willing to expend the effort needed to find innovative and creative ways to make complicated ideas understandable to their students, and to fit new ideas into the context available to the student. A good teacher can explain complicated material in a way that students can understand and use.<br /><br />There is a saying, "Give me a fish and I eat for a day, teach me to fish and I eat for a lifetime." This is the philosophy of a good teacher. Give your students an answer and they can solve one problem, but show students the techniques needed to find the answer for themselves and they can become self-sufficient in the field. Students need to be shown how to apply the new techniques you teach to problem solving.<br /> <br />3. Interest<br /><br />A good teacher starts with a firm knowledge of the subject, and builds on that with a clarity and understanding designed to help students master the material. The best teachers then go one step further. Because good teachers are interested in the material being taught, they make the class interesting and relevant to the students. Knowledge is worthless unless it is delivered to the students in a form they can understand. But the effort expended making the material understandable is wasted if the students are disinterested when it is delivered, or if the students can see no point in learning the material.<br /><br />Good teachers recognise this, and work hard to make their material relevant. They show students how the material will apply to their lives and their careers. Bad teachers make material "relevant" by threatening students with failure on a test. Good teachers go far beyond this: they make students want to learn the material by making it interesting.<br /><br />This is one of the things that makes industry and business examples so important and vital to learning in a business school or college.Industry interface and practical real life examples make the ideas discussed in class exciting and important to the teacher, as well as to the students. If the teacher isn't interested in what's being taught, then why should the students be?<br /><br /> <br />4. Respect<br /><br />Good teachers always possess these three core qualities: knowledge, the ability to convey to students an understanding of that knowledge, and the ability to make the material interesting and relevant to students. Complementing these three is a fourth: quality: good teachers have a deep-seated concern and respect for the students in the classroom. Why else would a teacher put in the time and effort needed to create a high quality class?<br /><br />The creation of a good class requires an immense amount of work. You don't simply come up with clear explanations,industry cases and examples and experiments for the class off the top of your head. You don't create fair, consistent, high quality tests,questionaires and homework assignments (read "learning experiences") five minutes before you hand them out. You don't figure out ways to integrate new materials and research into a class in an understandable way on your way to your college or institute in the morning. You work at this sort of quality all the time. You spend time with your students so you can learn about holes in their understanding. You read and write and create to build an exciting and interesting class every day. The only thing that would drive you to do that is a concern and respect for the students in your classroom.<br /><br /> <br /><br />Conclusion<br /><br />When you strive and work to become a good teacher and to create a good class, the four core qualities are essential:knowledge,the skills to convey that knowledge,the ability to make the material you are teaching interesting and relevant,and a deep-seated respect for the students.Without these four core qualities,good teaching will just not exist and take place.<br /> <br /><br /> <br />(ArticlesBase SC #2845299)untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-16783079701636410932010-08-25T07:07:00.000-07:002010-08-25T07:09:04.638-07:00Definisi Efektivitas dan efisiensiDefinisi Efektivitas dan efisiensi<br /><br />Efektivitas merupakam pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bias juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.<br /><br />Sedangkan *efisiensi* adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.<br /><br />*Efektifitas *adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat besar sedangkan yang efisien barangkali memakan waktu yang lama. Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bias mencapai tingkat optimum untuk kedua-duanya.untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-26871381079508959612010-08-25T07:03:00.001-07:002010-08-25T07:03:22.970-07:00Definisi KewirausahaanDefinisi Kewirausahaan<br /><br />Thomas W Zimmerer menjelaskan bahwa Kewirausahaan merupakan penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.<br />Kewirausahaan menurut Saidi dan Hartati (2008), Kewirusahaan merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya penelitian, menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko social yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi.<br /><br />Dijabarkan juga oleh Suryana (2008) bahwa Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. <br /><br />Sedangkan Peter F. Drucker (1994) mengatakan bahwa konsep kewirausahaan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kewirausahaan merupakan proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha diikuti penggunaan uang, fisik, resiko dan kemudian menghasilkan jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi.<br /><br />Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan.<br /><br />Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.<br /><br />Definisi Kewirausahaan ini diambil dari berbagai sumber, semoga dapat bermanfaat buat rekan-rekan semua, terimakasih.untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-1254244667204648442010-08-25T06:45:00.000-07:002010-08-25T06:51:20.423-07:00Definisi LaporanDefinisi Laporan<br /><br />Kata Lapor dibentuk dari kata dasar Lapor dan mendapat akhiran (sufiks) -an, yang dapat diberi arti sebagai segala sesuatu yang dilaporkan atau pemberitahuan tentang sesuatu.<br /><br />Definisi laporan menurut The Oxford English Dictionary dalam kusumah, dkk (2002: 2.3) adalah: <br />a).Cerita yang bawakan oleh seseorang kepada orang lain yang diteliti secara khusus.<br />b).Pernyataan formal hasil penelitian, tentang sesuatu hal yang memerlukan informasi yang pasti, dibuat oleh seseorang atau sebuah lembaga atau harus melakukannya.<br /><br />Siswanto (1982 : 62) memberikan batasan tentang laporan (report) yaitu sebagai informasi tertulis yang dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban atas sesuatu penugasan. Laporan juga dapat dikatakan sebagai sesuatu macam dokumen yang disampaikan atau menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran atau tindakan yang akan diambil (Keraf, 1993 : 284).<br /><br />Sejalan dengan pendapat Keraf, Parera (1987 : 56) mengemukakan laporan pada dasarnya suatu bentuk penyampaian dan perjanjian fakta-fakta dan pemikiran-pemikiran guna tindakan.<br /><br />Dari beberapa pendapat Definisi laporan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan merupakan suatu bentuk penyampaian dan penyajian hasil kegiatan baik secara lisan maupun tertulis atau dokumen berupa fakta-fakta yang dimanfaatkan guna mengambil sebuah keputusanatau tindak lanjut bagi seseorang atau lembaga atau instansi tertentu.untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-12891990266032629492010-08-23T21:32:00.000-07:002010-08-23T21:37:42.121-07:00MAKALAH TENTANG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGAMAKALAH TENTANG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD MELALUI<br />PENGGUNAAN ALAT PERAGA<br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br />A. Latar Belakang<br /><br />Menurut Mujiono (1994:31) dalam proses belajar mengajar ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar, sehingga melemahnya satu atau lebih komponen dapat menghambat tercapainya tujuan belajar yang optimal.<br /><br />Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan pelajaran yang telah ditetapkan, oleh karena itu guru sebagai subyek pembelajaran harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat, sehingga bahan pelajaran yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik.<br /><br />Konsep-konsep dalam matematika itu abstrak, sedangkan umumnya siswa berpikir dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, maka salah satu jembatannya agar siswa mampu berpikir abstrak tentang matematika, adalah dengan menggunakan media pendidikan dan alat peraga. Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual anak SD yang masih dalam tahap operasi konkret, maka siswa SD dapat menerima konsep-konsep matematika yang abstrak melalui benda benda konkret.<br /><br />Untuk membantu hal tersebut dilakukan manipulasi-manipulasi obyek yang digunakan untuk belajar matematika yang lazim disebut alat peraga. Ketrampilan berhitung merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika. Dengan adanya media pendidikan atau alat peraga siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan senang dan gembira sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Siswa akan senang tertarik, terangsang dan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.<br /><br />B. Rumusan masalah<br /><br />Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu permasalahan yang dihadapi yakni seberapa pentingkah penggunaan alat peraga dalam meningkatan hasil belajar matematika melalui proses belajar mengajar.<br /><br />C. Tujuan Penulisan<br /><br />Karena begitu pentingnya peninjauan terhadap peningkatan kualitas pendidikan sebagai aset di masa depan. Pendidikan memiliki peran penting yang menjadi tonggak dasar kemajuan suatu bangsa. Karena begitu pentingnya pendidikan maka perlu suatu terobosan dalam melakukan pembelajaran. Salah satunya adalah dengan menggunakan alat peraga dalam membelajarkan materi matematikan.<br /><br />Melihat begitu urgennya dan dalam memenuhi tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika maka tulisan ini dibuat. Tujuan utamanya adalah agar penulis secara pribadi dan calon guru pada umumnya mampu memahami pentingnya alat peraga dalam menanamkan konsep matematika. Tentu harapannya adalah implementasi dari suatu ilmu yang akan sangat bermanfaat dalam melaksanakan pembelajaran.<br /><br /><br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br />Belajar menurut Sudjana (1989:28) adalah proses ditandai dengan adanya perbuahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahamannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek individu. Belajar adalah suatu proses aktif, dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara siswa dengan lingkungan. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa, karena tujuan akan menuntut dalam belajar. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari guru atau tuntunan dari buku pelajaran. Jenis belajar yang paling utama adalah untuk berpikir kritis, lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis. Belajar berhasil apabila pelajar telah sanggup mentrasferkan atau menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.<br /><br />Faktor-faktor dalam pembelajaran antara lain udara, cuaca, waktu, tempat dan gedung, alat-alat, buku dan sebagainya. Semua faktor yang termasuk golongan ini perlu dilengkapi dan diatur mengingat situasi dan kondisi tempat.<br /><br />Motivasi adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun sikap. Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas bila motornya tidak ada maka aktivitastidak akan terjadi. Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri.<br /><br />Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur struktur matematika yang terdapat dalam materi-materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur itu. Lain dari itu peserta didik lebih mudah mengingat matematika itu, bila yang dipelajari merupakan pola yang terstruktur. ”Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar matematika mempunyai empat aspek yaitu fakta, konsep, prinsip dan skill.<br /><br />Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh : simbol, angka, notasi. Konsep adalah ide abstrak yang dimungkinkan untuk mengelompokkan benda-benda (obyek) ke dalam contoh atau bukan contoh. <br />Konsep memiliki tiga dimensi yaitu :<br />1) Internalisasi pengembangan pola mental yang memberikan pada kita untuk merasakan dan menggunakan konsep tersebut.<br />2) Verbalisasi atau kemampuan mendefinisikan konsep tersebut.<br />3) Nama. artinya mengetahui nama yang memberikan pada konsep-konsep<br />1) tersebut. Contoh konsep adalah persegi, persegi panjang, lingkaran.<br /><br />Prinsip sebagai pola hubungan fungsional antara konsep-konsep, prinsip-prinsip pokok disebut teorema yang disajikan dalam bentuk rumus. Contoh prinsip adalah penjumlahan dua bilangan real adalah komutatif, dua garis lurus yang tidak sejajar dan terletak dalam suatu bidang datar akan berpotongan di satu titik. Skill (keterampilan) adalah keterampilan mental untuk menjalankan prosedur dalam menyelesaikan masalah atau suatu kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Contoh dari skill adalah kemampuan dapat menyelesaikan materi pengukuran luas daerah persegi dan persegi panjang.<br /><br />Depdiknas (2004) memaparkan fungsi matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan instrumental, yang memiliki obyek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsistensi, dalam sistem proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan sekolah.<br /><br />Menurut Depdiknas (2004) tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut.<br />1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkambang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.<br />2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematila dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari., dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan dan penerepan matematika.<br /><br />Menurut Depdiknas (2004) tujuan pengajaran matematika di SD sebagai berikut.<br />1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari).<br />2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika.<br />3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).<br />4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa SD setelah selesai mempelajari matematika bukan saja diharapkan memiliki sikap kritis, jujur, cermat, dan cara berpikir logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah, melainkan juga harus mampu menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan matematika yang cukup kuat sebagai bekal untuk mempelajari matematika lebih lanjut dan dalam mempelajari ilmu-ilmu lain.<br /><br />Pada dasarnya secara individual manusia itu berbeda-beda. Demikian pula dalam memahami konsep-konsep abstrak akan dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda. Suatu keyakinan bahwa anak belajar melalui dunia nyata menuju ke dunia abstrak dengan memanipulasi benda-benda nyata dapat digunakan sebagai perantaranya. Setiap konsep abstrak dalam matematika yang baru dipahami anak perlu segera diberikan penguatan supaya mengendap, melekat dan tahan lama tertanam, sehingga<br />menjadi miliknya dalam pola pikir maupun pola tindakan.<br /><br />Alat peraga merupakan bagian dari media pendidikan penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) mata pelajaran matematika dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar.<br /><br />Ada beberapa fungsi penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika, diantaranya sebagai berikut.<br />a. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Anak senang, terangsang, kemudian tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.<br />b. Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.<br />c. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.<br />d. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan obyek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.<br /> <br /> Dari uraian di atas dijelaskan bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar. Alat peraga dapat mengatasi beberapa masalah pengajaran dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Akan tetapi ini sama dengan syarat kita untuk dapat memilih dan menggunakannya.<br /><br /><br />BAB III<br />KESIMPULAN<br /><br />Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran berupa alat peraga pada proses pembelajaran Matematika sangat berpengaruh terhadap capaian hasil belajar siswa SD. Alat peraga tersebut akan mempermudah siswa dalam mengkonversi dari memahami matematika secara konkret menuju pemahaman yang abstrak<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Depdiknas. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdiknas<br />Depdiknas. 2004. Garis-Garis Besar Program Pengajaran dan Penilaian Pada<br />Sistem Semester tentang Satuan Pendidikan SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen.<br />Hamalik, O. 1993. Metode dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.<br />Hudojo. 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.<br />Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.<br />Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.<br />Ruseffendi. 1997. Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Uniersitas Terbuka.<br />Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali<br /> Press.<br />Sudjana, N. 1989. Cara Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:<br /> Lembaga Penelitian IKIP Band<br /><br /><br />Contoh Makalah atas dibuat oleh saudara Saudara Iswan Waluyo (Universitas Lampung, Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2007).<br />Semoga dapat bermanfaat, Terimakasih.untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-508639717556489952.post-70201820138821705032010-08-23T21:08:00.000-07:002010-08-23T21:15:06.166-07:00Definisi AgamaDefinisi Agama<br /><br />Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.<br />Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.<br />Mukti Ali berpendapat bahwa ada tiga argumentasi yang dapat dijadikan alasan dalam menanggapi statemen “Barangkali tak ada kata yang paling sulit diberikan pengertian dan defenisi selain dari kata agama.”.<br />Pertama karena pengalaman agama adalah soal batin dan subjektif. Kedua barangkali tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional daripada membicarakan agama. Karena itu, membahas arti agama selalu dengan emosi yang kuat dan yang ketiga konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama.<br /><br />Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam al-Qur’an agama sering disebut dengan istilah din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi.<br /><br />Definisi Agama - ini diambil dari berbagai sumber, semoga dapat bermanfaat. Terimakasih.untuk hidup yang lebih berartihttp://www.blogger.com/profile/18205360188778213164noreply@blogger.com0